Read into your languange

Friday, May 20, 2011

Karena Aku Sayang Kamu

Sebenarnya matahari senja yang terlihat dari tempat aku duduk sangat mempesona mata. Bagaimana tidak, matahari yang hendak terbenam itu menampilkan gradasi warna yang indah antara merah, kuning, dan ke-orange-orange-an. Namun, aku tak bisa menikmatinya dengan tenang sore ini. Segelas capuccino kesukaanku yang ada dihadapanku pun tak bisa kuminum, hanya kuaduk-aduk saja dengan rasa kesal yang memenuhi relung hati. Ya, siapa yang tak kesal jika kita disuruh menunggu selama hampir lebih 90 menit tanpa kabar dari orang yang sudah membuat janji dengan kita. Itulah yang aku sesalkan sekarang. Cowo yang bernama William itu telah membuat aku menunggu sekian lama dari waktu yang disepakati untuk bertemu. Semalam, katanya ada yang ingin dibicarain denganku, maka jam 4 sore ia mengajak ketemuan. Secara, William adalah cowo yang kusuka, aku datang on-time hari ini. Tapi, nyatanya ia malah mengingkari janjinya sendiri. Huh! Cowo memang seenaknya. Pikirku. Kemudian aku membayar capuccino yang aku pesan, dan beranjak pulang. Saat aku sedang menunggu taksi yang lewat, sebuah mobil berhenti dihadapanku. Kaca mobil terbuka, dan terlihat siapa yang ada di dalamnya. William!

“ Hei, tempat janjiannya kan bukan disini? Kamu mau kemana? “ tanya William polos seperti tak mengerti kedongkolanku, aku pun menjadi geram sehingga aku bersikap cuek padanya. Ia tetap mengajakku bicara, aku tetap berlaku acuh padanya. Biar saja, biar dia tahu kalo aku marah. William turun dari mobil, dan mengajakku duduk dan bicara, namun aku menolak.

“ Baiklah, aku nyerah. Kuakui, aku emang membuatmu nunggu. Tapi, ini semua ada sebabnya. Dan sebabnya, karena aku sedang mempersiapkan sesuatu buat kamu. Sekarang, kamu ikut aku. Kamu harus melihatnya “ William menggandeng tanganku, mengajak pergi

“ Lepas! Enak ya, setelah bikin aku nunggu sampe lumutan gini, sekarang malah ngajak pergi.. Pokoknya aku nggak mau!! “ ucapku melepaskan gandengan tangannya

“ Tapi, ini semua kan buat kamu. Spesial buat kamu. Ayolah, aku mohon, pergi bareng aku “ pinta William memelas

“ Masa bodo!! Aku akan lihat itu, tapi kalo kamu udah bisa belajar untuk lebih menghargai aku. Dengan nggak bikin aku nunggu seperti ini!! “ omelku

“ Maaf. Aku janji, nggak akan kuulangi lagi “ ujar William sambil menggenggam tanganku. Aku melepaskannya. Kebetulan taksi lewat, dan aku bisa segera menghilang dari hadapan William. Betapa kesalnya aku pada William. Kuakui, memang aku suka, mungkin tepatnya jatuh cinta dengan William, namun kini rasa itu berubah jadi ilfil terhadapnya. Dulu aku kira William orangnya baik, memang awalnya dia menunjukkan sikap baiknya padaku. Namun ternyata, baik itu hanya di awal saja. Aku melihat William berlari mengejar taksi yang kunaiki sambil memanggil-manggil namaku. Namun aku tetap tak bergeming, justru aku menyuruh sopir taksi itu berjalan cepat hingga tak lama kemudian William sudah tak terlihat mengejar lagi. Sebenarnya sayang memperlakukan itu kepada William, tapi ini semua karena kesalahannya sendiri. Aku sudah sering bilang padanya bahwa hal yang paling kubenci adalah menunggu. Tapi, dia selalu membuatku menunggu. Kali ini aku memutuskan untuk tidak memberinya maaf, sampai dia bener-bener tulus minta maaf dan tak lagi mengulang kesalahan yang sama.

Saat aku sedang didalam taksi, Bella-salah satu teman baikku menelpon. Dari suaranya, aku dapat menebak kalo ia sedang kesal sama sepertiku. Dia menelponku karena ada yang ingin ia ceritakan ke aku. Namun, aku mencegahnya. Suasana hatiku sendiri saja lagi nggak baik, jadi mana mungkin bisa aku mendengarkan cerita orang lain. Maka kusuruh Bella agar ia menghubungi Anne-teman baikku dan Bella yang lain. Bella pun mengerti alasanku. Aku benar-benar lagi malas bicara pada semua orang saat ini. Hatiku sedang kacau malam ini, dan ini semua cuma disebabkan satu orang. William!

Keesokan harinya, aku berangkat kuliah sendiri. Biasanya William yang mengantar-jemputku. Namun, semalam aku menolak tawarannya. William menghampiriku dikelasku, namun aku terang-terangan menghindarinya. Aku malah keluar kelas bersama teman-temanku.

“ Kamu lagi ada masalah sama William? “ tanya Anne padaku sambil berjalan menuju tempat biasa kita nongkrong seusai kelas

“ Ya gitu deh.. Lagi sebel sama dia “ jawabku santai sambil mengotak-atik HP

“ Itu alasannya, kemaren nggak mau dengerin curhatku?! “ sambung Bella

“ Bellaa, bukannya nggak mau.. Suasana hatiku aja lagi nggak nentu, mana bisa aku dengerin curhatanmu.. “ bantahku. Aku dan Bella pun nggak ada yang mau mengalah. Hingga kami sempat beradu mulut.

“ Sudah.. Sudah.. Intinya kalian tuh sama.. Sama-sama sebel karena merasa dipermainin sama cowo kan?! “ Anne menengahi aku dan Bella. Aku mengangguk mantap, begitu dengan Bella.

“ Aku punya ide. Ini ide bisa bikin mereka jera udah mainin kalian seperti ini. Mau ikutin ide ini? “ tawar Anne setengah berbisik pada kami

“ Apa? “ tanyaku

“ Tapi, kalian harus baikan dulu sama cowo-cowo itu.. Deal ?! “ saran Anne menatap aku dan Bella

Whaatt ?! Big no for it !! “ ucapku dan diiyain oleh Bella

“ Janet, temaku kali ini adalah girl power. Dan ini cuma bisa terlaksana setelah kalian baikan dulu sama mereka “ ucap Anne meyakinkanku, tapi saat ini aku masih dengan keputusanku, nggak akan baikan sebelum William bener-bener minta maaf padaku.

“ Bella... “ Anne mencoba meluluhkan hati keras Bella. Sebelum menjawab pertanyaan kesanggupan dari Anne, Bella melirikku seolah ingin aku yang menjawab dulu.

“ Oke. Aku akan baikan sama David. Akan semakin bagus kalo taktik ini segera dilaksanain “ jawab Bella. Aku melongo mendengar jawaban Bella. Disaat yang bersamaan, David menghampiri kita. Memanggil Bella untuk bicara empat mata. Bella mengikuti David pergi menjauh dari aku dan Anne.

Sementara itu, Anne masih terus membujukku agar aku bisa menerima ide yang telah ia pikirkan. Aku tau maksud Anne baik untuk membantuku. Tapi, kalo untukku baikan sama William, yang udah seenaknya, sepertinya aku harus mikir seribu kali selama 7 hari berturut-turut. Tak lama setelah itu, jam kuliah tiba. Aku memasuki kelasku. Kuliah siang ini, aku nggak bersama Anne dan Bella, mereka berbeda kelas denganku. Selama kuliah, aku sama sekali nggak bisa fokus dengan pelajaran yang ada dikelas. Pikiranku melayang memikirkan William dan rencana Anne yang menyuruhku berbaikan dengan William. Aku bener-bener nggak bisa menebak apa yang dipikirkan Anne. Dan nggak tau apakah bisa berbaikan dengan William atau nggak.

“ Kamu kenapa? “ tanya Joshua atau yang akrab disapa Joe, temen sekelasku sekaligus temen dekat William, setelah melihat aku menghela nafas panjang

“ Eh, nggak apa-apa kok “ jawabku canggung

“ Serius?! Aku tau lho, apa yang terjadi sama kamu dan William “ ujar Joe

“ Dia cerita?! “ tanyaku memastikan maksud ucapannya

“ Jelaslah. Aku sama dia udah seperti sodara sendiri. Jadi, kalo dia ada apa-apa, sering cerita ke aku “ terang Joe,

“ Oh “ jawabku santai

“ Kalo menurut aku, mendingan kamu baikan deh sama dia. Kasian dia, sejak kamu diemin dia, dia jadi nggak semangat apapun “ ucap Joe sembari melanjutkan menyatatnya

“ Apa hubungannya? “ tanyaku

“ Kamu nggak ngerasa, William suka sama kamu “ ujar Joe. Perkataan Joe barusan bagaikan petir yang menyambarku disiang bolong. Aku nggak akan percaya seandainya yang mengatakan itu bukan temen baik William. Dan kata-kata itu pula yang terus menerus terngiang dibenakku. Setelah aku tau semua akan terbalas, aku memutuskan memaafkan William dan menerima ide Anne. Anne senang mendengarnya ketika aku menelponnya untuk memberitahu keputusanku itu.

Malam harinya, aku meminta William menemuiku ditempat dulu ia mengingkari janjinya padaku. Kali ini ia datang tepat waktu. Bahkan saat aku tiba disana, William sudah ada. Aku langsung mengutarakan maksudku kalo aku sudah memaafkannya. William berterimakasih akan hal itu. Kemudian ia memberiku sebuah kotak yang terbungkus kertas kado warna ungu-warna kesukaanku. Aku membukanya. Di dalamnya ada sebuah kotak kaca yang berisi sepasang keong. William menjelaskan maksudnya sebelum aku menanyakan soal keong itu.

“ Keong itu ada sepasang. Aku mau kamu menjaganya, seperti aku yang menjaga cinta kita “ ucap William

“ Apa ini ... “ aku menanyakan apakah ia sedang menyatakan perasaannya

“ Mungkin selama ini aku nggak pernah nunjukkin rasa itu ke kamu. Tapi, hati memang nggak bisa bohong, kamu memang spesial buat aku. Sebenarnya kemarin aku telat, karena aku mencari sepasang keong itu dulu. Tapi susah mendapatkannya. Saat aku mau memperlihatkan ke kamu, kamu udah terlanjur marah “ terang Willliam. Aku sedikit tersentuh mendengar penjelasannya itu. Demi aku, dia mau bersusah mencari sepasang hewan yang lucu itu.

Well, aku hargai semua usahamu itu. Aku juga akan jaga keong-keong ini. But, I’m so sorry. I can’t answer it now. I need a time and your seriousm “ ujarku

Allright, I’ll wait for it. As long as possible “ balas William tersenyum. Senyumannya selalu membuatku teduh. William mendekat padaku dan mendaratkan kecupan dikeningku sebagai rasa sayangnya. Aku merasa nyaman saat itu. Aku dan William menghabiskan malam itu berdua. Kita duduk berdua menghadap ke arah pantai dan berbicara berdua. Rasanya aku tak ingin melepaskan malam itu.

Keesokan harinya. Aku dan William sudah berangkat ke kampus bersama kembali. Kita pun jadi semakin dekat, nggak menjaga jarak lagi. Anne senang melihat kita berbaikan. Karena itu berarti, dia bisa membagikan rencananya dalam rangka memberi pelajaran kepada kaum adam tersebut. Semalam Anne telah lebih dulu memberitahu rencananya kepada Bella. Bella menyetujuinya dan mau mengikutinya. Rencananya benar-benar bisa membuat cowo sadar bahwa cewe-cewe itu nggak bisa dipermainkan dengan seenaknya. Aku pun jadi ikut menyetujuinya. Sekalian aku ingin mengetes kesungguhan William sebelum aku menerimanya. Dan aku juga meminta Anne ikut melaksanakan idenya terhadap Bryan-pacarnya. Anne merasa tidak keberatan. Ia juga ingin memberi pelajaran kepada Bryan yang telah menggantungkan hubungan mereka selama hampir tiga bulan ini.

Aku, Bella, dan Anne melewati William dan teman-temannya. William melempar senyum manisnya padaku dan aku membalasnya. Kemudian William menawariku untuk pulang bareng. Sebelum menjawab tawaran William, aku menoleh pada dua sahabatku dan mereka memberi isyarat, inilah saat ini kita beraksi. Aku pun menolak tawaran William dengan dalih aku ingin jalan bersama teman-temanku. Untuk saat itu, William dapat menerimanya, walapun kekecawaan nampak diwajahnya. Aku, Bella, dan Anne berlalu dari hadapan William dan kawan-kawan. Apa yang kulakukan pada William, tentunya juga dilakukan oleh Bella terhadap David. Bahkan, Bella secara terang-terangan meminta David agar selama beberapa hari kedepan tidak perlu sering-sering bertemu dan bersama. David sempat tak terima dengan keputusan Bella. Namun, Bella meyakinkan David kalo ini untuk kebaikan mereka. Bella berargumen, ia takut bosan kalo mereka keseringan bersama. Akhirnya David menyerah dengan keinginan Bella. Karena sepertinya David tak ingin berdiam-diam-an dengan Bella kembali. Bella tersenyum puas dengan melunaknya David terhadap dirinya. Kita pun tertawa seolah telah sedikit menang. Hanya Anne yang belum beraksi. Karena Bryan sedang berada diluar kota, untuk mengurus perusahaan milik keluarganya. Namun, Anne tetap berjanji tak akan melanggar kesepakatannya sendiri. Aku dan Bella dapat mempercayai itu.

Selama kurang lebih seminggu, kita mendiamkan para cowo. Sedikit demi sedikit para lelaki berusaha mencari tahu apa sebab kita mendiamkan mereka. Mulai David, kemudian William, dan yang terakhir Bryan. Ketiganya merasa tidak tahan harus menjauh dari para gadis. Sedangkan kita hanya santai menanggapi kelinglungan mereka. Sampai aku mendengar William meminta Joe untuk membantunya untuk mencari tahu sikapku terhadapnya.

“ Tolong aku lah.. Masa baru baikan sehari, dia langsung cuek seminggu.. “ keluh William kepada Joe. Aku yang sedang menguping pembicaraan mereka, tersenyum geli mendengar keluh kesah William.

“ Yaa.. Terus, aku bisa apa? Ini kan masalah kamu. “ jawab Joe. Aku makin ingin tertawa mendengar jawaban Joe yang begitu santai itu.

“ Gini deh. Kalo kamu bisa tau apa bikin Janet berubah, aku bakal traktir kamu sepuasnya di kantin. Gimana?! “ bujuk William

“ Ceritanya mau nyuap nih?!! Sorry, yang namanya Joe pantang disuap “ sindir Joe sambil melirik William yang memasang wajah memelas pada Joe

“ Jangan pasang muka gitu dong.. Nggak enak liatnya tauu!! “ protes Joe

“ Makanya bantuin.. Yaa yaa.. “ paksa William.

Aku memutuskan untuk melewati mereka. Dengan rasa seolah tak mendengar apapun. Aku sempat melirik ke arah William sebentar, dan sepertinya ia sedikit terkejut dengan kemunculan yang tiba-tiba. Namun aku tak menyapa mereka. Aku tetap berjalan cuek, seperti tak ada siapa pun. Saat sedang berkumpul bersama Anne dan Bella, kuceritakan apa yang kudengar tadi. Mereka pun ikut tertawa geli mendengarnya.

“ Kalo William masih sewajarnya.. Sedangkan, David udah diatas normal ketika dia mau tau tentang aku “ ujar Bella

“ Gimana reaksinya? “ tanya Anne penasaran sambil menopang dagu dengan tangannya diatas lutut

“ Karena aku nggak pernah bales SMS ato angkat teleponnya, dia pernah ninggalin mailbox yang katanya kalo aku nggak mau nemuin dia, dia nggak mau kenal aku lagi “ cerita Bella

“ Masa sih dia segitunyaa?!! Rasanya nggak mungkin deh.. Dia kan cinta mati banget sama kamu.. “ sahut Anne sambil menahan gelak tawa,

“ Tapi, Bryan juga ngancam yang kurang lebih sama seperti David. Dia bilang, kalo aku masih diemin dia, dia bakal balik ke Manado dan nggak akan kesini lagi.. “ lanjut Anne.

Saat sedang asyik bercanda sambil membahas para cowo, aku tidak tersadar ternyata William mendengar perbincangan kami. Aku sangat terkejut ketika William tiba-tiba menimbrungi pembicaraan kami. Dari sikapnya saat itu, aku tau William terlihat kecewa. Dengan mimik emosi, William mengancam akan memberitahu David tentang ini. Namun aku dan Bella tidak perduli dengan perkataannya. Aku merasa William tidak serius dnegan ucapannya. Kami pun berlalu dari hadapan William.

“ Coba saja kalo kamu berani bilang ini ke semuanya. Kalian bakal tau siapa kita “ bisikku pada William sebelum meninggalkannya sendiri.

Sambil berjalan, aku sempat melirik ke arahnya. Aku melihat William memperhatikan kami dengan tatapan rasa penasaran dan sendu. Itu yang kulihat dari matanya. Aku hanya ingin tau, apa ia benar-benar mengatakan semua pada David. Secara, mereka juga tak terlalu dekat. Aku kira, dia hanya bercanda. Tapi ternyata, ia benar-benar mengatakan hal itu. Aku mengetahui ini bukan dari David saja, tetapi Joe juga mengatakan hal yang sama padaku. Aku sungguh terkejut. Kalo ia hanya mengatakannya pada David, it’s okay. Secara, David juga terlibat dalam sandiwara ini. Tapi, Joe tidak terlibat. Kenapa ia harus tau juga. William dan David sama-sama menjadi marah pada aku dan Bella. Ini diluar prediksiku dan Bella. Sementara Anne masih terus melanjutkan aksinya kepada Bryan. Kami makin bingung mencari solusi. Situasi ini membuatku tak enak hati pada William. Aku pernah mengutarakan ini pada Anne dan Bella dan mengajak mereka untuk mensudahi aksi kita ini. Namun Bella menolak mentah-mentah usulku. Ia merasa masih ingin memberi pelajaran pada David karena terlalu sering mendiamkan dia tanpa sebab. Anne juga menguatkan kemauan Bella. Yang itu artinya, mau tidak mau aku masih harus melakukan ini lagi.

Suatu malam yang indah dengan bintang-bintang dilangit. Aku sedang berjalan-jalan di taman perumahan sambil terus memikirkan aksi girl power dan William.Yang dulu aku takutin kini benar-benar terjadi. Aku merasa kini William menjauh dariku karena persoalan ini. Tapi aku juga nggak bisa mengkhianati perjanjianku dengan kedua sahabatku. Aku jadi semakin bingung dengan apa yang harus kulakukan.

“ Hei “ sapa seseorang dari depanku saat aku sedang menunduk. Aku mengangkat kepalaku dan melihat siapa yang ada didepanku. Itu William. Aku langsung melempar pandanganku ke tempat lain dan terus berjalan. Tiba-tiba dari belakang William memelukku, seolah ia tak ingin aku pergi.

Please, batalin segala aksi kalian. Aku mohon. Aku nggak bisa tanpa ada kamu “ ucap William perlahan,

“ Nggak bisa, Will.. Perjanjian ini, perjanjian antara kaum cewe. Aku nggak bisa mengkhianatinya “ ujarku tanpa menoleh sedikitpun pada William

“ Meskipun kamu harus menyakiti hatimu sendiri?! “ pertanyaan William itu membuatku tak berkutik. Memang ini membuatku batinku tersiksa. Tapi, sebelum ini hatiku memang sudah tersakiti karena dia. Dia – William, yang selalu menggantungku.

“ Ini nggak bikin aku sakit. Justru kulakukan ini, karena kamu juga “ ujarku dingin. William melepaskan pelukannya. Aku berbalik menghadap dia.

“ Apa aku pernah bikin salah sama kamu, sehingga ini balasan darimu? “ tanya William sambil menunduk sedih

“ Lebih baik kamu cari tahu sendiri jawaban itu “ ucapku menatap matanya dalam. Kemudian aku berjalan melewati dia. William sempat menyetop langkahku dengan menggenggam tanganku, namun aku segera melepaskan tangannya. Tanpa kusadari, saat aku melakukan itu, airmataku jatuh. Aku menangis. Aku menjadi takut kehilangannya. Sosok yang jarang kutemukan dalam diri cowo lain.

( backsound: Tak Mau Kehilangan, by: Mytha )

Aku tak bisa tidur hanya karena memikirkan William. Ini konyol bagiku. Tapi kenapa aku nggak bisa menghapus semua bayangan tentang William. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Anne meneleponku. Ia bercerita tentang Bryan. Dan ternyata keinginannya sama denganku, ingin segera menyudahi semua sandiwara ini. Anne juga merasa tak sanggup hidup tanpa Bryan. Aku berpikir semakin membuka peluang untuk segera mengakhiri sandiwara ini. Buat apa dilanjutin, toh yang diperuntukkan juga sudah tau. Tapi sepertinya, Bella masih belum mau menyudahinya.

Keesokan paginya. Aku dan Anne sama-sama memutuskan tidak berangkat kuliah. Kita memilih untuk membahas masalah yang sedang kita hadapi saat ini. Bella pun jadi ikut tidak kuliah.

“ Dari awal aku emang ragu buat jalanin ini. Sekarang aku mau ini semua kita selesein aja. Jujur, ternyata aku memang nggak bisa jauh dari dia “ ucapku saat memulai membahas

“ Nggak bisa gitu, Janet.. Kita kan udah setengah jalan. Masa mau dihentiin.. “ ujar Bella menolak

“ Kalo gitu, kamu lanjutin aja sendiri. Yang jelas, aku dan Anne udah sepakat buat berhenti sekarang. Kita nggak mau ngelanjutin ini “ ucapku tegas

“ Anne.. Ini kan ide kamu.. “ ujar Bella sedikit pada Anne

“ Maaf, Bella.. Bener kata Janet, kita memang nggak bisa hidup tanpa cowo. Kapan dan dimanapun kita pasti akan butuh mereka. “ terang Anne

“ Nggak!! Kalo kalian mau baikan, silahkan.. Tapi aku tetap akan nerusin ini, walaupun sendiri.. “ ucap Bella keras kepala

“ Kalian nggak pernah tau rasanya selalu dibohongi sama cowo gimana.. Sementara aku, David selalu bohongin aku.. Cape rasanya nanggapin dia.. “ ujar Bella terlihat sedikit sedih. Anne merangkul Bella

“ Karena kita tau rasanya makanya kita cukupin saja sampai disini. Apa ini bukan sama aja kita bohongin mereka?! “ ujar Anne menasihati Bella

“ Nggak!! Ini nggak sama!! Pokoknya jangan paksa aku untuk menyudahi ini semua.. Sampai David mengakui semua salahnya padaku.. “ Bella menegaskan kemauannya. Aku dan Anne tidak berani memaksanya. Saat ini emosinya sedang labil, kalo kita memaksa terlalu keras, ujung-ujungnya kita bertiga malah bisa berantem. Hal itulah yang nggak kita inginkan dalam misi ini.

Akhirnya, aku dan Anne tetap memutuskan mengakhiri ini semua. Meskipun kita memang masih ingin seperti ini, namun rasa takut kehilangan orang yang begitu spesial bagi kita terlalu besar. Sehingga rasa sayang ini dapat meruntuhkan tembok keras yang ada dihati masing-maisng. Saat kuceritakan hal ini kepada Joe, ia menyetujuinya. Bahkan kalo dibutuhkan, ia siap membantuku. Joe juga mengatakan, William tak pernah benar-benar marah atau benci padaku.

“ Kalo dia marah atau nggak mau bicara sama kamu, itu artinya dia gengsi untuk mengakui semua ketidakmammpuannya membenci kamu “ ujar Joe suatu saat

“ Terus aku harus gimana? “ tanyaku penuh keraguan

“ Terus aja baik-baikin dia. Lama-lama juga luluh sendiri. Tapi. Setelah itu jangan menjauh lagi “ ucap Joe santai

“ Sampai kapan? “ tanyaku lagi

“ Sampai saatnya datang “ jawab Joe santai. Tak beberapa lama kemudian, Joe beranjak menghampiri teman-temannya yang lain. Semua ucapan dan nasihat Joe barusan aku telaah baik-baik. Aku tau maksudnya menyuruhku menunggu seperti itu. Agar aku dan William dapat bersatu? Namun yang membuatku ragu adalah mampukah aku menjalani sesuatu yang baru? Sesuatu yang belum lagi aku jalani sejak aku kehilangan orang yang kucintai dulu.

Pada sore harinya. Aku mengajak William bertemu. Aku ingin meminta maaf atas semua sikapku pada dia belakangan ini. Biar bagaimanapun, William tetap menjadi sosok orang yang kukagumi. Walaupun aku belum menerima ataupun menjawab pernyataan cintanya, aku tak mau kehilangan dia hanya karena persoalan tersebut. Benar kata Joe, William nggak dapat jauh dariku. Meski awalnya William sempat baerpura-pura tak mau memaafkanku, namun pada akhirnya ia mau menerima permintaan maafku. Aku senang mendengarnya.

“ Eitt, tapi maaf ini nggak gratis loh “ ujar William tiba-tiba yang membuatku terkejut dengan apa yang ia maksud. Ia tertawa kecil seolah seneng melihatku dalam posisi kebingungan

“ Maksudnya, kamu harus jawab pernyataan yang waktu itu “ lanjutnya

“ Hah?! Emang aku belum jawab ya? Dan emang aku masih harus jawab? “ tanyaku menggodanya. Candaanku kali ini nggak dibalas dengan candaan juga. Biasanya dialah yang paling suka membuatku tertawa dengan segala banyolannya. Namun, kali ini dia serius dengan pertanyaannya. Ia menatap mataku dalam. Jujur, saat itu aku tak bisa berkutik dihadapannya. William benar-benar ingin aku menjawab pernyataan waktu itu. Ia menggengam erat tanganku.

Well, kalo aku memang harus jawab sekarang.. Allright, I’ll answer it now “ ucapku. Sebuah senyuman kepuasaan tersungging dari bibir William. Ia memasang mimik siap mendengar jawabanku. Aku menghela nafas panjang sebelum memulai.

“ Aku mau.. “ ucapku perlahan

“ Hah? Apa? Can you repeat it once again? I want sure my ears “ ujar William tak percaya

“ Nggak ada yang perlu diulang. Itu semua benar kok. Aku terima kamu. Karena sudah cukup aku ngasi kamu tes. Kamu bisa ngelewatinya tanpa marah padaku “ ucapku menerangkan

Thank you, dear “ ujarnya sambil memelukku, “ Aku janji, aku akan selalu bikin kamu bahagia. Nggak akan ada yang bisa bikin kamu sakit lagi “ janjinya

“ Aku nggak perlu janji. Aku cuma mau kamu buktiin semua “ ujarku padanya. William mengangguk menyanggupi permintaanku. Aku dan dia bertatapan cukup lama. Kemudian, kita saling berbagi perasaan.

“ Will .. “ ucapku pelan sesaat setelah suasana hening sejenak

“ Ya?! “ tanyanya sambil menyeruput minumannya

“ Aku bisa minta bantuanmu? “ tanyaku lagi

“Tentu. Anything for you “ jawab William, “ Ada apa? Ada sesuatu yang bikin kamu bingung? Lanjutnya. Sebenarnya aku masih ragu untuk meminta bantuannya. Namun, aku nggak tau harus minta tolong ke siapa lagi. Aku meminta William untuk membujuk David agar ia mau meminta maaf dan menyadari semua kesalahannya pada Bella. Aku menambahkan, hanya itu satu-satunya cara yang tersisa untuk mengakhiri sandiwara ini.

“ Makanya, lain kali kalo mau bertindak dipikir dulu akibat jangka panjangnya. Jangan asal ambil keputusan. Sekarang jadi berantakan gini kan?! “ nasihat William. Aku hanya mengiyakan perkataannya. Tanpa membalas kata-katanya. Aku sengaja mengalah karena aku tak mau terlibat adu mulut lagi dengan dia yang bisa berakibat fatal buat hubungan kami yang baru ini. Setelah puas William menceramahiku, akhirnya ia mau membantuku. Rasanya beban ini sedikit berkurang.

Anne menelponku. Ia memberitahuku bahwa ia juga sudah berbaikan dengan Bryan. Dari suaranya Anne terdengar sedang bahagia. Saat kutanyakan penyebabnya. Ia mengatakan kalo Bryan sedang ada di Jakarta. Aku pun langsung terlintas untuk membuat suasana jernih seperti dahulu kala, khususnya untuk mendamaikan Bella dan David, serta membuat mereka akur kembali. Aku menyuruh Anne datang ke kafe Sweety bersama Bryan jam 8 malam ini.

“ Halo “ sapa seseorang setelah aku menyudahi percakapanku dengan Anne

“ Iya. Ada apa, Will? “ tanyaku yang sudah mengenali suaranya

“ Aku udah bicara sama David. Dan dia mau minta maaf langsung ke Bella “ William memberi laporan padaku

Well.. it’s almost perfect “ batinku senang

“ Janet?! “ tanyanya

“ Eh iyaa.. Kamu bisa bawa David ke kafe sweety jam 8 malam ini? Nanti aku ajak Bella kesana “ pintaku

“ Malam ini? “ pekik William

“ Iya. Nggak masalah kan?! “ ujarku

“ Nggak apa-apa kok.. Cuma kaget aja. Dadakan sih kamu ngajaknya.. sahut William

“ Aku memang mau ketemuan sama Anne jam segitu dan ditempat yang sama. Kita pengen ngomongin semua sama kalian – para cowo “ ujarku. Setelah itu aku menyudahi pembicaraan kita ditelepon. Aku pun segera menghubungi Bella. Memintanya untuk bersiap-siap. Bella sempat bertanya-tanya kemanakah aku mau mengajaknya. Namun, aku tak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Jika itu kulakukan, maka kupastikan Bella tak akan mau ikut denganku. Akhirnya aku tak menjawab apapun. Hanya menyuruhnya bersiap dan aku akan menjemputnya satu jam lagi.

Satu setengah jam kemudian. Aku berhasil membawa Bella ketempat yang telah disepakati. Saat aku tiba disana, hanya ada Anne dan Bryan. William dan David belum kelihatan. Kemana mereka? Kenapa belum keliatan juga? Apa William kesulitan membujuk David? Pikirku. Tapi, aku tau William bukan tipe orang yang gampang menyerah. Jadi aku yakin, William pasti bisa membawa David kesini. Setelah menunggu selama kurang lebih setengah jam. Dan Bella mulai terlihat tidak sabar menunggu, akhirnya kedua cowo itu datang juga. Bella sangat terkejut dengan siapa yang datang bersama William itu. Ia sempat akan lari, namun kali ini atas inisiatif David sendiri yang mencegahnya. Aku mengajak William, Anne, dan Bryan menjauh sejenak. Membiarkan keduanya saling bicara. Dari kejauhan aku mengamati mereka berdua. Bella keliatan masih sangat BT terhadap David. Namun, David sepertinya tidak menyerah mendapatkan maaf dari Bella. Aku bisa melihat, sepertinya butuh waktu lama untuk David bisa mendapatkan hati Bella kembali.

“ Janet, aku jadi merasa bersalah.. “ ujar Anne sambil duduk dikursi sampingku

“ Ini semua gara-gara ide konyol aku. Semua jadi ribet kayak gini.. Memang harusnya aku nggak pernah mengeluarkan ide itu “ lanjutnya lagi dengan nada sedih. Aku langsung menenangkannya.

“ Heh, denger.. Ini bukan murni kesalahan kamu.. Ini kesalahan kita semua. Memang kita yang udah kebangetan dalam misi ini. Jadi, kamu jangan merasa bersalah lagi ya.. “ hiburku

“ Tapi, tetep aja.. Kalo ide balas dendam itu nggak pernah terlintas, keadaannya nggak akan kayak gini.. Marahnya Bella ke David nggak akan jadi seperti ini.. Ini semua memang gara-gara aku.. “ ujar Anne makin menjadi-jadi

“ Anne.. Nggak.. Yang kamu lakuin ini bukan berdampak negatif, tapi juga positif.. Khususnya buat aku “ ucapku sambil merangkul Anne dan memberi isyarat pada William dan Bryan agar mendekat

“ Maksud kamu? “ tanya Anne padaku. Aku melirik ke William sebentar, kemudian menanggapi pertanyaan Anne

“ Akan aku jelasin setelah masalah Bella selesai. Biar semua ikut denger “ ucapku

“ Jelasin sekarang aja, Janet.. “ ucap Bella saat menghampiri kami semua bersama David disampingnya

“ Bellaa?! “ pekikku dan Anne berbarengan

“ Kaliaaann, .... “ ucapan William terputus setelah David memotongnya

“ Kita udah baikan. Akhirnya Bella mau denger semua. “ ujar David sumringah sambil merangkul Bella

“ Sekarang, aku mau tau.. Apa yang mau kamu jelasin, Janet? “ tanya Bella menagih kata-kataku. Sebenarnya aku belum siap untuk mengumumkan kalo kini aku telah resmi bersama William. Itu sebabnya aku lama menjawab pertanyaan menagihnya Bella. William berjalan kebelakang kursiku, dan dia mencium pipiku. Sungguh bikin aku kaget. Ini tentu saja mengundang rasa penasaran teman-temanku juga.

“ Kamu lama jawabnya. Itu kan yang mau kamu bilang ke mereka “ ujar William sesaat kemudian. Aku masih terkejut sehingga tidak dapat berkata apa-apa.

“ Anne, itu yang mau bilang. Ide yang kamu bilang konyol itu, ternyata berbuah manis untuk aku. Kalo kamu nggak masang ide itu, mungkin aku nggak akan pernah tau keseriusan William. Semua itu karena ide kamu itu, Anne.. Makasih “ ujarku

“ Bukan cuma Janet, Anne.. Aku juga mau berterimakasih sama kamu. Kalo bukan karena ide kamu, David mungkin nggak akan pernah mau mengakui kesalahannya selama ini “ sahut Bella

“ Maaf ya.. Aku udah bilang ide kamu ini, ide yang kekanak-kanakan. Ternyata kamu bisa bikin mata hati para cowo jadi terbuka. Aku bangga sama kamu, sayang.. “ ucap Bryan sembari memegang tangan Anne. Anne keliatan sangat speechless. Entah apa yang ia rasakan sekarang.

“ Jadi, sekarang kalian udah jadian? “ David meyakinkan sekali lagi tentang aku dan William

As you see “ jawab William santai

“ Maaf ya. Kalo aku ngelakuin ini ke kamu. Tapi, ini semua karena aku sayang kamu dan aku nggak mau kehilangan kamu “ ucapku pada William. Kemudian, aku melakukan seperti apa yang ia lakukan padaku. Aku balas mencium pipinya. Dan disambut dengan sindirian dari sahabat-sahabatku beserta pacar-pacarnya. Namun, kini aku tak malu-malu lagi saat mereka menyindir-nyindir aku dan William. Karena saat ini orang yang kusuka sudah ada disampingku.

( backsound: Lebih Dari Indah, by: Nikita Willy )

- F i N -

Sunday, March 27, 2011

Antara Fana dan Nyata

( Opening backsound: I Heat You, by: SM*SH )

Matahari sedang semangat menyinari bumi ini. Sehingga suasana hari ini sangat terasa panas. Meski begitu, Janet tetap melanjutkan misinya untuk mendapatkan satu majalah yang ada poster dari band favoritnya, The Coach. Sudah beberapa agen majalah yang didatangi, tapi selalu kehabisan. Kali ini ia mencari hingga ke daerah kampusnya, walaupun lumayan jauh dari rumahnya. Akhirnya, ia mendapatkannya juga. Betapa bahagianya hati itu, ia langsung pulang dan memajang poster itu di dinding kamarnya. Selesai memajang poster itu, Janet tak bisa mengalihkan pandangannya dari poster Jonathan itu barang sedetik. Tidak sampai mamanya memanggilnya. Terpaksalah ia melepaskan pandangannya.

“ Janet, ada telepon dari Bella “ ujar sang mama memanggil putrinya itu

“ Iyaa, Ma, sebentar “ sahut Janet dari kamar sambil membereskan peralatan, seperti: gunting, plester, lem, dan lain-lain yang digunakannya untuk menempel poster

“ Halo “ ucap Janet mengangkat telepon

“ Janeett, kemana aja kamu? Di telepon ke HP, nggak diangkat-angkat?? “ omel Bella

“ Maaf. HP baru kehabisan batere. Memang ada apa? “ tanya Janet

“ David SMS aku. Dia ngajak aku lunch siang ini. “ suara Bella terdengar berat

“ Wah, bagus dong. Terus kenapa? “ ujar Janet

“ Bagus dari Hongkong?? Aku nggak mau lunch sama dia.. Terus aku harus apa? “ ucap Bella bingung

“ Ya udah, gampang aja. Kamu kacauin aja acara makan siang itu. Dia pasti BT “ Janet memberi usul

“ Oh iya, cowo kalo acaranya dikacauin pasti bakal marah. Pinter kamu! Tapi, kamu bantuin ya.. “ pinta Bella

“ Hah? Apa? Bantuin? Udah minta saran, minta bantuan pula?? Maunya apa sih.. “ pekik Janet, “ Oke deh, kali ini aku bantu. Kebetulan siang ini aku sama William mau keluar. Nanti kamu SMS tempatnya dimana ya “ lanjut Janet

“ Kyaaa.. Thank you, dear “ sahut Bella sumringah

Yang baru menelpon adalah temen baik Janet, Bella. Mereka satu kelas dikampus. Bella cewe blasteran, Sunda-Manado, yang lahir di Manado. Sedangkan Janet, cewe blsteran Jawa-Cina dan lahir di Jakarta. Dari pertama masuk kuliah, Janet dan Bella memang dekat. Keduanya pun, sering didekat-dekatkan dengan dua cowo. Janet dan William, sementara Bella dan David. Tapi, temen-temen sekelas mereka lebih seneng mendekatkan Bella dan David. So, Janet dan William masih jauh dari gosip. Janet dan Bella masih memiliki seorang sahabat lagi, namanya Anne. Anne seorang cewe misterius yang tak mudah untuk didekati. David dan William teman seangkatan Janet, Bella, dan Anne. Dan juga sekelas dengan ketiga gadis itu.

Siang ini Janet dan William berjanji untuk membeli buku keperluan kuliah bersama. Namun, sepertinya rencananya akan bergeser sedikit karena ada ‘permintaan dadakan’ dari Bella. Janet mengajak Will – sapaan akrab William, makan siang bersama Bella dan David. Sebenarnya, Will menolak. Karena ia tak ingin menganggu David, temennya juga. Janet terus membujuknya. Hingga akhirnya William luluh juga.

“ Bella! Ternyata kalian makan disini juga “ ucap Janet berakting tidak tahu apa-apa

“ Hei! Sini, gabung yuk. Kita juga baru sampe. “ tawar Bella. David merasa tak senang dengan kehadiran Janet dan William. Bella menatap melas ke David, sehingga David harus menerima secara suka tidak suka.

“ Kenapa mesti kesini sih kalian? “ bisik David kesal pada Will ketika William baru duduk

“ Aku juga tadinya nggak mau. Tapi, dia maksa. “ jawab William masih berbisik

Melihat wajah kedua cowo itu kesal, Janet dan Bella tersenyum geli. Kemudian mereka memesan makanan. Selama menunggu makanan yang dipesan, obrolan mereka dibagi menjadi dua jalur, jalur obrolan cewe dan cowo. Tidak menjadi satu. Makanan yang dipesan datang. Mereka berempat menyantap makanan masing-masing. Saat sedang makan, di restoran itu diputar lagu berjudul Cinta Dua Dunia dari The Coach. Janet tersentak kaget. Ia tersedak, dan cepat-cepat mengambil minumnya.

Are you okay? “ tanya William

It’s okay. I’m fine “ ucap Janet setelah selesai minum

“ Kamu kenapa? “ tanya Bella

“ Nggak apa-apa. Cuma kaget aja denger lagunya. “ ucap Janet malu-malu

“ The Coach yaa.. Aku juga lagi suka sama The Coach. Apalagi vokalisnya, si Jonathan, cool banget!! “ sambung Bella

“ Hah? Kamu suka juga?! Memang pesonannya Jonathan kuat banget. Dia itu bagaikan sebuah magnet buat cewe-cewe, iya kan.. “ ujar Janet

“ Bener banget. Aku ngumpulin loh, setiap video performance mereka. “ ucap Bella bangga

“ Oh iya?? Mau liat dong.. Tadi pagi, aku baru beli tabloid X-Teen, ada poster mereka. Jonathan-nya ganteengg banget!! “ samber Janet

“ Beneran? Minggu ini? Hemm, David.. Nanti kita mampir ke agen majalah dulu ya “ pinta Bella merayu David disebelahnya

“ Cewe kalo udah ada mau-nya pasti bawel kalo nggak kesampean. Mending aku iya-in aja deh “ batin David, “ Iya. Nanti aku anter “ jawab David. Bella tersenyum puas mendengar jawaban David. Janet dan Bella melanjutkan obrolan tentang Jonathan dan The Coach sepertinya selera kedua sahabat itu sama. Terlihat sekali mereka senang kalo udah membahas tentang cowo yang mampu membuat cowo manapun cemburu setengah mati. Sampai mereka mau pulang pun, belum habis bahan obrolan tentang cowo itu dan bandnya. David dan William cuma bisa geleng-geleng kepala.

Keesokan harinya, di kampus. Sepanjang kelas sesi dua, bahan pembicaraan Janet dan Bella nggak jauh-jauh dari Jonathan. Sesekali, Anne ikut menambahi namun setelah itu ia kembali diam, tak terpengaruh. Sembari mengobrol, Janet membuka facebook lewat HP-nya. Dan menemukan jadwal manggung band The Coach, segera ia memperlihatkannya ke Bella dan Anne ikutan melihat. Bella mengajak Janet dan Anne untuk datang langsung ke lokasi manggung band favoritnya itu. Awalnya Janet menolak, masalah bukan karena ia tak ingin, melainkan karena lokasinya selama sebulan ke depan di luar kota semua. Dan tak mungkin, mereka mengorbankan kuliah mereka demi The Coach. Bella secara lisan, mengikuti anjuran teman-temannya, namun dilubuk hatinya yang paling dalam mengatakan kalo ia harus pergi ke salah satu lokasi yang diluar kota itu. Makanya itu, dari selesai kuliah, ia langsung buru-buru pulang. Padahal, biasanya mereka bertiga nongkrong dulu di kampus. Janet dan Anne nggak curiga akan suatu rencana nekat yang dipikirin Bella. Kabar Bella yang menghilang baru diketahui Janet dan Anne saat David yang memberitahu bahwa di rumah kontrakan Bella, tak ada seorangpun pada malam harinya. Hingga keesokan paginya, dikampus Bella tak juga keliatan. Kecurigaan Janet dan Anne akan Bella nekat menemui The Coach pun kian menguat.

“ Emang nggak mungkin sih. Selama ini, Bella kan emang keras kepala kalo udah ada maunya. “ Anne memberikan argumennya

“ Terus, kenapa dia nggak bilang sama kita. Kenapa harus diam-diam gini, bikin bingung tau.. “ ujar Janet

“ Hem. Tunggu, kenapa kita nggak susul aja dia?! “ usul Anne

Kemana? “ tanya Janet

“ Dalam waktu dekat ini, The Coach manggung dimana? Bella pasti nyari lokasi manggung The Coach dalam waktu dekat “ ucap Anne

“ Iya sih. Masuk akal juga. “ sahut David

“ Dimana yaa? Aku nggak nyatet jadwal mereka. “ ucap Janet,

“ Oh iya, Will.. Boleh aku minta pulsa kamu. “ tanya Janet ke William

“ Tentu, Buat apa? “ sahut Will sambil memberikan handphone-nya. Janet langsung membuka akun facebook-nya dan membuka tagged note yang ada jadwal manggung band The Coach.

“ Semarang. Besok The Coach di Semarang. “ ujar Janet setelah membaca schedule-nya

“ Kita harus kesana. Kita nggak bisa biarin Bella sendirian disana. Dia nggak tau apa-apa disana. Kalo dia nyasar gimana? “ ujar Anne

“ Iya. Kebetulan hari ini hari kamis. Kita kesana aja, pulangnya hari minggu. Bolos hari jumat aja, nggak masalah. “ lanjut Janet

“ Kalian yakin mau kesana? Janet, apa orang tua kamu bakal ngizinin? “ tanya William khawatir

“ Yakin. Aku bakal bilang, ini touring sama anak-anak kampus. Orang tuaku pasti nggak akan curiga “ ujar Janet

“ Iya. Aku juga akan bilang yang sama seperti Janet bilang. Mamaku nggak bakal nanya macem-macem “ sahut Anne

“ Kalo gitu, aku sama Will ikut yaa.. Biar kalian ada yang jagain. Bahaya kan kalo yang pergi cewe-cewe aja “ tawar David

“ Nggak usah. Kalian disini aja, besok nggak ada yang ngizinin kita dong kalo kalian ikut “ cegah Anne

Don’t worry. I have some friends there. I think, we can ask one of them to help us. Okay “ sambung Janet

Sementara itu, Bella sudah tiba di Semarang. Setibanya di stasiun kereta Semarang, ia langsung menuju ke tempat yang dijadwalkan akan jadi panggung band The Coach. Ia sudah melihat tempatnya, dan sekarang ia bingung mencari tempat menginap. Rasanya nggak mungkin ia menginap di hotel yang menyediakan fasilitas seperti hotel bintang lima. Ia pergi dengan buru-buru, dan hanya membawa uang seadanya. Setelah berkeliling kota, akhirnya ia mendapatkan sebuah penginapan murah, tapi kecil di dekat lokasi manggung band favoritnya itu. Dan ia memutuskan untuk menginap disana, dengan begitu ia punya lebihan uang untuk tiket VIP show The Coach.

( Backsound: Terbang, by: Vierra )

Kamis sore itu juga, Janet dan Anne berangkat ke Semarang dengan kereta. Mereka berdua berharap bisa menemukan Bella sebelum show itu mulai. Kebetulan Janet memiliki teman disana, dan sudah mengabari kalo ia dan temannya akan kesana, sehingga temannya itu mengizinkan untuk tinggal dirumahnya.

Keeseokan harinya. Pukul 6 pagi, Janet dan Anne sudah sampe di stasiun Semarang. Mariana – teman dunia maya Janet sudah menjemputnya. Janet menceritakan semua ke Mariana. Dan Mariana bersedia membantu mereka. Saat perjalanan menuju ke rumah Mariana, Anne membaca spanduk konser The Coach terpampang besar di jalan raya. Konser itu dimulai jam 2 siang. Anne mengusulkan, bagaimana kalo mereka ke lokasi dulu untuk mencari Bella, barangkali Bella udah ada di lokasi untuk membeli tiket.

“ Katanya Anne masuk akal juga sih “ pikir Mariana sambil mempelankan mengendarai mobilnya

“ Ya udah, kalo gitu kita kesana aja “ Janet menyetujuinya

“ Semoga Bella ada disana sekarang. Please, Bella.. Show yourself “ batin Anne khawatir akan keadaan sahabatnya itu.

Mariana langsung putar arah ke lapangan simpang lima di pusat kota, mencari tempat yang digunakan untuk konser itu. Mereka bertanya-tanya ke masyarakat sekitar simpang lima dan akhirnya menemukan tempatnya. Benar saja pikiran Anne, di salah satu loket memang ada Bella sedang mengantri.

“ BELLAA!! “ panggil Janet dan Anne dari kejauhan sambil berlari turun dari mobil dan Mariana ikut berlari dari arah belakang mereka. Bella menoleh ke sumber suara, dan terkejut apa yang dilakukan oleh kedua sahabatnya itu, menyusulnya sampai Semarang dari Jakarta.

“ Janet?? Anne?? Ini kalian? Serius kalian nyusul aku kesini? “ tanya Bella tak percaya

“ Iyalah. Kita khawatir tau!! Kamu kan orang Manado, mana ngerti kota ini. Lagian, kenapa kamu nggak bilang-bilang kita dulu mau kesini “ omel Anne pada Bella

“ Maaf. Tapi, kemarin kalian bilang, kalian nggak mau bolos kuliah. Makanya aku putusin aku berangkat sendiri aja.. “ ujar Bella polos

“ Huu!! Bilang-bilang dooonggg!! Memang kamu kira, aku nggak mau nonton langsung??!! “ samber Janet kesal

“ Oh iya. Bella, kenalin ini temenku, Mariana. Na, ini yang namanya Bella. Yang udah bikin kita susah “ ucap Janet saling memperkenalkan Mariana ke Bella dan sebaliknya. Bella dan Mariana saling berjabat tangan dan berkenalan. Tiba-tiba dari arah belakang mereka, ada yang mendengar pembicaraan mereka. Dan mengetahui kalo mereka sengaja datang jauh-jauh dari Jakarta demi band The Coach. Ternyata itu adalah drummer The Coach, Rino.

“ Jadi, kalian datang dari Jakarta? “ tanya Rino memastikan yang didengarnya.

“ Ri.. Rinoo.. “ pekik Janet kaget, ia tak menyangka langsung bisa bertatap muka dengan idola yang digemari seluruh remaja itu.

“ Kenapa? Nggak usah takut gitu. Aku nggak bakal makan kalian kalii.. “ canda Rino

“ Yaa ampuunn, selama ini aku cuma memperhatiin Jonathan doang. Tanpa aku sadari Rino cakepnya bisa menyamai Jonathan.. “ batin Janet kagum

“ Tadinya yang kesini cuma aku sendiri. Tapi, tiba-tiba mereka nyusul sendiri. “ ucap Bella melirik Janet dan Anne

“ Apaan?!! Itu karena kita khawatir tauu sama kamu, yang pergi nggak bilang-bilang sama kita “ timpal Anne

“ Hmm.. Sebagai tanda appreciate, aku punya sesuatu buat kalian. Nih “ Rino menyodorkan 4 tiket VIP ke mereka, “ Oh iya, itu juga bisa buat masuk ke backstage, bilang aja aku yang nyuruh kalian. Pasti diizinin “ lanjut Rino

Wow, thank’s a lot. If you don’t mind we meet you at backstage, we’ll be there “ ucap Janet sambil menerima 4 tiket itu.

Setelah itu Rino kembali ke mobil yang seperti personel lain udah menunggu di mobil itu juga. Tak berapa lama kemudian, mobil itu pergi. Janet, Bella, Anne, dan Mariana memperhatikan mobil sampai tak terlihat lagi dipelupuk mata. Kemudian mereka berteriak dan lompat-lompat kegirangan, hingga mereka menjadi tontonan orang-orang yang ada. Mereka kembali ke mobil dengan perasaan riang juga tentunya. Mereka memutuskan untuk beristirahat dulu di rumah Mariana, setelah mengambil barang bawaan Bella di penginapan. Bagi Janet dan Bella hal itu seperti dream comes true. Impian mereka untuk bertemu dengan idola mereka bisa menjadi kenyataan, setelah melewati berbagai jalan yang penuh liku. Tentunya, mereka nggak akan melewatkan kesempatan emas itu. Jam 1 siang, mereka udah berada di lokasi itu lagi. Janet, Bella, Anne, dan Mariana sempat melihat dahulu band itu checksound. Mata Janet nggak bisa jauh dari sosok seorang Rino. Ia baru menyadari, kalo personel band yang memiliki karisma khas itu cuma ada di Rino. Selama ini ia hanya menatap kagum pada Jonathan. Sesekali Rino melempar senyum manisnya pada keempat dara itu, walaupun beberapa kali seperti ia memperhatikan Janet. Itu Janet. Beda sama Bella. Mata Bella dari awal memang nggak berpindah dari Jonathan. Ia amat sangat suka dengan sosok itu. Sosok Jonathan memang sosok cowo ideal yang diimpikan banyak cewe pada umumnya. Tinggi, putih, cakepnya ampun-ampunan, pinter, dan semua yang bagus-bagus deh.. Selesai checksound, konser pun dimulai. Banyak juga penonton yang datang. Tiket konser habis, sampai ada penonton yang nonton dari luar lapangan. Acara hari itu bisa dibilang sukseslah. Konser itu memakan waktu hampir 2,5 jam.

“ Hei “ panggil seseorang ke Janet dkk. Keempat gadis itu menoleh, dan terkejut setengah mati siapa yang sudah berdiri di belakangny, semua personel The Coach!

“ Iya? “ tanya Janet grogi

“ Tadi aku kan udah bilang, kalian boleh ke belakang panggung. Kenapa nggak kesana? Aku juga udah cerita ke mereka kalo kalian, khusus dateng dari Jakarta “ ucap Rino

“ Tadi kita mau masuk. Tapi kita pikir, kalian pasti cape. Makanya kita nggak mau ganggu “ ucap Janet. Kelima personel The Coach tertawa lepas, kedengarannya mereka geli dengan ucapan Janet tadi.

Fans itu aneh-aneh yaa.. Ada yang bilang, kalo abis manggung sapalah penggemarnya.. Nah, kalian dikasih kesempatan, malah dibuang.. “ untuk pertama kalinya Janet dan Bella mendengar langsung suara merdu idola mereka, Jonathan

“ Yaa, itu kan mereka. Bukan kita. Kita beda, jadi jangan disama-samain dong “ sahut Bella.

Ketika asyik mengobrol, ada seorang kru yang memanggil para personel untuk segera kembali ke tenda make-up. Janet dkk diizinkan masuk kedalam, kalo mereka mau melihat bagaimana jalannya evaluasi setelah tampil.

“ Ngomong-ngomong, kapan kalian mau balik ke Jakarta? “ tanya Jonathan setelah selesai evaluasi performance

“ Hmm.. Belom tau.. Mungkin hari minggu besok. Kita masih pengen jalan-jalan dulu disini. Kalian? Abis dari sini masih ke luar kota ato ke Jakarta? “ ucap Bella

“ Hari minggu yaa?? Kita sih besok, soalnya hari minggunya ada acara di Bogor “ ujar Jonathan

“ Gimana kalo kalian ikut kita baliknya. Kebetulan kita ada sisa tiket pesawat, 3 kru kita masih tinggal disini buat ngurus beberapa kontrak kita “ tawar Rino yang tiba-tiba muncul bersama Janet dari luar tenda

“ Hah? Apaa? Pulang bareng? “ tanya Janet memastikan

“ Iya. Lagian, setelah liat kalian – maksudnya perjuangan kalian sampe sini, kita jadi respect sama kalian. Mau? “ terang Jonathan

“ Maaaauuuuu!!! “ samber Janet dan Bella bebarengan dengan suara lantang

“ Heii, kalian.. Katanya mau jalan dulu.. “ tanya Anne berbisik ke Janet

“ Jalan-jalan disini kan bisa abis ini ato kapanlah.. Tapi seperjalanan sama mereka kapan lagi.. “ bisik Janet ke Anne dengan nada girang. Rino memberikan 3 tiket itu ke Janet, Bella, dan Anne. Selang beberapa menit kemudian, mereka pamit pulang bersamaan dengan para personel beserta tim kembali ke hotel. Bagi Bella ini buah manis dari perjuangan nekatnya ke kota orang. Sebelum ia memutuskan pergi sendiri ke Semarang, ia tak pernah menyangka bisa bicara panjang lebar dengan idola-idolanya bahkan berkesempatan sepesawat ketika pulang kembali ke Jakarta.

Keesokan harinya. Mariana mengantar 3 sahabat itu ke bandara. Personel dan sebagian kru The Coach sudah tiba sampe di bandara. Mereka mengadakan perpisahan dengan Mariana, baru setelah itu mereka masuk untuk check-in. Setelah check-in, mereka menunggu waktu keberangkatan. Disela-sela menunggu, 3 sahabat itu asyik dengan kegiatannya sendiri-sendiri. Anne asyik dengan novel yang baru dibelinya kemaren usai menonton konser, Bella sedang mengobrol sama personel band, sementara Janet sedang telponan sama William. Anne sedikit cemburu saat Janet telponan sama William, apalagi Janet keliatan seneng banget kalo lagi ngobrol berdua dengan William. Anne memang menyimpan rasa suka sama William. Tapi ia tak mau membicarakannya dengan siapapun, karena ia tau siapa yang disukai oleh William. Ya, cuma Janet seorang. Dan keliatannya Janet juga menyukai William. Selesai berteleponan-ria, Jonathan menghampiri Janet. Dan mulai mengajak gadis itu mengobrol.

“ Siapa yang kamu telepon? Kata Bella, itu cowo kamu ya?! “ ujar Jonathan sembari duduk disamping Janet

“ Ah, nggak.. Bella tuh yang ngasal. Dia cuma temen biasa kok “ sergah Janet. Ia paling anti kalo ada orang yang menganggap ada apa-apa antara ia dan William

“ Lebih dari temen biasa juga nggak apa-apa. Nggak ada yang ngelarang “ ujar Jonathan dengan nada jahil

“ Apaan sih?? Kalo nggak ada apa-apa, mau diapain lagi.. “ ucap Janet. Setelah itu terdengar pengumuman dari seorang pramugari yang mengatakan bahwa pesawat yang menuju ke Jakarta mengalami keterlambatan selama kurang lebih satu jam. Kecewa diwajah Janet keliatan sekali. Jonathan menenangkannya.

“ Udahlah. Nggak usah kecewa gitu. Kamu nggak tau kan, hal seperti ini udah sering banget kita alami. Ini baru sejam, pesawat kita pernah delay hingga hampir 7 jam. “ kenang Jonathan

“ 7 jam?? Terus kalian ngapain aja disini? Kalian keluar dulu? “ tanya Janet tak percaya

“ Ya nggaklah. Kan nggak ada pemberitahuan keterlambatan selama 7 jam, akhirnya kita cuma bisa nunggu disini aja. Nggak berani kemana-mana. Padahal, besoknya kita harus terbang ke Kuala Lumpur “ cerita Jonathan

“ Ya ampun seberat itukah konsekuensi pekerjaan mereka?! “ batin Janet tak percaya

“ Kaget ya denger ceritaku? Tapi memang begitu “ ujar Jonathan

“ Aku cuma kaget aja. Ternyata perjalanan kalian memang nggak mudah. Banyak tikungan untuk mencapai sukses. Aku salut sama kalian, biarpun lelah, kalian tetap semangat menghibur semua “ puji Janet

“ Makasih. Itu memang tuntutan “ jawab Jonathan ringan.

Tak berapa lama kemudian, seorang pramugari mengumumkan bahwa penerbangan ke Jakarta akan segara dilakukan. Semua calon penumpang diharapkan segera memasuki pesawat. Janet cs langsung memasuki pesawat. Di dalam pesawat, Janet duduk disamping Jonathan, karena yang dua kursi sudah ditempati Anne dan Bella, sementara disamping Rino sudah ada personel The Coach yang lain beserta beberapa kru band. Keliatannya Janet jadi seneng bersebelahan dengan sang idola. Mengamati itu, Bella jadi iri atau lebih tepat disebut cemburu sama Janet yang bisa dapat perhatian lebih dari Jonathan. Selama beberapa hari ketemu sama Jonathan, ada suatu rasa yang timbul dari hati Bella untuk cowo itu. Perasaan yang lebih dalam dari sekedar rasa kagum penggemar untuk idolanya. Rasa yang sama yang pernah ia rasakan ke David. Bella mencoba menahan diri agar tak terbakar api cemburu. Anne menenangkannya, walaupun ia senang kalo Janet mendapat seseorang yang lain, dengan begitu ia akan mendapatkan hati William.

“ Bella, kamu tau Janet seperti apa kan.. Kalo dia tau kamu suka sama Jonathan, aku rasa dia nggak akan nusuk kamu dari belakang “ ucap Anne pelan

“ Kamu yakin dia tau? “ tanya Bella ragu

“ Yakin. Karena sikap kamu udah menerangkan semua. Kalo kamu punya rasa yang lebih sama dia “ jawab Anne sambil memperhatikan Janet dan Jonathan yang terus bercanda

“ Sikap aku?! Yang mana? Memang bener-bener keliatan ya? “ tanya Bella

“ Mungkin kalo orang lain nggak akan sadar. Tapi, nggak buat aku dan Janet. Kita tau kok apa yang kamu rasain sekarang. “ ujar Anne lagi

“ Betapa perhatiannya kalian sama aku.. Aku jadi terharu.. “ ucap Bella,

“ Anne, tapi kamu harus janji sama aku. Kamu bakal bantu aku buat nunjukin rasa ini ke Jonathan “ lanjut Bella. Anne mengangguk disertai dengan sebuah senyuman yang sepertinya tak begitu tulus.

“ Maafin aku, Bella. Sepertinya aku nggak bisa deketin kamu sama Jonathan. Lebih baik Jonathan yang sama Janet, jadi aku bisa mendapatkan William. Tapi, kamu nggak perlu tau ini, Bella “ ucap Anne dalam hati. Anne sedikit bersalah karena harus berjanji bohong sama Bella demi perasaannya, yang tak tau apakah akan terbalas atau tidak. Sementara itu, Bella yang sempat curiga akan hal yang diobrolin oleh Janet dan Jonathan akan hal-hal yang bernada perasaan merupakan sebuah kesalahan. Yang mereka berdua bahas adalah tidak terlepas dari Rino. Ya, Janet memang ingin tau lebih banyak soal Rino, mulai dari keinginannya sampai kebiasaannya yang kecil-kecil..

Sejam kemudian. Mereka sudah tiba di bandara Soetta, Jakarta. Sebuah mobil sudah menjemput band The Coach dan siap mengantar mereka kembali ke basecamp. Bella sempat tanya dimana basecamp mereka, dan Jonathan memberitahu sedetail-detailnya. Maksudnya, biar mereka – khususnya Janet bisa main kesana kapanpun mereka mau. Sepertinya Jonathan memang menaruh perasaan khusus ke Janet. Is it true? Let’s check for the answer J . Janet dkk langsung pulang dengan taksi. Karena tak ada yang menjemput. Taksi yang mereka naiki, pertama mengantar Bella, kemudian Janet, yang terakhir Anne. Karena rumah Anne paling jauh dari bandara. Begitu tau, Janet sudah ada di Jakarta. William ingin mengajaknya jalan, namun Janet masih terlalu lelah untuk keluar rumah. William pun dapat mengerti dan tidak memaksa. Beda dengan Bella yang masih bisa keluar bareng David. Gadis itu seperti tidak memiliki rasa lelah. Sepanjang perjalanan, David harus mendengar ocehan Bella tentang The Coach – terutama tentang Jonathan. Seperti tak henti-hentinya Bella terus memuja-muja idolanya itu. Ingin rasanya David bilang, “ I’m jealous “ . Tapi, tak mungkin. Itu sama saja membuat Bella kecewa.

Keesokan harinya. Bella, Janet, dan Anne mulai kuliah seperti biasa. Tiada yang berbeda. Yang berbeda hanyalah perasaan Janet dan Bella yang berbunga-bunga usai bertemu dengan idola mereka. Perasaan bahagia yang masih tersisa itu, yang mampu membuat Janet lebih fokus dengan study-nya. Saat kuliah berlangsung, Janet seperti tidak mau diganggu jika sedang mendengarkan dosen berbicara. Sungguh bukan pemandangan yang biasa. Biasanya, kalo Janet diajak bicara saat sedang mendengarkan kuliahnya, pikirannya langsung kabur dan nggak bisa nyambung ke kelas lagi.

“ Yes! Hari ini aku berhasil fokus. Kalo gini terus, aku yakin, aku bisa jadi yang terbaik. Seperti Rino yang tetap dapat nilai terbaik, biarpun dia sibuk dengan bandnya “ batin Janet ketika keluar kelas usai kuliah berakhir sambil tersenyum sendiri saking bahagianya.

“ Wow.. Sepertinya, beberapa hari lagi bakal hujan nggak berhenti-henti nih.. “ sindir seorang cowo ke teman-temannya ketika Janet lewat di depannya

“ Memang kenapa? Oh iya, kan tiba-tiba ada yang berubah serius yaa.. “ lanjut yang lain. Janet sadar, kalo sebenarnya ia yang disindir-sindir. Ia pun marah dan langsung menggertak teman-temannya itu

“ Heh.. Kalo mau ngomong, langsung di depan aja kali.. Aku juga nggak bakal marah “ bentak Janet ke cowo yang bernama Bobby itu

“ Kenapa? Tersinggung ya? Berarti ngerasa, kalo emang kamu yang kita omongin “ jawab Bobby ketus

“ Kalo iyaa, kenapa?? Kamu ngomongin orang dibelakang, siapa juga yang nggak tersinggung.. “ balas Janet kesal

“ Janet, udah.. Nggak ada gunanya kamu ngurusin orang-orang kayak gitu. Ngabisin waktu kamu aja.. Yuk.. “ ujar Bella menyudahi perdebatan. Janet memalingkan wajahnya dari Bobby masih dengan amarah. Sebelum beranjak pergi, Janet sempat menginjak kaki Bobby terlebih dahulu, hingga Bobby berteriak, entah kaget atau sakit.

***

“ Iiihhh. Itu orang, bener-bener ngerusak hari indah aku!! Awass ajaa, aku nggak bakal mau maafin dan liat dia lagii.. “ omel Janet ketika berjalan ke kelas berikutnya

“ Itu nggak mungkinlah, Janet.. Kan kita bakal sekelas terus sama dia.. Jadi, kamu harus bisa lupain keegoisan dia itu. Kamu kan tau, Bobby memang orang yang ceplas-ceplos “ ujar Anne

“ Anne, ada saran yang lebih baik.. Jangan nyebut nama dia lagi!! Alergi tau dengernya.. “ balas Janet sambil membuka pintu kelas. Begitu memasuki kelas, HP Janet berdering nada SMS. Ketika ia membuka SMS, dari Rino. Wow! Seneng banget Janet dapat SMS dari Rino. Isinya ngajak dirinya jalan bareng. Rasa kesal Janet ke Bobby saat itu langsung sirna berganti dengan bahagia. Namun 20 menit kemudian, ajakan yang sama juga datang dari Jonathan dan William, mereka berdua persis mengajaknya jalan di saat yang sama dengan ajakan Rino. Janet pun jadi bingung. Bella dan Anne – khususnya Bella jadi iri setengah mati, Janet bisa dapat perhatian lebih dari semua cowo yang dekat dengan dirinya. Anne memberi solusi ke Janet. Ia harus pergi atau sekedar punya janji dengan orang lain, diluar ketiga cowo itu. Hal itu, ia lakukan agar Janet tak memilih dengan William. Bella menyetujui, agar ia bisa menggantikannya pergi dengan Jonathan. Janet berpikir, siapa orang yang akan diajaknya berpura-pura itu. Bobby dan Michael masuk kelas. Anne memberi isyarat ke Janet, bagaimana kalo Bobby yang diajaknya.

Oh God.. Really ?!! Why must him ?? I hate him !! “ pekik Janet tak percaya usulan Anne

“ Siapa lagi, Janet? Nggak ada waktu lagi buat nyari. Besok malam kan undangan semuanya.. “ ujar Bella

“ Oke. Untuk kali ini lupain dulu kebencian kamu sama dia. Ini demi kamu sendiri kok yaa “ timpal Anne. Dengan berat hati, Janet mengangguk setuju. Dari pada ia bingung mencari alasan agar tak membuat ketiga kecewa. Anne bicara dan membujuk Bobby. Beda dengan Janet yang awalnya sangat menolak dengan tegas, Bobby justru mengiyakan tawaran Anne dkk. Bella mencari tau dimana Jonathan mengajak Janet ketemuan secara diam-diam dari sahabatnya itu, agar ia dapat menemui Jonathan, dengan kata lain, Bella ingin “menggantikan” Janet bertemu Jonathan. Begitu juga dengan apa yang dilakukan Anne demi bisa bertemu William.

***

Keesokan harinya. Jumat malam. Janet bersiap pergi melaksanakan “aksi” nya dengan pergi dengan Bobby – cowo yang paling ia sebeli seantero kampus itu. Mereka pergi ke tempat yang ga mungkin di datangi Rino, Jonathan, ataupun William. Mengetahui Janet udah jalan sama Bobby, Bella bersiap menemui Jonathan. Dalam hati Bella sempat merasa bersalah pada Janet, namun kalo sudah berurusan dengan hati apapun rela ia lakukan, termasuk membohongi sahabatnya sendiri. Khusus malam ini, ia tak mau memikirkan sahabatnya itu. Yang penting malam ini ia bisa happy bersama orang disayangnya. Tempat pertemuannya dengan Jonathan adalah di taman bunga.

“ Jonathan.. “ sapa Bella

“ Bella.. Kenapa kamu ada disini? Sendirian? “ tanya Jonathan terkejut dengan kehadiran Bella saat itu.

“ Aku?! Biasa. Kalo lagi penat dirumah aku memang suka kesini, apalagi malam-malam gini. Kamu sendiri ngapain disini? “ ujar Bella

“ Aku lagi nungguin orang. “ ucap Jonathan

“ Orang yang spesial? “ tanya Bella mencoba memastikan perasaan Jonathan pada Janet

“ Bukan orang spesial banget sih, tapi aku jadi seneng dan nyaman aja kalo ada disebelah dia. “ ujar Jonathan sambil melempar pandangan jauh ke depan

“ Ternyata bener, Jonathan emang punya rasa sama Janet. Tapi aku pasti akan dapatin Jonathan “ batin Bella

“ Oh ya, aku permisi duluan ya. Aku mau cari orang itu di tempat lain dulu “ pamit Jonathan. Bella yang tak mau ditinggal Jonathan segera ambil sikap untuk mencegah Jonathan pergi dari taman itu.

“ Aduuhh “ keluh Bella sambil memegangi kepalanya dan hampir pingsan

“ Bella! Kamu kenapa? Kamu sakit? “ tanya Jonathan panik

“ Nggak apa-apa kok. Dari tadi aku seperti migrain biasa. Bentar lagi juga baikan “ ujar Bella sambil terus memegangi kepalanya. Tak berapa lama kemudian, Bella jatuh pingsan. Fortunatelly, Jonathan langsung menangkapnya sebelum Bella jatuh di tanah. Sebenarnya Bella hanya berpura-pura pingsan, agar Jonathan tak pergi.

***

“ Hah? Apa? Jangan bercanda, Anne!! Aku tau Janet seperti apa. “ ujar William terkejut mendengar penjelasan Anne kalo Janet yang memutuskan untuk membatalkan janji dengan William karena Bobby memaksanya pergi.

“ Terserah kamu mau percaya ato nggak. Yang jelas, memang itu yang terjadi. Bobby yang mempengaruhi Janet biar nggak pergi sama kamu. Dan Janet bener-bener terpengaruh sama perkataan Bobby “ terang Anne , “ Bobby memang racun untuk semua “ lanjut Anne dingin. Anne sengaja menjelek-jelekkan Bobby di depan William, karena ia ingin membalaskan dendamnya, karena cintanya ke Bobby bertepuk sebelah tangan, sehingga ia ingin menjatuhkan citra kedua orang itu (Janet dan Bobby) sekaligus.

“ Aku nggak percaya itu. Bobby orang yang baik ke semua orang. Mana mungkin dia bisa jadi racun setiap orang “ ujar William masih nggak percaya. Namun Anne masih terus meyakinkannya, dengan maksud perasaan William ke Janet bisa berubah.

***

“ Akhirnya kamu sadar juga “ ucap Jonathan lega saat Bella sadar dari pingsannya. Bella membuka matanya dan melihat sekelilingnya, ia berada di pangkuan Jonathan di kursi taman

“ Berapa lama aku pingsan? “ tanya Bella sembari bangkit untuk duduk

“ Sekitar sepuluh menit. Memang kamu sakit? “ ucap Jonathan. Bella menggeleng. Dan mengatakan ia hanya sedikit kelelahan.

“ Aku sakit karena kamu, Jo.. Karena kamu nggak pernah anggap aku lebih spesial dari ini “ batin Bella sedih. Bahasa tubuh Jonathan mengatakan ia tak tenang bila bertemu dengan Janet. Jonathan pun akhirnya bener-bener pamit pergi ke Bella. Bella melepas kepergian Jonathan dengan rasa sedih yang teramat dalam. Ia menunduk lemah, menyelamai perasaannya yang tak akan mungkin terbalas oleh seorang superstar.

( backsound: Tentang Rasa, by: Astrid )

Sementara itu di kafe suatu mall, Rino tetap menunggu Janet hingga larut. Hingga ia harus menahan kantuknya. Untuk melepas kantuknya, Rino memilih berjalan-jalan di etalase-etalase toko di mall. Ketika ia akan memasuki lift, ia melihat Janet dan seorang cowo berjalan berdua, terlihat akrab sekali. Rino tak menyapa mereka, ia ingin Janet sendiri yang melihatnya. Tentu saja Janet melihat Rino. Ia tak menyangka bakal bertemu Rino di mall itu. Kemudian ia baru tersadar kalo Rino memang menunggunya di salah satu kafe yang ada di mall itu. Rini hanya meliriknya sebentar kemudian berlalu dari hadapan Janet dan Bobby. Pandangan mata Janet mengikuti langkah kepergian Rino dari hadapannya dengan mimik sedih dan bersalah, ia berpikir pasti sekarang Rino membenci.

“ Janet, kamu kenal dia? “ tanya Bobby setelah beberapa menit Rino berlalu. Janet tak menjawabnya, ia menunduk seperti akan mengatakan sesuatu yang pahit.

“ Maaf, Bobby. Kamu pulang aja duluan.. “ ucap Janet dan Bobby terkejut.

“ Aku harus selesein semua masalah salah paham ini segera “ lanjutnya. Kemudian Janet berlari menyusul Rino. Ia berlari terus menuruni eksalator mall, terus dan terus mencari sosok Rino. Ia ingin menjelaskan semua dan meminta maaf. Akhirnya ia mendapati Rino sedang menuju parkiran di basement. Ia memanggil-manggil Rino, namun Rino masih bersikap acuh padanya. Rino menaiki mobilnya, Janet masih berusaha mengejar namun ia terjatuh karena tersandung botol minuman. Lama ia tak bangun dari jatuhnya. Ia menatap mobil Rino, tanpa disadari airmatanya jatuh membasahi kedua pipinya. Entah apa yang ia tangisi. Janet sendiripun tak mengerti.

( Backsound: Dalam Mihrab Cinta, by: Afghan )

Keesokan harinya. Perasaan Janet menjadi sangat tak enak. Ia merasa bakal ada sesuatu yang terjadi. Benar saja. Tanpa ia ketahui apa sebabnya, Bella tiba-tiba menjauhinya. Begitupun dengan Anne dan William, yang ikut-ikutan menjauhinya. Janet menjadi sangat bingung. Beberapa teman yang masih ia miliki hanyalah Bobby, Michael, dan Michell. Beberapa hari kemudian, Janet baru menyadari kalo ia merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya. Sahabat yang spesial untuknya. Bella, Anne, dan William memang udah terlalu dalam masuk ke kehidupannya. Sehingga kalo mereka berdiam-diaman seperti ini, Janet seperti ada yang hilang dalam hidupnya. Melihat temannya itu bersedih dan murung terus, Bobby menjadi nggak tega melihatnya. Ia pun mencoba mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.

“ Anne, apa kita nggak terlalu tega diemin Janet kayak gini terus. Jujur, aku ngerasa nggak enak banget sama dia.. “ ucap Bella pada Anne tentang rasa nggak enaknya ke Janet

“ Lagian kenapa dia harus dapat kayak gini? “ tanya Bella lagi.

“ Oh, jadi ini semua karena kalian?! Sebenarnya apa sih yang kalian mau liat dari Janet?? “ tanya Bobby tiba-tiba muncul

“ Kamu ngomong apaan sih.. Kita nggak tau apa-apa kok.. “ ujar Anne berpura-pura

“ Nggak usah berdalih nggak tau!! Aku denger barusan, kalo kalian sengaja ngejauhi Janet. Apa maksud kalian? Kalian nggak sadar, Janet terluka karena perbuatan kalian ini. Dan karena kalian juga dia jadi sedih berkepanjangan kayak gini. Kalian masih anggap dia sahabat ato bukan sih.. “ ujar Bobby

“ Nggak salah kan kalo mereka ngelakuin itu semua.. Dia sendiri yang memulai, dia yang menganggap ini semua fana buatnya, dan dunia khayalannya adalah nyata buat dia “ ucap William membela Anne dan Bella yang dari tadi diam mendapat ceramah dari Bobby. Bobby menatap tajam dan sinis ke William.

“ Aku mau ngomong sama kamu empat mata! “ ujar Bobby mengajak William menjauh dari Anne dan Bella.

***

“ Kamu tau rasanya dicuekin sama orang yang begitu berarti buat kamu? “ tanya Bobby ke William dengan nada menyindir

“ Aku nggak tau rasanya. Karena aku nggak pernah yang namanya ngalami itu “ jawab William santai dengan cueknya, Bobby mulai terlihat emosi dengan jawaban William itu namun ia masih bisa menahan amarahnya, ia menghela nafas,

“ Seandainya ada yang ngelakuin itu kamu gimana? Apa yang kamu rasain? “ ucap Bobby lagi

“ Tentu aku bakal ngerasa sedih dan kehilangan orang itu “ ujar William

“ Lalu, kenapa kamu ngelakuin hal yang sama itu ke Janet. Sama yang seperti akan kamu rasain kalo kamu ada di posisi dia, saat ini dia bener-bener sedang down. Dan itu karena kamu dan yang lain! Aku nggak ngerti apa ini yang disebut sahabat terbaiknya.. Selama ini Janet selalu membanggakan punya sahabat kayak kamu, Bella, dan Anne. Tapi, sepertinya dia salah menilai kalian, yang nggak lebih dari sahabat palsu!! “ ucap Bobby menusuk hati William seperti pisau belati. William yang tak terima perkataan Bobby barusan, kontan memukul Bobby. Bobby tak terima diperlakukan seperti itu, balas memukul William dengan dua pukulan ke pipi kanan-kiri William. Pukulan pertama untuk pukulan William ke dirinya, pukulan kedua untuk perlakuan William ke Janet. Sehingga adu fisik pun tak terhindarkan. Janet dan Michelle yang kebetulan lewat, segera melerai kedua cowo yang bertengkar seperti anak kecil itu. Namun, kedua gadis itu tak berhasil memisahkan pertengkaran itu.

Stop!! Kalian itu kenapa?? Kayak anak kecil tau nggak!! Aku kecewa punya temen kayak kalian, terutama aku nyesel punya sahabat palsu kayak kamu, Will.. “ ujar Janet

“ Justru kita yang kecewa punya sahabat kayak kamu, Janet.. “ ucap Anne datang ditengah kemelut itu

“ Anne.. “ ujar Janet lirih, “ Apa maksudmu? “ tanyanya kemudian

“ Kamu memang tak lebih dari seorang pegkhianat. Kamu tau, siapa yang disuka Bella kan.. Tapi, kenapa malah kamu ambil seseorang itu.. “ ujar Anne

“ Oh, jadi kalian marah sama Janet hanya karena seorang cowo?! Norak. Itu lagu lama “ ucap Michelle menyindir Anne, Bella, dan William - yang masih ngos-ngosan usai adu fisik dengan Bobby

“ Diam!! Ini nggak ada hubungannya sama kamu!! Jangan ikut campur!! “ bentak Anne ke Michelle

“ Heh.. Jelas ini ada hubungannya sama aku.. Karena kalian yang tega nyakitin orang sebaik Janet.. Mungkin kata Bobby, ada benernya. Kalian emang nggak pantes buat ditemenin.. “ ujar Michelle kemudian. Anne geram, namun Bella menenangkannya setelah melihat Janet juga menenangkan Michelle yang lagi terbakar emosi. Michelle memang cewe yang paling nggak suka dengan ketidakadilan dan pengkhianatan. Maka dari itu, ia ada dibarisan depan dalam membantu masalah Janet.

“ Cel, udahlah.. Biarin aku yang ngomong ya.. “ ujar Janet

“ Oke. Kalo emang ini semua karena Jonathan, ayo kita selesein ini bareng sama orangnya. Bagaimana? Kebetulan hari ini aku mau ketemuan sama Rino, mungkin bisa sekalian. Dan disitu aku bakal bilang, kalo ada seseorang yang sangat menyukainya “ ajak Janet.

“ Untuk apa kamu lakuin itu? Untuk mastiin kita semua, kalo memang kamu yang dipilih Jonathan, dan bikin aku semakin sakit lebih dari ini.. “ ujar Bella

“ Bella, aku memang suka sama Jonathan. Tapi, itu cuma sekedar suka dari penggemar untuk idolanya, nggak lebih.. Dan kalopun yang kamu pikiran itu terjadi, aku pasti bakal menolaknya. Karena hati nggak bisa berbohong. Bukan dia yang aku bener-bener aku sayang “ ucap Janet

“ Kalian nggak mau?! Berarti kalian memang mau persahabatan kalian putus?!! “ timpal Bobby. Anne, Bella, dan William setuju dengan tawaran Janet.

Akhirnya mereka sepakat untuk menemui Jonathan dan Rino bersama-sama. Mereka mulai membahas awal permasalahannya. Bobby mencoba menjelaskan awalnya ia pergi dengan Janet malam itu. Dari cerita Bobby, memang Anne yang menyuruh Bobby pergi dengan Janet dengan tujuan mengalihkan semuanya. Anne mengeluarkan semua alibinya agar tak disalahkan 100%. Namun, Rino tak mau dengar apapun alasannya. Ia tetap men-judge Anne adalah biang keladi dari semua masalah ini. Bukan hanya Rino yang menuduhnya, Bobby dan William pun juga. Anne yang tak tahan dituduh terus-menerus, akhirnya mengakui perbuatannya.

“ Memang. Memang ini semua aku yang ngatur. “ ucap Anne sambil menunduk merasa bersalah. Rino mau memotong pengakuan Anne, namun Janet mencegahnya. Dan membiarkan Anne menceritakan semua alasannya.

“ Jujur, aku lakuin ini semua bukan karena aku berniat ngerjain Janet, tapi aku cuma ingin deket sama orang yang aku sayang “ terang Anne sembari melirik William. Semua ikut melirikWilliam juga

“ Anne.. “ ujar Bella lirih sambil merangkul Anne yang mulai menitikkan airmatanya

“ Maafin aku, Janet. Maafin aku, Bella,, aku sampe manfaatin perasaan kamu demi tujuanku ini.. Maaf, semua “ ujarnya lagi. Janet mendekat ke Anne yang terduduk dilantai

“ Anne, nggak apa-apa. Aku nggak marah sama kamu. Ayo, bangun “ ucap Janet sambil membantu Anne berdiri.

“ Makasih. Kamu memang berjiwa besar, aku paham sekarang kenapa William nggak mau kehilangan kamu. Karena hatimu seputih salju “ ujar Anne. Mendengar ucapan Anne itu, semua terkejut, terutama Rino, ia menatap dingin pada William. Janet dan Anne berpelukan. Kemudian, Jonathan mendekat ke tiga sahabat itu. Dan ia mulai mengatakan perasaan sayangnya ke Janet. Rino nggak mau kalah, ia pun ikut menyatakan rasa yang ia miliki ke Janet sejak pertama mereka ketemu karena aksi nekat Bella. Awalnya, Janet sempet bingung apa yang akan ia katakan. Setelah melihat kesedihan dan ke-patah-hati-an Bella, ia pun mengambil keputusan.

“ Bella, aku nggak akan ambil yang seharusnya jadi milik kamu. Karena kamu dan Anne tetap sahabat terbaik aku. “ ucap Janet ke Bella yang lagi menunduk seolah tak mau tau apa yang akan dipilih Janet. Kemudian Janet memegang tangan Jonathan,

“ Jo, aku bisa ‘titip’ sahabat aku itu?! Karena aku nggak bisa sama kamu. Rasa ini nggak bisa berkembang lebih dari rasa seorang penggemar. Ada yang lebih menyanyangi kamu lebih dari aku “ ujar Janet ke Jonathan sembari melirik Bella. Bella dan Jonathan sama-sama terkejut mendengar perkataan Janet, kedua berpandangan lama sekali. Janet menyatukan tangan keduanya. Saat Janet akan berbicara ke Rino, William lebih dulu menundanya.

“ Tunggu.. Aku kamu memikirkan sekali lagi, antara aku dan Rino “ tambah William. Janet tertawa kecil mendengar perkataan William, kemudian tetap berjalan ke arah Rino, dan merangkul tangannya.

“ Will, aku memang suka kamu. Tapi, itu dulu. Sebelum aku ketemu Rino. Sejak saat itu rasa yang aku punya ke kamu, jadi berpaling ke Rino “ ujar Janet sambil tersenyum menatap Rino yang lebih tinggi sejengkal darinya.

“ Jadi.. Kamu nerima aku?!! “ ucap Rino memandang Janet tak percaya. Janet hanya mengangguk dan tersipu malu. Keduanya pun berpelukan. Anne bernafas lega. Dengan semua pengakuannya, kini semua berakhir dengan senyum kebahagiaan. Anne melirik William dan berpikir masih ada kesempatan untuk menunjukkan perasaan sayangnya dengan cara yang lebih baik dan sopan.

“ Aku seneng sekarang kita kembali lagi kayak dulu. Semoga kita selalu bisa kayak gini “ ucap Bella bahagia sambil merangkul Janet dan Anne

“ Hmm.. Tunggu.. Kita nggak bertiga sekarang.. “ ujar Janet, kemudian dia menarik Michelle yang dari tadi jadi penyimak yang baik sama Bobby

“ Sekarang ada Michelle. Aku harap, kalian nggak keberatan Michelle gabung sama kita. Biar gimanapun, dia juga temen terbaik aku “ lanjutnya

Of course “ sahut Anne dan Bella bebarengan

“ Temen kamu, temen kita juga.. Ups, salah.. Sahabat kita juga.. “ tambah Bella

“ Makasih, teman-teman “ ujar Michelle tersenyum senang

Keempat gadis itu berpelukan dengan derai airmata bahagia. Rino, William, Jonathan, dan Bobby berjejer saling berangkulan satu sama lain dan tersenyum melihat persahabatan para gadis. ( backsound: Manusia, by: Vierra )

- THE END -

New baked post

A Book Review "Well, That Was Unexpected!" | #blogsocialdiary

Blurb: Mortified by her mother’s matchmaking. Sharlot Citra agrees to ONE date with George Clooney Tanuwijaya, son of the most famous family...