Namanya
Victor. Cowok itu duduk tepat disebelahku. Diruangan ini – ruangan yang
dinginnya hampir membuat darah beku, Victor membuat Rena semakin tidak bisa
bergerak. Sejak awal Rena memulai kursus bahasa asing mereka itu, Rena sudah
menaruh perhatian pada cowok berkulit putih dan berpostur tinggi itu. Panah
cupid benar-benar menancap dihati Rena, ketika Victor memasuki ruangan itu
untuk pertama kalinya. Matanya tidak bisa lepas – mengikuti Victor berjalan
dari pintu hingga kursi didepannya. Rena tidak ingin menganggap ini sebagai
cinta pada pandangan pertama. Karena ia sendiri tidak percaya dengan hal itu.
Namanya cinta butuh proses, tidak mungkin datang secepat ini. Bagaimana mungkin
ada orang yang bisa jatuh cinta dengan orang yang belum dikenal secara dekat.
Itu kagum, bukan suka, apalagi cinta. Pikir Rena.
Rena –
gadis berusia 20 tahun. Ia tidak percaya cinta pandangan pertama karena ia
belum pernah mengalaminya sendiri selama ini. Kalau selama ini dekat dan
berpacaran dengan mantan-mantannya dulu itu karena proses pedekate yang
sempurna. Sempurna karena mengikuti alur yang seharusnya kalau dua orang sedang
pedekate. Sepeti yang ia sedang jalani. Dekat – bahkan beberapa teman kampusnya,
menganggap Rena dan Bagus dalam masa pendekatan. Padahal kalau ditanya kepada
keduanya, mereka tidak mengakuinya secara jujur. Meskipun mereka sama-sama
nyaman kalau sedang bersama. Cinta memang tidak perlu diucapkan, Rena merasa
kalau hubungannya dengan Bagus sudah lebih dari sekedar TTM. Tanpa
memproklamirkan, Bagus sudah sering memperlakukan Rena sebagai cewek yang special
untuknya.
Sejak
kedatangan Victor, Rena tidak bisa berhenti memikirkannya. Suaranya berbicara,
caranya tertawa, dan menasihati kalau Rena sedang lemot selalu muncul didalam
pikirannya. Kalau segala kebaikan dan keburukan seseorang selalu hadir dalam
mimpi dan lamunannya, apakah itu artinya mengagumi secara berlebih? Rena tidak
mengerti akan hal itu. Ia hanya menganggapnya sebagai bunga tidur saja.
Mimpi itu
berkata lain. Rena semakin sering memperhatikan Victor. Walaupun ia tahu, ia
tidak boleh jatuh cinta karena hatinya yang mungkin masih dimiliki oleh orang
lain, Rena tetap tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Victor. Tidak ada
kata yang bisa menggambarkan apa istimewanya Victor dimata Rena.
Waktu
menemui masanya. Rena harus menentukan pilihannya. Victor yang membuatnya mampu
menjadi diri sendiri. Atau Bagus yang selalu menemaninya? Tidak memerlukan
waktu lama untuk memikirkannya. Rena tahu, kalau ia hanya menyukai Bagus
sebatas teman baik – sahabat dan Victor sebagai idola baru untuknya.
No comments:
Post a Comment
Let's discuss more.