Dajia hao!
Yeay!
Awalnya
kutonton ini karena tokoh lead male-nya cukup luamaa kunantikan kembali
dilayar.
He was come back! Unfortunately without his group-mates. But, it is
okay. Let’s see his role once.
Oh iya, aku sempat punya high expectation
terhadap drama yang memiliki tema atlet ini, ya boleh kubilang semoga bisa
menyaingi Swimming Battle (2017)-yang buatku masih menjadi drama terbaik
sepanjang tahun dengan tema atlet. Well, nyatanya… baiklah, kita lihat saja
yuk…
Oh iya,
Campus Heroes sudah bisa ditonton lewat Viki ya, dengan seratus persen subtitle
Indonesia (thanks, subbers!).
Jadi,
ceritanya Campus Heroes/Gao Xiao Ying Xiong Chuan/高校英雄膞 ini tentang seorang professional bisboll player, Lu
Daxiang, yang gampang emosian,-tidak bisa mengontrol emosinya ketika dalam
keadaan terdesak. Maka dari itu, Lu Daxiang dikeluarkan dari tim. Kata Ofisial
Tim, sangat fatal jika seorang pemain tidak dapat mengontrol emosinya. Nah,
dari situ masalah demi masalah datang menghampiri Lu Daxiang. Dia mencoba
mencari pekerjaan lain, tapi begitu sulit baginya karena hampir semua pihak tahu track record kenapa Daxiang dipecat dari tim.
Ditengah kesulitan mencari pekerjaan demi bisa menyambung hidup, Daxiang mendapat informasi lowongan sebagai guru di SMA Feichuan. Awalnya Daxiang ragu karena ia merasa bukan orang yang tepat untuk menjadi guru Kelas 3-8, yang baru ditinggal dinas keluar negeri guru sebelumnya. Selain itu, kondisi sekolah yang kurang meyakinkan juga, banyak murid Kelas 3-8 yang memilih pindah sekolah hingga hanya menyisakan enam orang murid disana: Guo Jiaxin, Xu Liya, Wang Donghai, Cai Qiansheng, Zhao Yinqing, dan Wu Fangdi-yang diawal cerita katanya begitu misterius dan banyak gosip tentangnya.
Ditengah kesulitan mencari pekerjaan demi bisa menyambung hidup, Daxiang mendapat informasi lowongan sebagai guru di SMA Feichuan. Awalnya Daxiang ragu karena ia merasa bukan orang yang tepat untuk menjadi guru Kelas 3-8, yang baru ditinggal dinas keluar negeri guru sebelumnya. Selain itu, kondisi sekolah yang kurang meyakinkan juga, banyak murid Kelas 3-8 yang memilih pindah sekolah hingga hanya menyisakan enam orang murid disana: Guo Jiaxin, Xu Liya, Wang Donghai, Cai Qiansheng, Zhao Yinqing, dan Wu Fangdi-yang diawal cerita katanya begitu misterius dan banyak gosip tentangnya.
Photo source: Website TTV |
Oh iya,
balik ke cerita Lu Daxiang dulu deh. Daxiang yang sempat ragu untuk melamar
sebagai guru di SMA Fei Chuan, bertemu dengan kepala sekolah itu. Kepala
Sekolah yang sudah renta ini sebenarnya sudah tahu cerita terdahulu Daxiang
sebagai pemain bisboll karena dia merupakan cucu pelatih tim Daxiang
sebelumnya. Kata Kepala Sekolah, kakeknya dulu sempat mengatakan kalau pemain
seperti Lu Daxiang merupakan aset terbaik tim. Yes, Lu Daxiang adalah pitcher
terbaik Tim. Ada keyakinan apa yang akhirnya membuat Kepala Sekolah pun
merekomendasikan Daxiang untuk menjadi guru Kelas 3-8. Daxiang pun akhirnya
menjadi mendaftarkan diri sebagai Guru SMA Feichuan, khususnya untuk Kelas 3-8.
Dengan anjuran dari Kepala Sekolah, Daxiang mengikuti kuliah Manajemen Emosi dari Guru BK mereka, Tang Kexin. Ia sebenarnya pernah bertemu dengan Daxiang sebelum ia masuk sekolah Feichuan, dan dari sana juga Kexin pun tahu sifat asli Daxiang yang temperamental. Selanjutnya, begitu Kepala Sekolah memberinya tugas untuk memberi pelajaran manajemen emosi kepada Daxiang, dengan pesimis ia menyanggupi perkataan Kepala Sekolah, karena menurutnya merubah sikap seseorang itu sangat sulit dan dibutuhkan extra efforts, tentunya juga dengan kemauan dari orang yang dimaksud. Apalagi sebenarnya Kexin sempat mengalami masa patah hati karena pengkhianatan dari pacar yang sempat menjalani long distance relationship dengannya. Disitulah kemudian Daxiang hadir memberinya penghiburan. Siapa sangka Daxiang justru akhirnya menyukai Kexin.
Dengan anjuran dari Kepala Sekolah, Daxiang mengikuti kuliah Manajemen Emosi dari Guru BK mereka, Tang Kexin. Ia sebenarnya pernah bertemu dengan Daxiang sebelum ia masuk sekolah Feichuan, dan dari sana juga Kexin pun tahu sifat asli Daxiang yang temperamental. Selanjutnya, begitu Kepala Sekolah memberinya tugas untuk memberi pelajaran manajemen emosi kepada Daxiang, dengan pesimis ia menyanggupi perkataan Kepala Sekolah, karena menurutnya merubah sikap seseorang itu sangat sulit dan dibutuhkan extra efforts, tentunya juga dengan kemauan dari orang yang dimaksud. Apalagi sebenarnya Kexin sempat mengalami masa patah hati karena pengkhianatan dari pacar yang sempat menjalani long distance relationship dengannya. Disitulah kemudian Daxiang hadir memberinya penghiburan. Siapa sangka Daxiang justru akhirnya menyukai Kexin.
Photo source: Website TTV (Junio Liu, as Tang Kexin) |
Sementara dengan pekerjaan baru Daxiang sebagai guru kelas 3-8, sangat
dikejutkan dengan semangat belajar anak-anak kelas yang hanya tinggal enam
orang setelah siswa yang lain memutuskan pindah sekolah berdalih tidak ada
harapan untuk mendapatkan nilai bagus dan masuk ke universitas pilihan (orang tua) mereka. Namun, masih
ada Guo Jiaxin, Xu Liya, Wang Donghai, Cai Qiansheng, Zhao Yinqing, dan Wu Fangdi, yang tetap bertahan
bersama dikelas mereka. Ditambah tekanan persaingan juga dari datang Kelas 3-7
bersama guru kelasnya, Lin Kangbao-seorang guru perfeksionis yang mengampu
pelajaran Bahasa Inggris. Boleh dibilang, dibawah didikan Guru Lin Kangbao, Kelas
3-7 terlihat lebih tertata baik dibandingkan Kelas 3-8 yang ditinggal oleh guru
kelas terdahulu.
Daxiang
berpikir keras untuk mengembalikan semangat belajar murid Kelas 3-8 ditengah
penolakan metode pengajarannya oleh Kexin, Kangbao, dan Direktur Hai. Ketiganya meragukan Daxiang tidak akan tidak menggunakan kekerasan untuk mengisi
Kelas 3-8. Bahkan Daxiang diberikan ruangan terpisah, yakni disebuah gudang
olahraga terpisah dari ruang guru lainnya.
Waktu berjalan terus untuk memberikan masa Daxiang buktikan kalau anak-anak Kelas 3-8 bisa mendapatkan nilai sempurna secara perlahan namun pasti. Daxiang membentuk simulasi tim bisboll yang melibatkan keenam siswanya beserta kemampuan yang sebenarnya dimiliki mereka. Menjadikan mereka dalam sebuah tim, cukup membuat keenam orang itu mulai merasa sebagai kesatuan dan saling membutuhkan satu sama lain. Terbukti, menjelang kompetisi Bahasa Inggris, dengan metode belajar yang diterapkan Daxiang mampu membuat kemampuan Bahasa Inggris anak-anak Kelas 3-8 meningkat baik. Meskipun, akhirnya mereka tetap harus kalah dari Kelas 3-7. Wajar saja, Lin Kangbao selalu mengajarkan Bahasa Inggris dengan baik kepada kelasnya karena ia merupakan lulusan dari luar negeri yang tentu fasih berbahasa Inggris.
Waktu berjalan terus untuk memberikan masa Daxiang buktikan kalau anak-anak Kelas 3-8 bisa mendapatkan nilai sempurna secara perlahan namun pasti. Daxiang membentuk simulasi tim bisboll yang melibatkan keenam siswanya beserta kemampuan yang sebenarnya dimiliki mereka. Menjadikan mereka dalam sebuah tim, cukup membuat keenam orang itu mulai merasa sebagai kesatuan dan saling membutuhkan satu sama lain. Terbukti, menjelang kompetisi Bahasa Inggris, dengan metode belajar yang diterapkan Daxiang mampu membuat kemampuan Bahasa Inggris anak-anak Kelas 3-8 meningkat baik. Meskipun, akhirnya mereka tetap harus kalah dari Kelas 3-7. Wajar saja, Lin Kangbao selalu mengajarkan Bahasa Inggris dengan baik kepada kelasnya karena ia merupakan lulusan dari luar negeri yang tentu fasih berbahasa Inggris.
Peran Daxiang sebagai guru kembali diuji,
ketika akan diadakan pemilihan wakil sekolah untuk mengikuti kompetisi
matematika. Sebagai pemain bisboll, tentu sebenarnya Daxiang tidak memiliki
kemampuan untuk mengajarkan pelajaran matematika kepada murid-muridnya. Di
Kelas 3-8 hanya Donghai-murid yang katanya paling pintar matematika inipun
sebenarnya juga masih membutuhkan seorang tutor agar ia juga memaksimalkan
kemampuannya. Metode yang digunakan untuk membantu menghafal Bahasa Inggris
lalu itu tidak bisa diterapkan untuk pengajaran Matematika. Daxiang mengatur
rencana agar kelas 3-7 dan 3-8 bisa belajar bersama dan mengurangi persaingan
terbuka diantara mereka. Tentu juga mau tidak mau Daxiang harus berdamai dengan
Guru Kelas 3-7, Lin Kangbao. Guru yang satu ini juga suka tidak suka harus
mengakui metode mengajar Daxiang yang bisa memotivasi semangat anak-anak.
Intinya, Lu Daxiang dan Lin Kangbao berdamai karena hal ini. Hingga Guru Kangbao
pun terus membantu Daxiang dalam segala hal, termasuk gimana cara mendapat
restu dari ibunya Tang Kexin.
Tentang para guru SMA Feichuan.
Kenapa aku pisah pembahasan tentang
permasalahan dilingkup orang dewasa (dalam hal ini para guru dan sekitarnya)
dengan konfik diantara para siswa? Karena menurutku, ini menjadi nilai minus
serial ini, yang tidak memiliki atau sedikit sekali keterkaitan benang merah
antara sekolah, guru, dan siswanya. Kepergian satu guru keluar negeri (entah
karena dinas atau resign) meninggalkan Kelas 3-8 hingga kelas itu
terombang-ambing dalam semangat belajarnya, disini kurang dijelaskan sih alasan
dibalik itu. Eh, ujung-ujungnya Guru George datang dari Korea Selatan dan
mengisi Kelas 3-8 yang tinggal enam orang, mensubstitusi peran Lu Daxiang
sebagai guru kelas yang baru; hingga mencoba dapatkan kembali Guru Kexin.
Kemunculan George pun nggak lama, sekitar tiga episode (itupun nggak penuh),
setelah itu script-writer seenaknya masuk-keluarin tokoh itu. Habis
munculin orang ketiga yang kesekian diantara Daxiang dan Kexin, Sheng Yalun,
yang punya motif tersendiri ketika memasuki SMA Feichuan, dan menjadi wakil
direksi yang baru.
Poin plus-nya adalah peran dan motif menghadirkan tokoh Sheng Yalun itu kuat dan bagus, meskipun cara si aktor meranin Sheng Yalun masih terlihat kagok.
Poin plus-nya adalah peran dan motif menghadirkan tokoh Sheng Yalun itu kuat dan bagus, meskipun cara si aktor meranin Sheng Yalun masih terlihat kagok.
Oh iya, yang juga menjadi inti permasalahan
adalah pertentangan Ibunya Kexin terhadap anaknya dan Daxiang yang seorang
atlet tidak jelas masa depannya, tidak punya materi, disini memang Ibunya Kexin
terlalu membandingkan dan cenderung menjodohkan Kexin dengan Yalun. Daxiang
mati-matian membuktikan diri kepada Ibu Kexin kalau dia bisa menjadi seperti
yang diinginkannya, dan membahagiakan Kexin.
Dasar orang jatuh cinta ya, Kexin tentu sangat percaya dengan Daxiang, itulah kenapa Kexin menolak perjodohan dengan dari sang Ibu dengan Yalun. Meskipun ngeselin, harus diakui, peran Ibunya Kexin sangat berhasil menjadi seorang ibu yang sedikit egois berdalih demi kebahagian dan masa depan anaknya, padahal Ibunya Kexin ini juga cerai dari ayah kandung Kexin. Diserial jelas disebutkan ayahnya yang ada adalah ayah tiri Kexin.
Dasar orang jatuh cinta ya, Kexin tentu sangat percaya dengan Daxiang, itulah kenapa Kexin menolak perjodohan dengan dari sang Ibu dengan Yalun. Meskipun ngeselin, harus diakui, peran Ibunya Kexin sangat berhasil menjadi seorang ibu yang sedikit egois berdalih demi kebahagian dan masa depan anaknya, padahal Ibunya Kexin ini juga cerai dari ayah kandung Kexin. Diserial jelas disebutkan ayahnya yang ada adalah ayah tiri Kexin.
Sebelum membahas jauh tokoh lain, aku review
juga tokoh utama wanita, Tang Kexin. Sejujurnya aku kurang nyaman sih dengan
karakter yang diperanin Junio Liu ini. Tang Kexin memiliki cita-cita bagus
sebenarnya, menjadi seorang kepala sekolah. Tetapi, seolah dia tidak
memiliki hasrat ataupun dialog apapun kalau dia benar-benar ingin mencapainya,
kecuali dengan Daxiang membicarakan masa depan mereka berdua. Sampai disitu
saja, hingga Sheng Yalun datang dan menawarkan sebuah sekolah dipedalaman untuk
dia kelola serta menjadi kepala sekolah, asalkan Kexin mau menikah dengan
Yalun. Tokoh Tang Kexin digambarkan sebagai wanita mandiri yang kuat, namun
terlihat sangat realistis dan menerima apa adanya yang terjadi didepan matanya.
Terus, Lu Daxiang… Chemistery Wes Luo kataku
sudah bisa masuk sebagai Lu Daxiang. Mungkin karena aktor ini pernah
mendapatkan peran sebagai seorang atlet professional diserial sebelumnya, High
5, jadi ketika Wes Luo memerankan seorang pemain bisbol professional disini,
dia tidak terlalu menemui kesulitan. Hanya yang kulihat ketika scene berantem
diawal dengan Tang Kexin sedikit belum natural saja, eh, adegan romantis
keduanya kurang menggigit (memang ada? Nggak banyak sih…). Namun, bromance Lu
Daxiang dan Lin Kangbao itu keren sekali. Lucu, kocak, dan sebangsanya lah...
Photo source from Web TTV (Jie Nanjie as Guo Jiaxin, Ketua Kelas 3-8) |
Photo source from Web TTV (Song Wei En as Cai Qiansheng) |
Photo source from Web TTV (Xu Wei as Wang Donghai) |
Photo source from Web TTV (Xi Weilun as Wu Fangdi) |
Photo source from Web TTV (He Mei as Xu Liya) |
Photo source from Web TTV (Xiao Zhiwei as Zhao Yinqing) |
Tentang para murid-murid SMA Feichuan.
Ini nih, yang menurutku bikin serial yang
seharusnya apik ini jadi terlihat minusnya. Karena konflik yang ada diantara
anak-anak Kelas 3-8 seolah nggak bisa dibuat lebih sederhana. Dengan banyaknya dan
kompleks konflik diantara para murid sedikit mengurangi jatah slot yang
seharusnya bisa dipakai menjelaskan cerita tersembunyi dari tokoh-tokoh dewasa
(para guru). Seperti, tokoh Wang Donghai terlalu diperlihatkan ia merasakan
kesulitan dengan memikirkan penyembuhan ibunya. Kalau dilogika, memang bagus seorang anak berbakti kepada orang tuanya, apalagi diceritakan Wang Donghai
tidak memiliki siapa-siapa selain ibuny yang sedang sakit tua.
Dua murid anak orang kaya di SMA Feichuan, Li
Jinkuan (Kelas 3-7) dan Guo Jiaxin (Kelas 3-8) termasuk yang mengganggu. Anak
orang kaya itu sangat manja, oke, Guo Jiaxin dan Li Jinkuan dapat banget
feel-nya disini. Tapi ketika mereka mempunyai orang yang disukai, cara mereka
menunjukkan ketidaksukaan terhadap pihak lain didekat gebetannya itu kurang
mencerminkan kalau sebenarnya mereka masih dibangku sekolah SMA. Banyak adegan
yang rasanya kurang perlu, dan sebenarnya bisa digantikan dengan adegan lain,
contohnya menambahkan adegan saat Tang Kexin dan Lu Daxiang berusaha mewujudkan
mimpi mereka berdua. Setidaknya biar Tang Kexin tidak terkesan pasrah dengan
keputusan ibunya.
Disamping itu, kepolosan Xu Liya, Cai
Qiansheng, dan Zhao Yinqing, membuat serial ini menjadi cocok disebut drama
school-life. Ada segitiga yang terjadi diantara enam orang Kelas 3-8 tepat
sasaran (apa ini? :D). Guo Jiaxin menyukai Wang Donghai, sementara Donghai dari
dulu cuma anggap Jiaxin sebagai teman masa kecil saja; sementara Donghai jelas perlihatkan kalau dia suka sama Wu Fangdi—yang katanya aneh (aneh bener sih,
masa anak sekolah nggak diceritakan asal usul keluarganya). Tapi Fangdi tahu
kalau Donghai disukai teman sekelasnya, makanya Fangdi menjaga jarak dengan
Donghai. Ada Li Jinkuan masuk dalam pusaran itu karena Jinkuan ternyata
menyukai Jiaxin. Namun, karena Jinkuan bukan termasuk Kelas 3-8, perannya pun
terbatas, jadi tetap seperti ada yang hilang. Cerita segitiga ini masih masuk
akal dan relevan dengan cerita anak-anak sekolahan.
Tentang cita-cita.
Benar hidup ini harus memiliki cita-cita
sehingga kita tahu kemana arah tujuan kita dengan jelas. Semua orang punya
cita-cita. Lu Daxiang yang ingin menjadi pemain bisbol professional namun
ditengah jalan ia menemui sedikit jalan buntu sehingga passion bisbol itu
sedikit harus berputar arah terlebih dahulu. Lu Daxiang justru berhasil
membantu anak-anak Kelas 3-8 SMA Feichuan menemukan passion dalam dirinya
sehingga mereka bisa menentukan jurusan kuliah mereka nantinya.
Cita-cita Tang Kexin diawal cerita dibicarakan
secara implisuit lewat dialog Kexin dan Daxiang, jadi penonton yang kurang
menyimak dibagian ini bisa jadi miss info ini. Barulah disebut jelas
ketika SMA Feichuan kedatang CEO baru, Sheng Yalun, yang ingin mengambil alih
sekolah dan Kexin lewat sang ibu yang menawarkan materi yang tidak bisa
diberikan secara langsung oleh Daxiang. Perang terbuka Lu Daxiang versus Sheng
Yalun pun terjadi. Oh iya, Tang Kexin ingin menjadi kepala sekolah disebuah
sekolah pedalaman. Dan ini yang dijanjikan Sheng Yalun kepadanya. Bangunan
sekolah di pinggir kota gitu, sudah siap diadakan kegiatan pembelajaran
kapanpun Kexin mau. Tentu Yalun membuatnya tidak tanpa syarat dong. Asalkan
Kexin bersedia menikah dengan Yalun. Hal ini didukung seribu persen oleh ibu
Kexin.
Poin plus lagi dari inti cerita ini menurutku adalah
bromance Lu Daxiang dan Lin Kangbao yang sudah menjadi buddy, dan Lin Kangbao
justru membantu Daxiang mengambil hati ibunya Kexin. Lin Kangbao juga membantu
Daxiang ketika berkeinginan menjadi pemain bisbol professional kembali, bersama
Gao Aini yang setia mendukung Daxiang-Gege-nya.
Drama ini memiliki jumlah episode 16. Seperti drama-drama Taiwan lain, biasanya anti-klimaks ceritanya saat mencapai tiga episode terakhir. Tapi, Campus Heroes ini menampilkan keseluruhan inti konflik di-3-episode terakhir, dan penyelesaian hanya butuh 1,5 episode terakhir. Bisa dibayangkan ditengah-tengah episode itu diisi apa? Surprise!
Drama ini memiliki jumlah episode 16. Seperti drama-drama Taiwan lain, biasanya anti-klimaks ceritanya saat mencapai tiga episode terakhir. Tapi, Campus Heroes ini menampilkan keseluruhan inti konflik di-3-episode terakhir, dan penyelesaian hanya butuh 1,5 episode terakhir. Bisa dibayangkan ditengah-tengah episode itu diisi apa? Surprise!
Alika’s Social Diary
Blog’s rating for Campus Heroes: 7,8 of 10.
Nah, itu tadi semua pandangan dan komentarku
buat Taiwanese Drama berjudul Campus Heroes. Drama ini tayang di Taiwan pada
2018, disaluran TTV. Pandangan setiap orang bisa berbeda-beda, jadi bagi yang
belum nonton silakan langsung nonton saja, dan yang sudah nonton boleh
bagikan komentar kalian dikolom komen dibawah ya. Aku akan senang kalau ada
teman berbagi.
Dan, buat teman-teman yang mau tau pandanganku
tentang drama-drama Taiwan maupun Mainland, bisa scroll laman blog Social Diary
ini.