Skip to main content

Taiwanese Drama: Campus Heroes (2018)


Dajia hao!
Yeay! Awalnya kutonton ini karena tokoh lead male-nya cukup luamaa kunantikan kembali dilayar.
He was come back! Unfortunately without his group-mates. But, it is okay. Let’s see his role once.

Oh iya, aku sempat punya high expectation terhadap drama yang memiliki tema atlet ini, ya boleh kubilang semoga bisa menyaingi Swimming Battle (2017)-yang buatku masih menjadi drama terbaik sepanjang tahun dengan tema atlet. Well, nyatanya… baiklah, kita lihat saja yuk…
Oh iya, Campus Heroes sudah bisa ditonton lewat Viki ya, dengan seratus persen subtitle Indonesia (thanks, subbers!).





Jadi, ceritanya Campus Heroes/Gao Xiao Ying Xiong Chuan/高校英雄膞 ini tentang seorang professional bisboll player, Lu Daxiang, yang gampang emosian,-tidak bisa mengontrol emosinya ketika dalam keadaan terdesak. Maka dari itu, Lu Daxiang dikeluarkan dari tim. Kata Ofisial Tim, sangat fatal jika seorang pemain tidak dapat mengontrol emosinya. Nah, dari situ masalah demi masalah datang menghampiri Lu Daxiang. Dia mencoba mencari pekerjaan lain, tapi begitu sulit baginya karena hampir semua pihak tahu track record kenapa Daxiang dipecat dari tim.

Ditengah kesulitan mencari pekerjaan demi bisa menyambung hidup, Daxiang mendapat informasi lowongan sebagai guru di SMA Feichuan. Awalnya Daxiang ragu karena ia merasa bukan orang yang tepat untuk menjadi guru Kelas 3-8, yang baru ditinggal dinas keluar negeri guru sebelumnya. Selain itu, kondisi sekolah yang kurang meyakinkan juga, banyak murid Kelas 3-8 yang memilih pindah sekolah hingga hanya menyisakan enam orang murid disana: Guo Jiaxin, Xu Liya, Wang Donghai, Cai Qiansheng, Zhao Yinqing, dan Wu Fangdi-yang diawal cerita katanya begitu misterius dan banyak gosip tentangnya.



Photo source: Website TTV


Oh iya, balik ke cerita Lu Daxiang dulu deh. Daxiang yang sempat ragu untuk melamar sebagai guru di SMA Fei Chuan, bertemu dengan kepala sekolah itu. Kepala Sekolah yang sudah renta ini sebenarnya sudah tahu cerita terdahulu Daxiang sebagai pemain bisboll karena dia merupakan cucu pelatih tim Daxiang sebelumnya. Kata Kepala Sekolah, kakeknya dulu sempat mengatakan kalau pemain seperti Lu Daxiang merupakan aset terbaik tim. Yes, Lu Daxiang adalah pitcher terbaik Tim. Ada keyakinan apa yang akhirnya membuat Kepala Sekolah pun merekomendasikan Daxiang untuk menjadi guru Kelas 3-8. Daxiang pun akhirnya menjadi mendaftarkan diri sebagai Guru SMA Feichuan, khususnya untuk Kelas 3-8. 
Dengan anjuran dari Kepala Sekolah, Daxiang mengikuti kuliah Manajemen Emosi dari Guru BK mereka, Tang Kexin. Ia sebenarnya pernah bertemu dengan Daxiang sebelum ia masuk sekolah Feichuan, dan dari sana juga Kexin pun tahu sifat asli Daxiang yang temperamental. Selanjutnya, begitu Kepala Sekolah memberinya tugas untuk memberi pelajaran manajemen emosi kepada Daxiang, dengan pesimis ia menyanggupi perkataan Kepala Sekolah, karena menurutnya merubah sikap seseorang itu sangat sulit dan dibutuhkan extra efforts, tentunya juga dengan kemauan dari orang yang dimaksud. Apalagi sebenarnya Kexin sempat mengalami masa patah hati karena pengkhianatan dari pacar yang sempat menjalani long distance relationship dengannya. Disitulah kemudian Daxiang hadir memberinya penghiburan. Siapa sangka Daxiang justru akhirnya menyukai Kexin.



Photo source: Website TTV (Junio Liu, as Tang Kexin)

Sementara dengan pekerjaan baru Daxiang sebagai guru kelas 3-8, sangat dikejutkan dengan semangat belajar anak-anak kelas yang hanya tinggal enam orang setelah siswa yang lain memutuskan pindah sekolah berdalih tidak ada harapan untuk mendapatkan nilai bagus dan masuk ke universitas pilihan (orang tua) mereka. Namun, masih ada Guo Jiaxin, Xu Liya, Wang Donghai, Cai Qiansheng, Zhao Yinqing, dan Wu Fangdi, yang tetap bertahan bersama dikelas mereka. Ditambah tekanan persaingan juga dari datang Kelas 3-7 bersama guru kelasnya, Lin Kangbao-seorang guru perfeksionis yang mengampu pelajaran Bahasa Inggris. Boleh dibilang, dibawah didikan Guru Lin Kangbao, Kelas 3-7 terlihat lebih tertata baik dibandingkan Kelas 3-8 yang ditinggal oleh guru kelas terdahulu.

Daxiang berpikir keras untuk mengembalikan semangat belajar murid Kelas 3-8 ditengah penolakan metode pengajarannya oleh Kexin, Kangbao, dan Direktur Hai. Ketiganya meragukan Daxiang tidak akan tidak menggunakan kekerasan untuk mengisi Kelas 3-8. Bahkan Daxiang diberikan ruangan terpisah, yakni disebuah gudang olahraga terpisah dari ruang guru lainnya.

Waktu berjalan terus untuk memberikan masa Daxiang buktikan kalau anak-anak Kelas 3-8 bisa mendapatkan nilai sempurna secara perlahan namun pasti. Daxiang membentuk simulasi tim bisboll yang melibatkan keenam siswanya beserta kemampuan yang sebenarnya dimiliki mereka. Menjadikan mereka dalam sebuah tim, cukup membuat keenam orang itu mulai merasa sebagai kesatuan dan saling membutuhkan satu sama lain. Terbukti, menjelang kompetisi Bahasa Inggris, dengan metode belajar yang diterapkan Daxiang mampu membuat kemampuan Bahasa Inggris anak-anak Kelas 3-8 meningkat baik. Meskipun, akhirnya mereka tetap harus kalah dari Kelas 3-7. Wajar saja, Lin Kangbao selalu mengajarkan Bahasa Inggris dengan baik kepada kelasnya karena ia merupakan lulusan dari luar negeri yang tentu fasih berbahasa Inggris.

Peran Daxiang sebagai guru kembali diuji, ketika akan diadakan pemilihan wakil sekolah untuk mengikuti kompetisi matematika. Sebagai pemain bisboll, tentu sebenarnya Daxiang tidak memiliki kemampuan untuk mengajarkan pelajaran matematika kepada murid-muridnya. Di Kelas 3-8 hanya Donghai-murid yang katanya paling pintar matematika inipun sebenarnya juga masih membutuhkan seorang tutor agar ia juga memaksimalkan kemampuannya. Metode yang digunakan untuk membantu menghafal Bahasa Inggris lalu itu tidak bisa diterapkan untuk pengajaran Matematika. Daxiang mengatur rencana agar kelas 3-7 dan 3-8 bisa belajar bersama dan mengurangi persaingan terbuka diantara mereka. Tentu juga mau tidak mau Daxiang harus berdamai dengan Guru Kelas 3-7, Lin Kangbao. Guru yang satu ini juga suka tidak suka harus mengakui metode mengajar Daxiang yang bisa memotivasi semangat anak-anak. Intinya, Lu Daxiang dan Lin Kangbao berdamai karena hal ini. Hingga Guru Kangbao pun terus membantu Daxiang dalam segala hal, termasuk gimana cara mendapat restu dari ibunya Tang Kexin.


Photo source from Web TTV (Wes Luo as Lu Daxiang)


Tentang para guru SMA Feichuan.
Kenapa aku pisah pembahasan tentang permasalahan dilingkup orang dewasa (dalam hal ini para guru dan sekitarnya) dengan konfik diantara para siswa? Karena menurutku, ini menjadi nilai minus serial ini, yang tidak memiliki atau sedikit sekali keterkaitan benang merah antara sekolah, guru, dan siswanya. Kepergian satu guru keluar negeri (entah karena dinas atau resign) meninggalkan Kelas 3-8 hingga kelas itu terombang-ambing dalam semangat belajarnya, disini kurang dijelaskan sih alasan dibalik itu. Eh, ujung-ujungnya Guru George datang dari Korea Selatan dan mengisi Kelas 3-8 yang tinggal enam orang, mensubstitusi peran Lu Daxiang sebagai guru kelas yang baru; hingga mencoba dapatkan kembali Guru Kexin. Kemunculan George pun nggak lama, sekitar tiga episode (itupun nggak penuh), setelah itu script-writer seenaknya masuk-keluarin tokoh itu. Habis munculin orang ketiga yang kesekian diantara Daxiang dan Kexin, Sheng Yalun, yang punya motif tersendiri ketika memasuki SMA Feichuan, dan menjadi wakil direksi yang baru.
Poin plus-nya adalah peran dan motif menghadirkan tokoh Sheng Yalun itu kuat dan bagus, meskipun cara si aktor meranin Sheng Yalun masih terlihat kagok.

Oh iya, yang juga menjadi inti permasalahan adalah pertentangan Ibunya Kexin terhadap anaknya dan Daxiang yang seorang atlet tidak jelas masa depannya, tidak punya materi, disini memang Ibunya Kexin terlalu membandingkan dan cenderung menjodohkan Kexin dengan Yalun. Daxiang mati-matian membuktikan diri kepada Ibu Kexin kalau dia bisa menjadi seperti yang diinginkannya, dan membahagiakan Kexin.

Dasar orang jatuh cinta ya, Kexin tentu sangat percaya dengan Daxiang, itulah kenapa Kexin menolak perjodohan dengan dari sang Ibu dengan Yalun. Meskipun ngeselin, harus diakui, peran Ibunya Kexin sangat berhasil menjadi seorang ibu yang sedikit egois berdalih demi kebahagian dan masa depan anaknya, padahal Ibunya Kexin ini juga cerai dari ayah kandung Kexin. Diserial jelas disebutkan ayahnya yang ada adalah ayah tiri Kexin.

Sebelum membahas jauh tokoh lain, aku review juga tokoh utama wanita, Tang Kexin. Sejujurnya aku kurang nyaman sih dengan karakter yang diperanin Junio Liu ini. Tang Kexin memiliki cita-cita bagus sebenarnya, menjadi seorang kepala sekolah. Tetapi, seolah dia tidak memiliki hasrat ataupun dialog apapun kalau dia benar-benar ingin mencapainya, kecuali dengan Daxiang membicarakan masa depan mereka berdua. Sampai disitu saja, hingga Sheng Yalun datang dan menawarkan sebuah sekolah dipedalaman untuk dia kelola serta menjadi kepala sekolah, asalkan Kexin mau menikah dengan Yalun. Tokoh Tang Kexin digambarkan sebagai wanita mandiri yang kuat, namun terlihat sangat realistis dan menerima apa adanya yang terjadi didepan matanya.

Terus, Lu Daxiang… Chemistery Wes Luo kataku sudah bisa masuk sebagai Lu Daxiang. Mungkin karena aktor ini pernah mendapatkan peran sebagai seorang atlet professional diserial sebelumnya, High 5, jadi ketika Wes Luo memerankan seorang pemain bisbol professional disini, dia tidak terlalu menemui kesulitan. Hanya yang kulihat ketika scene berantem diawal dengan Tang Kexin sedikit belum natural saja, eh, adegan romantis keduanya kurang menggigit (memang ada? Nggak banyak sih…). Namun, bromance Lu Daxiang dan Lin Kangbao itu keren sekali. Lucu, kocak, dan sebangsanya lah...



Photo source from Web TTV (Jie Nanjie as Guo Jiaxin, Ketua Kelas 3-8)

Photo source from Web TTV (Song Wei En as Cai Qiansheng)

Photo source from Web TTV (Xu Wei as Wang Donghai)

Photo source from Web TTV (Xi Weilun as Wu Fangdi)

Photo source from Web TTV (He Mei as Xu Liya)



Photo source from Web TTV (Xiao Zhiwei as Zhao Yinqing)


Tentang para murid-murid SMA Feichuan.
Ini nih, yang menurutku bikin serial yang seharusnya apik ini jadi terlihat minusnya. Karena konflik yang ada diantara anak-anak Kelas 3-8 seolah nggak bisa dibuat lebih sederhana. Dengan banyaknya dan kompleks konflik diantara para murid sedikit mengurangi jatah slot yang seharusnya bisa dipakai menjelaskan cerita tersembunyi dari tokoh-tokoh dewasa (para guru). Seperti, tokoh Wang Donghai terlalu diperlihatkan ia merasakan kesulitan dengan memikirkan penyembuhan ibunya. Kalau dilogika, memang bagus seorang anak berbakti kepada orang tuanya, apalagi diceritakan Wang Donghai tidak memiliki siapa-siapa selain ibuny yang sedang sakit tua.

Dua murid anak orang kaya di SMA Feichuan, Li Jinkuan (Kelas 3-7) dan Guo Jiaxin (Kelas 3-8) termasuk yang mengganggu. Anak orang kaya itu sangat manja, oke, Guo Jiaxin dan Li Jinkuan dapat banget feel-nya disini. Tapi ketika mereka mempunyai orang yang disukai, cara mereka menunjukkan ketidaksukaan terhadap pihak lain didekat gebetannya itu kurang mencerminkan kalau sebenarnya mereka masih dibangku sekolah SMA. Banyak adegan yang rasanya kurang perlu, dan sebenarnya bisa digantikan dengan adegan lain, contohnya menambahkan adegan saat Tang Kexin dan Lu Daxiang berusaha mewujudkan mimpi mereka berdua. Setidaknya biar Tang Kexin tidak terkesan pasrah dengan keputusan ibunya.

Disamping itu, kepolosan Xu Liya, Cai Qiansheng, dan Zhao Yinqing, membuat serial ini menjadi cocok disebut drama school-life. Ada segitiga yang terjadi diantara enam orang Kelas 3-8 tepat sasaran (apa ini? :D). Guo Jiaxin menyukai Wang Donghai, sementara Donghai dari dulu cuma anggap Jiaxin sebagai teman masa kecil saja; sementara Donghai jelas perlihatkan kalau dia suka sama Wu Fangdi—yang katanya aneh (aneh bener sih, masa anak sekolah nggak diceritakan asal usul keluarganya). Tapi Fangdi tahu kalau Donghai disukai teman sekelasnya, makanya Fangdi menjaga jarak dengan Donghai. Ada Li Jinkuan masuk dalam pusaran itu karena Jinkuan ternyata menyukai Jiaxin. Namun, karena Jinkuan bukan termasuk Kelas 3-8, perannya pun terbatas, jadi tetap seperti ada yang hilang. Cerita segitiga ini masih masuk akal dan relevan dengan cerita anak-anak sekolahan.


Tentang cita-cita.
Benar hidup ini harus memiliki cita-cita sehingga kita tahu kemana arah tujuan kita dengan jelas. Semua orang punya cita-cita. Lu Daxiang yang ingin menjadi pemain bisbol professional namun ditengah jalan ia menemui sedikit jalan buntu sehingga passion bisbol itu sedikit harus berputar arah terlebih dahulu. Lu Daxiang justru berhasil membantu anak-anak Kelas 3-8 SMA Feichuan menemukan passion dalam dirinya sehingga mereka bisa menentukan jurusan kuliah mereka nantinya.

Cita-cita Tang Kexin diawal cerita dibicarakan secara implisuit lewat dialog Kexin dan Daxiang, jadi penonton yang kurang menyimak dibagian ini bisa jadi miss info ini. Barulah disebut jelas ketika SMA Feichuan kedatang CEO baru, Sheng Yalun, yang ingin mengambil alih sekolah dan Kexin lewat sang ibu yang menawarkan materi yang tidak bisa diberikan secara langsung oleh Daxiang. Perang terbuka Lu Daxiang versus Sheng Yalun pun terjadi. Oh iya, Tang Kexin ingin menjadi kepala sekolah disebuah sekolah pedalaman. Dan ini yang dijanjikan Sheng Yalun kepadanya. Bangunan sekolah di pinggir kota gitu, sudah siap diadakan kegiatan pembelajaran kapanpun Kexin mau. Tentu Yalun membuatnya tidak tanpa syarat dong. Asalkan Kexin bersedia menikah dengan Yalun. Hal ini didukung seribu persen oleh ibu Kexin.


Poin plus lagi dari inti cerita ini menurutku adalah bromance Lu Daxiang dan Lin Kangbao yang sudah menjadi buddy, dan Lin Kangbao justru membantu Daxiang mengambil hati ibunya Kexin. Lin Kangbao juga membantu Daxiang ketika berkeinginan menjadi pemain bisbol professional kembali, bersama Gao Aini yang setia mendukung Daxiang-Gege-nya.

Drama ini memiliki jumlah episode 16. Seperti drama-drama Taiwan lain, biasanya anti-klimaks ceritanya saat mencapai tiga episode terakhir. Tapi, Campus Heroes ini menampilkan keseluruhan inti konflik di-3-episode terakhir, dan penyelesaian hanya butuh 1,5 episode terakhir. Bisa dibayangkan ditengah-tengah episode itu diisi apa? Surprise!


Alika’s Social Diary Blog’s rating for Campus Heroes: 7,8 of 10.


Photo source from Web TTV (Jack Li as Lin Kangbao, Class Teacher of 3-7, and my favorite character)


Nah, itu tadi semua pandangan dan komentarku buat Taiwanese Drama berjudul Campus Heroes. Drama ini tayang di Taiwan pada 2018, disaluran TTV. Pandangan setiap orang bisa berbeda-beda, jadi bagi yang belum nonton silakan langsung nonton saja, dan yang sudah nonton boleh bagikan komentar kalian dikolom komen dibawah ya. Aku akan senang kalau ada teman berbagi.
Dan, buat teman-teman yang mau tau pandanganku tentang drama-drama Taiwan maupun Mainland, bisa scroll laman blog Social Diary ini.


Ganxie nimen.


***
Alika would says thank you to: 
Viki.com
Drama Wiki 
Website TTV Taiwan
Google

Comments

Popular posts from this blog

Top 7 The Most Handsome Male-Badminton Players + 2019's Highlights version of Alika's Social Diary

Dajia hao!  Hello, everyone! Before you guys read my first blogpost in 2020, I suggest you   to re-read this one [ click the link ]. Y ou should re-read it first, then I am sure that you are going to familiar with what I have posted here. DISCLAIMER: The badminton players who are in the nominees’ list, had taken from BWF ranking update in December of17 th , 2019, which three days after final day of BWF World Tour Final 2019 was held. It can say the players in the list are the players with good-looking appearances and have great performances in 2019. Hereby, I could write as my subjective insight, but also I kept my eye to online badminton lovers’ insights. Shall we go on? First of all, I started to choose the players nominees are in the great 20 of men singles and mixed doubles’ world ranking. While for men doubles scction, I had taken them among the great 16 (if we calculated the great 16 of men doubles is equals to 20 men singles in combine with 20 male players of mixe

Top 7 The Most Beautiful Badminton-Female Players

Dajia hao! Sekian lama nggak bikin topik badminton, kali ini tangan sudah bergetar untuk menambahkan tulisan ini dan melengkapi tulisan yang pada waktu itu sempat diposting, “ The Most Handsome Badminton-Male Players ”. Pemain muda dari Taiwan, Wang Tzu Wei berhasil mencuri pandangan dan perhatian secara berlebih, akhirnya doi menjadi pemilik nomor satu! Nah, itu adalah “Prince”-nya, sekarang aku mau mencari siapa yang menjadi “Princess”-nya. Apakah si Putri akan berasal dari negara yang sama dengan sang Pangeran? Okay, simak yukk.. Aku mulai dengan memilih nominasi dari masing-masing sektor dulu deh ya? Mulai dari Women Singles, Women Doubles, dan pastinya cewek-cewek dari Mixed Double juga diperhitungkan dong... *DISCLAIMER : Pilihan nominasi ini kuambil berdasarkan 25 ranking BWF masing-masing sektor WS, WD, XD tanggal 1 April 2019 (BWF last update: 28 Maret 2019) . TOP 5 beautiful player badminton Women Singles : 1. Nitchaon Jindapol [Thailand] 2.   Aya

3 Pasangan Beda Usia Paling Favorit - Opini #blogsocialdiary

  Aku mau sedikit saja mencurahkan opini, pendapat, perasaanku disini, oke? Karena hal ini sedikit banyak (sekali) mengganggu otakku bekerja secara normal, bahkan sampai kebawa mimpi. Bukan bermaksud lebay, tapi, ya begitulah. Selanjutnya, biar T2 yang menjelaskan inti postingan berikut lewat salah satu lagu mereka, Bronis: Sebelumnya aku sekalian mau menyapa Para Penikmat musik C-pop (Chinese-pop) di Indonesia nih. Teman-teman Pecinta C-pop pasti kenal dong ya, sama boysgroup asal Tiongkok beranggotakan tiga  cowok muda dan super duper manis, TF Boys? Pasti pernah dengar dong, masa nggak? Hehehe. Iya, yang salah seorang personelnya, Yang Yi Qianxi atau Jackson Yee pernah datang ke Jakarta. Tepatnya saat penutupan event Asian Games 2018. Sayangnya, dua rekan Yi Qianxi itu, Wang Junkai dan Wang Yuan tidak ikut hadir karena kabarnya saat itu nasib grup TF Boys memang sedang terombang-ambing dan ditepi jurang perpisahan.  Eits, kali ini bukan soal Group TF Boys yang mau kutulis dihalaman