Haloo.. Sebelum baca FFS ini, baca ini dulu yukk --> http://curcollika.blogspot.com/2011/08/fanfict-story-ffs-akhir-cerita-cinta.html :)
Chapter 1 - Pertemuan Singkat
Pagi ini suasana di bandara Internasional sedang sangat ramai. Banyak WNI maupun WNA berdatangan ke Indonesia dan keluar Indonesia – khususnya yang bertujuan dan berasal dari Jakarta. Seorang gadis berusia sekitar 21 tahun, baru turun dari pesawat yang membawanya ke Indonesia dari Sydney, Australia. Dengan celana ¾ hitam dan kaos abu-abu dilengkapi dengan kalung dan earphone yang menutupi telinganya, gadis yang bernama Widy itu berjalan akan mengambil kopernya dibagasi. Saking asyiknya dengan MP4 –nya, Widy tak menyadari sebuah koper yang mirip dengan kopernya berjalan hampir bersamaan, dan ia pun salah mengambil koper itu. Menyadari kopernya tertukar, Rangga – pemilik koper yang dibawa Widy sekarang, berusaha mengejar Widy hingga keluar pintu. Saat Widy sedang bersama kedua kakak yang menjemputnya, Rangga mengatakan kalo koper mereka berdua tertukar. Widy baru menyadari kalo benar tertukar, setelah melihat di pegangan koper itu ada nama Rangga. Wajah Widy memerah seketika. Ifan dan Raka – kedua kakak Widy hanya bisa tertawa geli melihat polah aneh adik bungsu mereka. Wajah Widy memerah menahan malu. Tak berapa lama kemudian, kedua adik Rangga, Morgan dan Dicky keluar dengan membawa koper asli milik Widy. Setelah bertukar kembali, Widy dan kakaknya langsung pulang. Begitupun dengan Rangga, Morgan, dan Dicky. Sepanjang perjalanan menuju rumah tercinta, Widy menyesali tadi nggak sempat berkenalan dengan Rangga – orang yang begitu baik. Alhasil, lamunannya pun nggak jauh-jauh dari Rangga.
“ Well. Nggak apa-apa sekarang ngga sempet kenalan lebih jauh. Tapi, kalo jodoh tak lari kemana “ ucap Widy dalam hati pasrah tanpa meninggalkan pikiran tentang cowo pertama di Jakarta yang membuatnya malu itu
“ Widy?! Melamun? “ tanya Ifan membuyarkan lamunan Widy
“ Hah? Apa? “ tanya Widy linglung
“ Apa.. Apa.. Tadi lo ga nyimak yang kita bicarain ya.. Lo pulang-pulang, kenapa jadi error gini sih.. “ ledek Raka kesal omongannya nggak di gubris Widy
“ Hmm.. What did you say? “ tanya Widy polos
“ Tuh kaann. Masih ga respect.. “ gerutu Raka. Raka memang kakak Widy yang paling punya sikap dingin dan acuh. Berbeda dengan Ifan yang menyanyangi adik-adiknya. Urutan anak tertua mungkin berpengaruh, oleh sebab itu, Ifan terlihat paling dewasa dari Raka dan Widy.
“ Udah. Udah, Raka.. Biar gue yang nerangin “ Ifan menengahi
“ Wid, jadi gini. Kevin mau tinggal dirumah, soalnya dia mau kuliah di Jakarta ini. Jadi, kamu jangan bikin keributan ya dirumah “ nasihat Ifan
“ What?? Kevin?? Our naughtiest cousin?? “ pekik Widy
“ Kamu bilang apa?? Sepupu ternakal kita?? Nggak salah, Wid.. Antara kamu sama Kevin, yang paling bandel yaa kamu kalii.. “ ujar Raka sembari tersenyum geli
“ Iihh.. Kak Raka inii.. Sama adik sendiri kayak gituu. Jelek-jelekin mulu.. Padahal udah jelas, paling kece gini.. “ balas Widy
“ Kalian ini, akur sedikit dong.. Jangan berantem mulu.. “ sergah Ifan
“ Gue juga tadinya nggak mau, Fan.. Tapi dia juga yang mulai duluan.. “ umpat Raka
“ Nah, kaann.. Mulai lagi, nyalahin aku.. “ tambah Widy kesal
“ Bedaa bangeett kayak cowo yang tadii.. Baiikk, cakeep lagi.. “ lanjut Widy sambil melempar pandangannya keluar jendela, sambil melamun kembali.
( Backsound: Oh Ya, by: SM*SH )
Sama hal dengan apa yang dirasakan Widy. Rangga juga nggak bisa melupakan pertemuannya dengan gadis itu barang sedetikpun. Kalo Widy belum bisa terbuka dengan kedua kakaknya, Rangga justru terang-terangan mengakui perasaan sukanya kepada kedua adiknya, Morgan dan Dicky.
“ Sayang yaa, kalian nggak ngecek barang-barang di kopernya tadi.. “ ujar Rangga
“ Buat apa? Lagian kan nggak baik, buka tas orang sembarangan “ ucap Morgan
“ Yaa tentunya, buat tau identitas dia “ jawabnya Rangga
“ Kalo kalian jodoh pasti bakal ketemu lagi “ sahut Morgan kemudian di-iya-in Dicky. Rangga menganggap itu bakal terjadi sambil senyam-senyum sendiri, senyum khas orang yang sedang jatuh cinta
Beberapa jam setelah Widy sampai dirumah tercinta, Kevin – sepupu sebayanya tiba dirumah. Sebelumnya Kevin tinggal dan kuliah di Jogja, namun karena ingin mengikuti jejak teman masa kecilnya yang bermigrasi ke Jakarta, ia pun memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan kuliah di kampus yang sama dengan Raka dan Widy. Sewaktu kecil, Kevin dan Widy memang sodara yang paling nggak bisa akur. Ada aja tingkah mereka dulu. Namun sepertinya usia dewasa membuat Kevin berubah. Ia keliatan tampak begitu dewasa, sepertinya kenakalan dimasa kecil itu tidak akan ada lagi.
“ Well, selamat datang dirumah gw. Gue harap, lo nggak lagi nyari gara-gara sama gue ya “ ucap Widy ketika menyambut Kevin di depan rumahnya
“ Harusnya gue yang ingetin lo soal itu. Selama ini kan elo yang mulai duluan. Bukan gw “ balas Kevin
“ Elo kalii yang mulai.. “ ujar Widy mulai sebel
“ Tuh, belum apa-apa udah ngajak ribut “ ucap Kevin acuh
“ Widy!! Jangan mulai lagi!! “ ujar Ifan
“ Kevin, masuk yuk “ ajaknya pada Kevin. Kevin dan Ifan melewati Widy. Mereka masih bersikap acuh tak acuh. Ifan mengantar Kevin ke kamar yang akan ditempatinya. Kemudian Ifan menyuruhnya istirahat dahulu.
***
“ Gue udah sampai Jakarta. Kapan kita bisa ketemu? “ tanya Kevin ketika menelpon temennya
“ Jangan hari ini. Gue juga baru sampe Jakarta “ jawab temennya itu.
“ Kalo gitu, gue aja yang ke rumah lo gimana? “ tawar Kevin
“ Jangan.. Jangan.. Lo kan baru di Jakarta, nanti lo nyasar. Kalo gitu, gue yang ke tempat lo aja ya.. Lo tinggal dimana? “ tanya temen masa keci Kevin yang bernama Morgan itu
“ Gue tinggal sama sepupu disini. Sebentar, gue tanya alamatnya dulu “ ujar Kevin. Kevin menanyakan alamat rumah ke Raka yang ada di dekatnya. Raka menuliskan alamat rumahnya di secarik kertas, kemudian Kevin membacakannya ke Morgan. Kemudian mereka mengakhiri pembicaraan di telepon mereka.
Widy mempunyai hobi menulis, khususnya menulis puisi. Puisi karya Widy sudah sangat banyak. Ada yang tercecer di kertas, di diary-nya, buku catatan kuliah, ataupun di laptop-nya. Malam ini, Widy sedang mencurahkan perasaannya saat bertemu dengan Rangga siang tadi dalam puisi terbarunya. Kalo suasana hatinya sedang bagus seperti ini Widy bisa sangat lancar menulisnya. Ia menulis diiringi dengan senyuman bahagia-nya.
“ Gue jadi semakin penasaran, siapa sih cowo yang tadi siang. Kenapa dia bisa bikin gue mikirin dia terus kayak gini.. Dan yang nggak gue ngerti, rasa ini seperti rasa yang gue rasain ke Reza. Bahkan rasa ini sama seperti yang gue rasain waktu masih sama Andi “ ucap Widy bicara sendiri sambil gigitin jarinya. Tanpa ada yang menyadari, di ujung sana Rangga sedang mikirin Widy juga. Cewe yang sempet dianggapnya ceroboh.
( backsound: Deg-Degan, by: Vierra )
Keesokan harinya. Hari ini hari Sabtu. Widy dan keluarganya sedang menikmati sarapan bersama. Kedua orang tua Widy, Ifan, dan Raka pamit untuk pergi karena ada urusan ke Sulawesi, dan mereka berpesan jangan meninggalkan rumah dalam keadaan kosong. Selepas orang tua mereka pergi, mereka mencari orang yang ‘rela’ menjaga rumah. Widy adalah orang yang paling nggak mau ngalah.
“ Hari ini gue harus standby di kampus, untuk ngurusin urusan pensi kampus. Jadi gue nggak bisa jaga rumah “ ujar Ifan
“ Weee.. Kak Ifan lari dari tanggung jawab!! Aku juga nggak mau! Hari ini aku ada janji shopping bareng Linzy dan PJ.. “ ujar Widy
“ Oke. Berarti sekarang tinggal antara Raka dan Kevin. Siapa yang mau tinggal dirumah? “ tanya Ifan berpaling ke Raka dan Kevin
“ Sebenarnya hari ini aku mau ketemu temen lama. Tapi kalo dizinin, ketemuannya dirumah ini sambil jaga rumah, nggak masalah “ ucap Kevin mempermudah
“ Gue juga nggak masalah jaga rumah. Tapi nggak buat siang “ ujar Raka
“ Berarti sekarang jelas. Pagi sampe siang ini yang dirumah Raka. Siang sampe sore, Kevin. Sorenya harus Widy. Malemnya semua harus udah dirumah “ ujar Ifan ngasih titah
“ Lhoo?? Kok gitu? Kalo urusan shopping, aku kan bisa makan waktu lama.. “ bnatah Widy
“ Dilarang protes, Wid!! Terima, ato nggak usah pulang sekalian!! “ ancam Ifan.
“ Well, it’s okay. No problem “ ucap Widy pasrah
***
“ Mau kemana? Pagi-pagi udah siap. Jarang-jarang nih.. “ tanya Rangga sembari menyindir Morgan yang lagi ngaca di mobilnya
“ Ada janji sama temen lama. Tau kan Kevin kan, temen aku waktu kita masih tinggal di Jogja, sekarang dia pindah ke Jakarta. Jadi aku mau nemuin dia, sebelu besok ketemu di kampus “
“ Kevin?! Ya, aku inget “ ujar Rangga sambil mengingat-ingat yang mana orangnya sambil terus mengelap mobil kesayangannya
“ Ngomong-ngomong, Dicky mana? Dia udah siap? “ tanya Rangga
“ Tau tuh! Abis sarapan tadi katanya ada yang ketinggalan dikamar. Tapi, kok lama juga ya.. “ jawab Morgan, “ Mau aku panggil? “ tawarnya
“ Nggak usah. Aku udah disini. “ ucap Dicky muncul di depan pintu
“ Kamu ini, ngapain aja.. Kayak cewe tau nggak,, siap-siapnya lama banget.. “ ujar Rangga,
“ Hehehe.. Maaf.. “ ucap Dicky polos
“ Ya udah. Yuk, berangkat.. “ ajak Rangga sembari masuk ke mobilnya.
Dicky-adik bungsu Rangga, masih dikelas 3 SMA. Karena ia yang paling kecil di keluarganya, kalo berpergianpun ia harus ‘dikawal’ salah satu dari kedua kakaknya. Kecuali untuk urusan sekolah. Alasan ini yang sering ia manfaatkan untuk kabur dari Rangga dan Morgan. Hari ini yang bertugas mengantar Dicky ke sekolah adalah Rangga. Karena Dicky sudah kelas 3 dan mau menghadapi ujian, maka mereka menetapkan aturan: sampai ujian Dicky kelar, ia harus diantar-jemput kakak-kakaknya. Setelah menurunkan Dicky, Rangga berniat pulang. Namun, ia berpikir untuk mencari identitas Widy dari data yang ada di maskapai penerbangan yang membawanya kembali dari Sydney. Ia memutar balik mobilnya, ke kantor maskapai tersebut. Disananya ia berusaha meminta alamat Widy atau nomor yang bisa dihubunginya masih dengan alasan tas yang tertukar. Petugas itupun kemudian memberi kontak telepon Widy ke Rangga. Rangga mengucapkan terima kasih dan berlalu pergi. Ia langsung menghubungi Widy. Akan mengajaknya jalan.
“ Halo “ ucap Rangga ketika memberanikan diri menelpon
“ Ya? “ jawab Widy bingung dengan suaranya. Sebenarnya Widy udah bisa menebak dari suaranya. Suara Rangga dari awal mereka bertemu memang nggak bisa hilang dari pikiran Widy.
“ Hei. Bener ini yang namanya Widy? “ tanya Rangga menebak
“ Iya. Ini siapa ya? “ tanya balik Widy
“ Oh, kamu masih inget kejadian waktu pertama kali kamu sampai di Jakarta ini? Kejadian yang di bandara “ terang Rangga
“ Kejadian?! Kejadian apa? Aduh, ini siapa yaa.. Kalo main-main, aku tutup aja deh “ ancam Widy
“ Eett,, jangaann!! Oke okee.. Aku orang yang kemaren kopernya ketuker sama kamu. Inget?! “ jawab Rangga menyerah menggoda Widy
“ Rangga?! “ Widy memastikan ingatannya
“ Iya. Ngg, hari ini kamu ada acara nggak? Aku mau ngajak ketemu. Kemaren kan kita belum sempet kenalan lebih banyak, karena waktu itu kamu buru-buru. “ ajak Rangga
“ Bukannya aku nggak mau. Tapi, aku harus jaga rumah. Sore ini waktunya aku jaga rumah. Soalnya rumah lagi kosong orang “ ujar Widy sedikit kecewa tapi tetep seneng ditelpon oleh Rangga
“ Oh begitu.. Gimana kalo aku kerumah kamu aja. Bisa minta alamatnya? “ ucap Rangga pantang menyerah. Kemudian Widy memberi alamat rumahnya lewat SMS.
***
“ Siapa, Wid? Kayaknya akrab banget.. “ tanya Linzy – temen deket Widy
“ Bukan siapa-siapa, Zi.. Lo udah pernah gw ceritain tentang cowo yang ketuker koper sama gue waktu di bandara kemaren kan. Orangnya ngajak ketemuan gue..” Ujar Widy sumringah
“ Lo belum cerita ke gue kali.. “ protes Linzy
“ Tapi, lo ceritanya ke gue, Wid.. Hahaha.. “ samber PJ
“ Oh, PJ ya.. Sorry, gue lupa “ ucap Widy cengengesan, “Sorry ya Zi, nanti gue telpon terus gue ceritain ya. Gue buru-buru, dia mau ke rumah nih. Waktunya gue jaga rumah. Lo balik sama PJ nggak apa-apa kan? Je, makanan gue tolong bayarin dulu ya..“ pamit Widy sambil cipika cipiki ke dua sahabatnya.
“ Kayaknya baru jatuh cinta tuh anak “ ucap PJ ke Linzy sembari mengamati Widy yang udah jalan menjauh
“ Lagi?! Terus yang namanya Reza apa kabarnya? “ ucap Linzy heran
“ Tau deh.. “ ujar PJ sambil meminta bon makanan mereka. Selesai membayar semua makanan mereka, mereka langsung cabut pergi. Sementara itu, dalam perjalanan pulang Widy masih bingung apa yang akan dilakukannya saat bertemu, bertatap muka dengan Rangga – cowo yang dibayangkannya sebagai pangeran impiannya.
Jam 3 sore Rangga sampe di depan rumah Widy. Rumah Widy termasuk di daerah yang gampang dicari, makanya Rangga nggak kesulitan menemukannya.Begitu sampai, Rangga memberitahu Widy lewat telepon. Widy pun langsung keluar menghampiri Rangga. Di saat yang bersamaan, Kevin dan Morgan keluar. Kevin pamit ke Widy. Ia mau pergi sebentar bersama Morgan. Rangga terkejut melihat Morgan ada disana. Ia memang tahu kalo yang di temui Morgan adalah Kevin, tapi ia tak tahu apa hubungan Kevin dan Widy. Widy mempersilahkan Rangga masuk.
Mereka mengobrol cukup lama. Mungkin ada sekitar 2 jam-an. Keduanya merasa nyaman ketika bicara berdua. Asyik. Itu pikir mereka tentang orang yang ada dihadapannya itu. Keasyikan berbincang, tak terasa matahari telah terbenam, Ifan dan Raka sudah kembali dari aktivitas masing-masing. Rangga sempat mau pamit, namun Widy melarangnya. Alasannya ia nggak mau jadi nyamuk buat Raka yang mengajak pacarnya, bahkan Ifan mengajak teman cewenya dan sahabat serta pacar sahabatnya.
“ Orang-orang disini punya pasangan semua?! “ ujar Rangga
“ Iya.. “ ucap Widy malu-malu
“ Terus, pasangan kamu mana? “ tanya Rangga yang keliatan sangat ingin tahu jawabannya
“ Pasangan aku? Aku belom punya pasangan. I’m single “ ucap Widy memploklamirkan statusnya
“ Bohong. Masa cewe kayak kamu belom punya pacar sih.. “ ujar Rangga basa-basi yang sebenarnya senang dengan jawaban itu
“ Aku nggak bohong “ sahut Widy. Keduanya saling tatap-tatapan lama. Sepertinya itu adalah tatapan kagum atau lebih tepatnya tatapan cinta.
( backsound: Pertanda Cinta, by: Vierra )
Selama hampir 2,5 jam Rangga ‘tertahan’, nggak diizinin pergi oleh Widy. Karena Widy nggak mau jadi nyamuk bagi orang-orang yang sedang kasmaran yang berada dirumah. Raka membawanya pacarnya, Mezty. Ifan memang belum meresmikan hubungannya dengan Natly, namun seluruh keluarga udah merestui Ifan dengan Natly. Natly seorang gadis baik, se-universitas dengan Ifan tapi beda fakultas. Mereka teman SMP hingga SMA. Saat itu ada satu pasangan lagi. Kawan baik Ifan, Bani dan pacarnya, Angel. Karena Rangga penasaran dengan yang namanya Kevin, dengan rasa canggung ia menanyakan hal itu ke Widy. Widy menerangkan kalo Kevin adalah sepupu yang baru pindah ke Jakarta dari Jogja. Mendengar penjelasan Widy, Rangga menjadi lega.
“ Tapi darimana kamu tau namanya Kevin? Kan baru pertama kali ketemu. Dan dia belum nyebutin nama juga. Jangan-jangan kalian emang pernah ketemu ya?! “ tanya Widy penasaran
“ Orang yang tadi keluar bareng Kevin itu adik aku. Namanya Morgan. Mereka sobat dari kecil. Sejak kita masih di Jogja” terang Rangga
“ Oh, karena Morgan. Mamanya Kevin bilang, Kevin pindah kesini karena temennya “ ujar Widy
“ Oh, ada ngomongin aku nih sepertinya “ ucap Kevin tiba-tiba datang bersama Morgan
“ Apaan sih?!! GeeR aja tau nggak lo!! Lagian lo kayak petir, nyamber pembicaran orang “ cibir Widy ke Kevin
“ Lho, kalian udah saling kenal? “ tanya Morgan ke Rangga dan Widy
“ Kamu lupa dia, Morgan?!! Dia itu orang yang paling ceroboh pertama yang kita temui di bandara pas kita sampe sini “ jawab Rangga menyindir jahil
“ Ceroboh?! Enak aja!! Yang ada kamu kali yang ngembarin koper aku, makanya jadi salah bawa!! “ bela Widy
“ Dasaarr!! Udah besar masih salah ngambil barang orang.. “ tambah Kevin yang membuat Widy geram
“ Kevin, guebalik ya.. “ pamit Morgan ke Kevin ,
“ Rangga, mau bareng ato nggak?! “ ajaknya ke Rangga
“ Hmm.. Boleh..” ucap Rangga sembari bangkit dari sofa yang didudukinya
“ Wid, aku pulang ya.. “ pamit Rangga, sebelum pergi ia berbisik sesuatu ke Widy
“ Kapan-kapan kita jalan ya.. “ katanya. Mendengar itu Widy membalasnya dengan senyuman bahagia. Widy dan Kevin mengantar Rangga dan Morgan hingga ke pagar rumah Widy. Selepas kakak beradik itu pulang, Widy dan Kevin berjalan memasuki rumah.
“ Wid, sepertinya lo harus baik-baikin gue sekarang “ ujar Kevin santai tapi punya maksud yang amat jelas
“ Hah?! Maksud lo?! Kita akur?! Ogah! Emang sejak kapan lo mau ngalah sama gue?! “ bantah Widy
“ Gue tau. Lo suka kan sama Rangga?! Lo harus tau, Rangga itu paling deket sama Morgan. Walaupun mereka masih punya adik lagi sih.. Gue rasa, lo udah tau maksud gue... “ ucap Kevin sambil tersenyum jahil
“ Jadi, lo bisa bantuin gue deket sama Rangga?!! Wow!! Kalo itu bakal beda ceritanya, Kevin sayaaanggg.. “ ujar Widy sambil bergelayut manja pada Kevin
“ Tuh kan, belom apa-apa udah kayak gini.. Lagian sejak kapan juga lo nambahin kata ‘sayang’ ke gue.. “ ujar Kevin. Belum Kevin melepaskan Widy yang merangkulnya, Raka dan Tiwi keluar rumah, melihat pemandangan yang tak biasa itu.
“ Nah, kalian akur kayak gini kan enak diliat.. Daripada ribut mulu.. “ ucap Raka yang bersiap mengantar Mezty pulang.
“ Oh iya dong.. Pokoknya mulai sekarang kalian bakal sering liat pemandangan seperti ini “ ucap Widy tersenyum manis. Sementara Kevin hanya meliriknya dengan tatapan aneh
“ Aku ga salah denger nih?? “ tanya Natly ketika sampai didepan pintu bersama Ifan, Bani, dan Angel yang bersiap pulang
“ Wid, lo nggak salah makan kan tadi pagi. Ato lo abis kebentur apa? Kenapa lo jadi baik gini?! “ sindir Ifan. Semua tertawa mendengarnya. Widy menjadi cemberut dan masuk rumah dengan kesal. Ia menuju ke kolam renang yang ada di halaman belakang, menceburkan kakinya di kolam kemudian melamun. Membayangkan saat-saat ia bersama Rangga selama beberapa jam tadi. Semua ingatan yang menjadi lamunan itu silih berganti memenuhi kepala Widy. Termasuk kata-kata yang dibisikan Rangga pada dirinya sebelum pulang. Wajahnya yang ditekuk-tekuk berubah menjadi senyum yang tersirat jelas perasaannya yang sedang baik. Ia mencipak-cipakkan kakinnya di air sambil terus tersenyum.
Hal yang sama dilakukan juga oleh Rangga ketika meyetir mobilnya dalam perjalanan pulang. Ia jadi senyam-senyum nggak jelas. Ia berpikir, sebelum pulang dari rumah Widy seperti ada yang kurang. Namun, sesuatu yang sedang ia pikirkan itu, tak mau lagi dilanjutinnya. Ia fokus menyetir, senyum kebahagiaan terpancar jelas dari bibirnya. HP-nya berdering, ia membaca nama dilayar HP-nya. Dari temen baiknya, Bisma, yang mengajaknya tanding basket dengan beberapa teman kampus yang lain. Tanpa pikir panjang, Rangga memutar balik mobilnya langsung menuju ke tempat dimana biasanya ia bermain basket bersama teman-temannya. Rangga mempunyai dua teman terdekat, Bisma dan Tryan. Ketiganya baru kenal sejak memasuki dunia perkuliahan. Sore ini karena Rangga sedang senang, permainannya jadi sangat lebih bagus dibanding hari-hari yang biasanya. Dan membawa timnya menang pada pertandingan di sore itu. Tentang perasaannya yang berbunga-bunga itu, Rangga belum bisa menceritakannya kepada Bisma dan Tryan, walaupun kedua sahabatnya itu menebak kalo dirinya lagi jatuh cinta. Rangga men-dribel bola basket tanpa menanggalkan wajah manis Widy dibenaknya.
- To Be Continued -
No comments:
Post a Comment
Let's discuss more.