Read into your languange

Showing posts with label Book Review. Show all posts
Showing posts with label Book Review. Show all posts

Monday, February 14, 2022

Quotes From Book - A Week to Forever (by: Stephanie Zen)

Hi, everyone! Welcome to #blogsocialdiary. And, now I'll give you a book reference to read. 
I'll post it in Indonesian, so make sure that you click [ON] your translation tool on your web page. :)

A Week to Forever, a novel to inspire us to be more patient to find our soulmate



Kali ini aku membahas sebuah buku (lebih tepatnya novel) yang membuatku jadi sangat melankolis alias baper sekali ketika selesai membacanya. Bukan cerita tentang anak sekolah yang sibuk memikirkan cinta monyet-nya, melainkan penulis buku ini menunjukkan pada para pembaca bagaimana harusnya kita menjemput jodoh dengan cara baik dan direstui Tuhan Yang Maha Pencipta Segalanya. 

Ketika aku akan menuliskan review untuk buku ini di Goodreads, aku membaca beberapa komentar yang menyebut kalau buku ini sebenarnya bergenre Christian Romance. Yup, karena ini cerita tentang dua anak kristiani yang menjemput jodoh dengan cara tidak memaksa kehendak Tuhan mereka. Akan tetapi, kelihatannya penerbit Gramedia Pustaka Utama menerbitkan ulang buku ini serta memberinya label Metropop, karena tokoh-tokoh dalam novel karya Stephanie Zen ini hidup dilatar perkotaaan metropolitan. Kita bisa sebut si Penulis mengambil setting Jakarta dan negara tetangga, Singapura. Penulis yang pernah bekerja di Singapura ini juga menggambarkan detail sekali setting tempat dinegara itu beserta seluk-beluk kehidupan disana sheingga pembaca pun memiliki pandangan mengenai lingkungan sosial dan religi di Singapura. 




Berikut aku ketik ulang blurb dari novel A Week to Forever yang ditulis oleh Stephanie Zen: 
Amaya Jasmine Koesmoyo tak pernah menduga, satu minggu bisa mengubah seluruh jalan hidupnya. 
Tujuh hari. Seratus lima puluh empat jam. Dan bum! Semua masa depan yang telah Amaya rancang bersama Caleb buyar begitu saja. 
Setelah enam tahun berselang, pertemuannya kembali dengan Dirgantara Hidayat, teman satu gerejanya dulu, ternyata mampu membangkitkan kembali kisah lama diantara mereka, kisah yang dulu diakhiri bahkan sebelum sempat dimulai. 
Dan kini kisah itu menuntut haknya kembali. 
Satu minggu business trip di Singapura. 
Pertemuan tak sengaja dengan Dirga yang berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya, dan semua kenangan di antara mereka mendesak keluar tanpa ampun. 
Beranikah Amaya mempertaruhkan masa depannya demi masa lalu yang belum tuntas? Meninggalkan tunangan yang mencintainya dan rencana pernikahan yang telah disusun begitu rapi hanya demi memberikan kesempatan bagi satu minggu itu untuk menjadi selamanya? 


A Week to Forever (Stephanie Zen) #blogsocialdiary


Satu lagu yang ingin kupersembahkan untuk Dirgantara Hidayat. Karena aku naksir berat sama Dirga, sayangnya, iman kita yang tak sama :)




Dirgantara Hidayat atau yang dipanggil Dirga sepertinya memang sosok lelaki impian banyak kaum hawa. Dia smart, bertanggungjawab, kelihatan good-looking, dan satu yang tak bisa terlewatkan, dia sa ngat religius. Kalau Dirga ada didunia nyata siapa sih yang gak terpikat? Hehehe. 

Nih, aku akan tunjukkan kalau Dirga itu baik dan sholeh banget. Bahkan ketika dia harus dihadapkan pada kesempatan menyaksikan gadis yang disukainya akan menikah dengan orang lain. Boro-boro melakukan hal yang merugikan semua pihak, dia justru mendoakan yang terbaik untuk gadis itu. Wuih, meleleh deh... 






Selama ini Dirga melihat kedua orang tuanya, yang memiliki selisih usia sepuluh tahun, hidup bahagia dan harmonis. Ia berpendapat selebar itulah rentang waktu yang harus ada antara ia dan istrinya kelak suapaya mereka pun seharmonis orangtuanya. (Halaman 135)

Dirga yang masih muda bisa dibilang terlalu polos dengan pikirannya demikian. Ia pun terjebak pada belenggu pikirannya sendiri yang menargetkan pasangannya kelak harus memiliki sepuluh tahun lebih muda darinya. Padahal gadis yang disukai dan bisa mengimbanginya berusia lebih tua daripada Dirga. 


"Selain itu, menikah adalah keputusan yang besar. Bahkan jika aku sudah sangat yakin, I still need to seek God's will, Aya. Dan aku sudah berjanji, aku nggak akan mengambil langkah apa pun sebelum aku mendapat konfirmasi yang solid dari Tuhan. Aku nggak akan berjalan jika Dia tidak bersamaku. Aku nggak akan berusaha mendapatkan hatimu, jika itu hanya untuk disia-siakan. If I am going to win your heart, it only means that I will treasure it." (halaman 146)

Sebenarnya, dahulu Dirga juga seperti kebanyakan anak remaja lelaki sepantarannya. Ia masih memikirkan main dan pacaran dengan seorang cewek ketika ia masih bersekolah. Akan tetapi, sesuatu yang tak mengenakkan menimpanya. Bahkan sesuatu itu datang dari orang atau leader grup yang ia kagumi. Sejak saat itu, Dirga memutuskan untuk tidak lagi menggantungkan harapan pada manusia. Termasuk untuk mendapatkan hati Amaya. 






"... Bahwa pacaran seharusnya nggak untuk main-main, tapi memang bertujuan untuk pernikahan. Bahwa 'sekedar suka' nggak bisa dijadikan alasan untuk pacaran, apa;agi menikah. Aku butuh mencari penolong yang sepadan, yang bisa mengimbangiku, dan yang terutama yang benar-benar mencintai Tuhan dengan sepenuh hatinya." (halaman 161)

Mau marah gimana sama Dirga ketika dia sudah berkata demikian. Gagal deh. Mau ini dijadikan alasan Dirga tidak memanfaatkan kesempatan untuk menyatakan perasaan dahulu pada Amaya--saat Amaya masih berstatus sendiri waktu itu, ya tidak bisa juga, kan? Kata-kata Dirga diatas juga benar adanya. Gemas sekali nggak sih?! 


 Sekian ya, rangkuman beberapa qoute dari novel fiksi tulisan Stephanie Zen yang berjudul A Week to Forever. Kalian cari quote yang lebih mengena versi keadaan kalian dengan membaca kisah Amaya dan Dirga lebih lanjut ya. Sejauh ini aku masih bisa melihat fisik buku di toko buku Gramedia. Grab it fast! 





Terima kasih sudah mampir ke #blogsocialdiary, dan silakan lanjut menjelajah untuk mendapatkan bacaan yang kalian minati.
Sampai jumpa dipostingan berikutnya! :)



What have posted before

Saturday, July 10, 2021

Book Review: Mimpi Padma, by: Ayu Dipta Kirana (2020)

Mimpi Padma (Ayu Dipta, Elex Media)


MIMPI PADMA (THE DREAM OF PADMA)

Author: Ayu Dipta Kirana

Editor: Anindya Larasati

Publisher:Elex Media Komputindo

Year of Publishing: 2020

ISBN No: 978 623 00 2150 3


Blurb:

Rania Padmadewi is a student university who should take a lecture “An Ancient of Hindu-Budha” for the third time. She had D-score twice. Mrs.Ajeng, the lecturer of the course is like has something t Padma. However, in the next semester, the course isn’t lectured by Mrs.Ajeng and will be lectured by her assistant, Haga. Of course, this state makes Padma is happy: she won’t be lectured by Mrs.Ajeng, and being lectured by the handsome man, Haga. Rapidly, Haga becomes the favorite man in his department.

A gold chance comes true for Padma when Mr. Jarwo, the other lecturer, asks her to help him to do the documentation for his team’s proceed excavation. In fact, Haga becomes her partner for her duty. Padma has a reason to meet Haga more often. Besides that, Padma also has something to distract her mind from her bad dream recently.

However, the figure of Haga keep a mystery, and it relates to her bad dream.


Candi Prambanan Historical Fiction


Plot:

Padma has a dream—an odd dream. She meets her dad who still in a coma after got a work accident. Her dad gives her some words as the last message from him—or, a will to ask her to become stronger and make her mom and her sister are always safe. After her dad already said his last words, then he leaves the Padma and his family forever. This kind of dream appears often whenever Padma feels down. His dad’s encouragement to her keep replay in her mind and make her misses her dad so much.

Padma gets a similar dream when she got faint on the campus field trip in Prambanan Temple. She got Haga, her lecturer assistant who works together with Padma in a project of excavation documentation, as a knight, but in ancient Javanese custom with his two guards. She saw Haga and his guards on the horses tried to escape from some people who caught them.

She got another insight, just like her previous dream when she got unconscious on the campus field trip. Padma sees the other soul of Haga against with The Black Spirit and he had won it. The Black Spirit is gone away. Padma woke up again. Later, she is sure that it can’t be just a dream. She is pretty sure that Haga against The Black Spirit is real. However, Haga denies it. He keeps worried about Padma’s health since she has just got well at the day. Padma insists provokes him to claim it. Haga denies. But, after all the debate conversation, Haga says it honestly. He remembered that Padma may have “that” strength: to see another soul come out from the body. It is like what Padma told him when she met her dad before passing away. So, Haga believes that the girl will understand his circumstance.


"Mimpi belum tentu tidak masuk akal. Ada kalanya mimpi bisa jadi pesan tersembunyi dari alam untuk kita. (A dream cannot say it doesn't make sense. Some times a dream can be a hidden message from the nature for us.) - Haga 


Listen to Haga’s old story of his life and what she had experienced a few times ago. Padma understands it. Haga Bandawasa’s life story is related to the Javanese ancient story about the build of the Prambanan Temple and the girl who had been cursed become a stone. Now, we know it as the Roro Jonggrang statue. But, Haga has another story about Princess Roro Jonggrang. Also, now Padma knows it. Padma aids Haga to get avenged for his past mistake.

"Cerita rakyat diturunkan berdasarkan tradisi lisan dari generasi ke generasi. Cerita yang diwariskan dengan cara ini bisa jadi benar adanya. Namun, karena dongeng merupakan warisan budaya lisan, maka seiring dengan perjalanan waktu cerita itu diberi bumbu tambahan berupa drama. (A folkfore is to be continued by verbal through the older generation to the another generation. The story which inherited with this method could be real. However, as the time go on, because of a fairytale is a verbal legacy it made the story was added by some dramas.)"

 

Again, when Padma in the process to help Haga, Pada got unconscious because she is frightening. She meets her dad. He gives advice to Padma not to give up in the way. Padma should remember for getting stronger for her mother and her sister. Padma understands it. She wakes up and continues her journey to help Haga get his apology revenge.

Something that never Padma expect comes up. When she helps Haga back to the ancient period, it means she would change Haga’s fate in the future. 

For someone who likes historical things, just like me, it is highly recommended to be read. Mimpi Padma isn’t only about romance stuff, but also the author describes us another fact about Prambanan and Boko Temple in Yogyakarta. She is smart to mix the legend story, the actual explanation, and the romantic things. You can get all of them when you read it.


And, thank you for visiting #blogsocialdiary. Don't forget to grab the book in the bookstore in your area. 

See you. 


Tuesday, February 19, 2019

Kenalan Lebih Dalam Sisi Dunia Lain | Book Review: Gerbang Dialog Danur? (Risa Saraswati)


Judul buku: Gerbang Dialog Danur? 
Penulis: Risa Saraswati 
Tahun terbit: 2015 
~cetakan kedua: 2018
Editor: Syafial Rustama 
Penerbit: Bukune 
ISBN: 602-220-150-0


Melepas semua ingatan tentang film layar Danur maupun Maddah, dan juga mencoba tidak bayangin video-video penelusuran maupun tanya jawab si Penulis dengan teman-teman yang berasal dari dunia tak terlihat, itulah yang kulakukan ketika membaca buku seri pertama dari Gerbang Dialog Danur ini. Bisa dibilang terlambat memiliki (duileh, apaan sih ini??), maksudnya terlambat membaca dan mereview novel ini. But, it is okay, karena aku nggak mau memendamnya sendirian, siapa tau kaan ada mau saling share (boleh komen dibawah postingan ini yaa..)

~Baiklah, mari kita lihat apa yang ada dinovel Danur ini..

Pertama sekali, Penulis mengajak kita—pembaca, berkenalan dengan lima sahabat dirinya yang gak bisa dilihat dengan mata normal. Sebut saja, Peter, Hendrick, Hans, William dan Janshen diceritakan oleh Penulis lengkap dengan bagaimana kelima anak Belanda itu meninggal (dengan tragis ditangan pasukan penjajah Nippon) hingga bagaimana kelimanya menjadi sahabat masing-masing hantu cilik dan menjadi teman bagi si Penulis. Haru, kasihan, kesal dengan kekejaman Nippon pada masa itu—karena berani menghabisi anak-anak yang masih super duper polos, semua perasaan itu kurasakan dengan sungguhan seolah mengerti bagaimana perasaan mereka yang masih mengangkut didunia yang tak seharusnya. Ini kukasih cuplikan masing-masing cerita ‘mereka’ yaah..

Check this out..

Disini Penulis, baiklah kita menyebut Teh Risa saja ya?! Teh Risa membagikan pengalamannya sebagai anak yang memiliki kemampuan khusus—berinteraksi dengan mahluk tak kasat mata sedari masa kecilnya. Sebagai anak kecil yang tinggal terpisah dari kedua orang tua dan adiknya pada waktu itu, kala sedang merasa sendiri, sedih, Teh Risa menyendiri di loteng yang ada dirumah neneknya dan darisana ia menjalin persahabatan dengan lima hantu kecil itu—yang tidak mau disebut hantu: Peter, si pemberani; William—yang kataku dia ini si kalem penyuka musik klasik dan biola; Hans dan Hendrick—kelihatannya serupa? ; serta, si kecil Janshen dengan gigi ompongnya. Kelima teman kecil Teh Risa inilah yang selalu melindungi Teh Risa dari gangguan lain, termasuk ketika Teh Risa didatangi oleh hantu kuntilanak bernama Asih.

Namanya sahabat tak melulu berjalan tanpa konflik. Itu juga yang dialami oleh Teh Risa dan kelima teman kecilnya. Ketika Teh Risa tidak bisa menepati janjinya untuk menjadi sama seperti Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen, kelima teman kecil itu pun meninggalkan Teh Risa sendiri menghadapi serangan-serangan mahluk astral yang menyeramkan, namun ada juga beberapa yang menjadi teman baik seperti hal Peter cs.

Samantha, hantu perempuan kecil yang ditemukan ketika Teh Risa bersama ayah dan keluarganya sedang berkemah ditengah hutan gunung. Samantha sama juga halnya seperti Peter cs yang menunggu kedatangan—pertemuan kembali dengan orang tua dan keluarganya. Samantha bercerita kalau orang tuanya pergi ke Belanda untuk menjenguk opanya sekaligus untuk membawakan obat untuk Samantha. Lalu, mereka tak kembali hingga Samantha meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya. Risa tak heran jika ketika bertemu Samantha dengan kondisi bibir yang sudah membiru, layaknya orang habis sakit. Namun disaat itu Samantha justru berpikir kalau orang tuanya sudah meninggalkannya hanya dengan pengasuhnya karena mungkin kondisi penyakitnya yang tak mungkin disembuhkan. Samantha boleh jadi membenci kedua orang tuanya karena hal itu—meninggalkan ia sendiri hingga nafas terakhir terhembus disamping Rumi, pengasuhnya, namun Samantha tetap menunggu orang tuanya hingga mereka menemuinya meskipun Samantha tau kalau mereka bertemu kembali dalam wujud yang sama dengan dirinya kini. Cerita Samantha pun membuat Risa berpikir kalau hidupnya masih lebih beruntung: memiliki keluarga yang lengkap, teman-teman yang melimpah, juga hidup yang penuh dinamika. Kehidupannya sempurna dengan bonus kemampuan yang tak dimiliki oleh kebanyakan orang.

Asih. Sebenarnya namanya bagus lho. Kasih. Seperti namanya, Asih ini diceritakan sebagai cewe—gadis desa yang cantik, yang mencoba peruntungan dengan merantau di Kota Bandung. Asih bekerja sebagai PRT. Pekerjaan itu yang akhirnya membawa Asih pada takdirnya, direbut kesuciaannya dengan seorang yang mengaku akan menikahi Asih, lalu melarikan diri hingga Asih tersadar kalau ia sedang mengandung. Merasa tak ingin membuat malu keluarganya didesa, Asih mengakhiri hidupnya sendiri bersama calon bayi dalam kandungannya. Bertahun-tahun Asih bergentayangan hingga melihat Risa bermain dibawah pohon dekat rumahnya, penyesalan Asih menyeruak. Dulu seharusnya ia bisa memberi kesempatan calon anaknya untuk hidup dan tumbuh. Setelah itu Asih mengikuti Risa hingga kerumahnya. Malam hari ketika ingin mengajak bicara Risa, lima teman Risa seperti Asih datang dan mengusirnya dengan keras. Sebelumnya Risa tersadar kalau Asih sudah pernah dilihat sebelumnya ketika masih bersama Peter CS, dan mereka menggoda Asih dengan melemparinya batu karena lima hantu Belanda menyebutnya: wanita jelek.

Pelajaran lain yang didapat dan boleh diambil sari kebaikannya adalah cerita persahabatan sehidup semati Sarah dan Jane. Yang satu keturunan Asia dan yang lain merupakan keturunan Netherland. Perbedaan itu yang membuat persahabatan Sarah dan Jane ditentang keluarga mereka. Baik Sarah dan Jane tahu kalau keluarga mereka menentangnya, dan bangsa Jane selalu dikatakan buruk, namun Sarah tetap tak bermasalah bersahabat dengan Jane, karena keyakinan dirinya mengatakan demikian. Kobaran api dikamar Sarah ketika Jane sedang bermain bersama melahap seluruh isi kamar beserta dua anak perempuan didalamnya. Didatangi Sarah dan Jane dalam mimpi dan diperdengarkan cerita masa lalu keduanya, membuat RIsa kembali teringat akan kelima teman kecilnya dan berharap persabahatan mereka bisa abadi seperti Sarah dan Jane.

Gangguan mahluk dunia lain tidak hanya dirasakan oleh Risa, melainkan juga anggota keluarga nenek yang lain. Seperti kedatangan Elizabeth yang ternyata menyukai paman Risa. Teddy juga sama, menyukai seorang laki-laki diluar dunia dan hampir mencelakai orang itu. Rumah nenek Risa seperti merasakan terror dari Elizabeth karena merasa dihalangi untuk berhubungan dengan laki-laki yang dicintainya. Pada akhirnya keluarga laki-laki yang diikuti oleh mereka memutuskan untuk pindah, namun tak membawa Elizabeth, Teddy, maupun Sarah yang tetap tinggal dirumah itu. Diceritakan miris mengenai Elizabeth, Teddy, dan Sarah—yang menjadi primadona hantu diareanya, tidak pernah merasakan cinta dengan seorang laki-laki hingga ajal menjemputnya. Dan mereka baru merasakan cinta itu justru setelah kematiannya dan kepada anak manusia.

Cerita dari dua orang yang sudah tak lagi nyata didunia ini yang membuatku tersadar akan pesan Al-Qur’an bahwa: “Manusia boleh berencana, bagaimanapun yang menentukannya adalah Allah S.W.T.”.
Iyes, kurang lebih yang diceritakan kembali oleh sejoli Edwin dan Lidya pada masa itu hanya sebatas merencanakan, beberapa jam menyelenggarakan hari bahagia keduanya, lantas semua berubah tidak indah lagi—cenderung duka. Namun yang menarik adalah bisa dilihat dari tulisan Edwin dalam suratnya bagaimana ia menjaga perasaan tulusnya kepada (hanya untuk) Lidya meskipun disekitar gadis itu banyak sekali lelaki yang juga mendekati Lidya.

Cerita-cerita hanya sebagian kecil (maybe) dari cerita yang sebenarnya dialami oleh penulis buku ini diluar sana. Dengan kemampuannya yang tak biasa itu, penulis tidak hanya mendapat teman dari dunia lain, melainkan juga mendapat terror dari kemampuan yang dimilikinya itu. Dalam bukunya diceritakan, Teh Risa, masih ketika ditinggal oleh Peter cs,  seringkali didatangi—bukan, bertemu dengan hantu-hantu yang menampakkan dirinya seperti bagaimana ia meninggal pada waktu itu. Menyeramkan. Sudah tentu membuat siapapun, termasuk Teh Risa merasa takut. Dan ketika ini terjadi, tidak jarang Teh Risa berharap para sahabatnya itu datang kembali, atau ia bahkan meminta Tuhan untuk menutup matanya agar ia menjadi buta untuk melihat dunia yang berbeda itu, tentu dengan resiko ia tidak lagi akan melihat dan bertemu dengan lima sahabat kecilnya.

Oh, ada satu lagi cerita yang menarik bagiku. Yaitu cerita tentang sosok Ardiah. Kenapa ini menarik buatku? Karena Ardiah ini ditemukan Teh Risa ketika ia sedang melakukan sebuah pekerjaan di Yogyakarta. Yes, di Jogja lho! Dikotaku ini ada cerita menjalin perkenalana bagi Teh Risa dan hantu Jawa, bernama Ardiah.
Bagi orang Jogja pasti sudah tahu, kan pernah bioskop besar dan terkenal pada masanya dulu yang setelahnya habis terbakar? Dan, ternyata Ardiah merupakan korban dari musibah itu. Ardiah berada didalam bioskop itu bersama pacarnya ketika kejadian mengerikan itu terjadi. Dalam cerita itu, Ardiah meminta Teh Risa untuk membantunya untuk menemukan pacarnya dimanapun itu.


By the way, aku menulis review ini sampai jam sebelas malam. Kebayang dong, menulis tentang sesuatu yang sudah nggak ada sendirian. Perlahan aku menoleh kanan. kiri, depan, belakang, takut-takut ada yang ngantol. Hiii.. So, review novel ini kusudahi sampai disini. Semoga nanti akan ada review-review novel lain yang selesai kubaca.

Terima kasih bagi kalian, teman-teman yang menyempatkan mampir ke Social Diary dan membaca review ini.
Zai jian! J

Wednesday, May 24, 2017

Book Review: Badminton Freak (Stephanie Zen)

Haloo!

Sembari aku ngumpulin materi buat ngisi Kepoin Figur Publik #3, aku mau sharing dulu yang satu ini. Sepertinya ini tema baru disini. Jadi aku kan sempat jadi penggiat sebuah klub baca buku di Jogja, gak afdol rasanya sebagai bookworm tapi gak ada postingan tentang review buku (setidaknya ada satu atau dua gitulah ya :D).

Buku yang mau kureview ini merupakan sebuah novel fiksi--aku tertarik karena apa yang ditulis didalamnya. Sebenarnya aku tahu buku ini ada sejak lama (sekitar tahun 2015), pengen beli waktu itu tapi isi dompet lagi banyak bawang merahnya :(, giliran pas mau dibeli, eh stoknya buku udah gak ada ditoko buku kebanyakan. Huhuhu. Alhamdulillah berkat kegigihan tanpa patah arang mencari buku ini, akhirnya aku mendapatkannya. Yeay! Gak pengen menyesal lagi, langsung bungkus aja deh buku itu.





Genre: Teenlit
Judul Buku: Badminton Freak
Penulis: Stephanie Zen
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: (1) 2010 ; (2) 2016

Cobalah tanya pada Fraya Aloysa Iskandar siapakah cinta pertama dalam hidupnya? Jawabannya gak akan menempatkan Albert, pacarnya sendiri diurutan pertama. Karena Fraya sudah terlanjur jatuh cinta dengan BULUTANGKIS sejak ia kecil karena para tantenya yang menularkan virus itu padanya. Saking cintanya Fraya terhadap bulutangkis, Fraya pernah bercita-cita menjadi pemain bulutangkis profesional yang main diklub kemudian dilirik oleh pelatnas. Siapa sih gak mau yang terakhir itu? Hehehe. Semua itu gagal diwujudkan karena ada kesalahan komunikasi dengan sang mama yang sebelumnya Fraya gak pernah berani secara langsung menanyakan kepada mamanya alasan ia tidak boleh main bulutangkis secara profesional.

Demi menuntaskan hutang mimpinya menjadi atlet bulutangkis nasional yang memiliki kesempatan mengibarkan merah putih dan mendendangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya diluar negeri, Fraya akhirnya hanya bisa bergabung dengan ekskul bulutangkis disekolahnya. Sayangnya, pacarnya gak pernah suka Fraya main bulutangkis. Albert lebih suka melihat Fraya dilapangan memegang pompom dipinggir lapangan dan menyemangati ketika Albert tengah bertanding basket. Iya. Cowo basket dan cewe cheerleader tentu akan jadi pasangan yang cocok kan? Begitupun pikiran Albert, namun Fraya merasa menjadi anggota cheerleader bukanlah menjadi dirinya sendiri. Fraya dan Albert gak pernah cocok karena hal ini.

Puncaknya ketika ada gelaran Thomas dan Uber Cup 2008 dan Indonesia terpilih sebagai tuan rumah. BL mana sih, gak niat bener nonton langsung di Istora setiap ada turnamen internasional bergengsi, seperti TUC ini contohnya... Fraya pun. Ia sampai rela-relain bohongin Albert, bilang sakit kek, demi bolos menonton Albert tanding basket dan mlipir ke Istora (orang mah kalau udah cinta, segala cara oke aja ya..). Albert pun akhirnya tahu karena kesalahan Fraya sendiri. Sepandai-pandai menyembunyikan bangkai, akhirnya tercium juga. Yah, itu peribahasa paling tepat buat Fraya. Albert menghukum Fraya tidak boleh lagi nonton langsung di Istora selama gelaran TUC, padahal sudah memasuki babak perempat final Thomas Cup, semifinal Uber Cup, hingga puncaknya final Uber dan Thomas Cup. Coba bayangin gimana Fraya gak sedih? Albert sudah seperti satpam selama beberapa hari dirumah Fraya agar ia tidak melarikan diri diam-diam pergi ke Istora.

Lama-lama Fraya nggak tahan dengan sikap Albert yang dikira sama sekali ngga mendukung kecintaannya. Fraya dan Albert putus. Bukan hanya menjadi masalah bagi Fraya seorang bahkan adiknya yang terlanjur dekat dengan Albert, Lio selalu menanyakan Albert ketika lama gak main kerumah mereka. Anak kecil seperti Lio memang harus dikasih pengertian yang paling sederhana untuk dijelaskan apa itu "putus cinta" hingga akhirnya mungkin Lio mengerti setelah datang pengganti Albert kerumah dan membawakan virus bulutangkis padanya, bahkan Lio langsung ingin terjun dalam dunia bulutangkis. Siapakah orang itu?

Orang itu adalah Edgar Satria, seorang pemain ganda putera andalan Indonesia (sewaktu membacanya, aku langsung membayangkan Edgar Satria seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo :D). Perkenalan kedua Edgar dan Fraya lucu banget deh.. waktu itu Fraya salah mengira yang mengirimi SMS padanya adalah orang usil, ternyata itu Edgar. Malu bangetlah Fraya pada saat itu. Itu merupakan saat awal Edgar menunjukkan ketertarikannya pada Fraya yang memiliki pengetahuan bulutangkis diatas rata-rata, sangat berbeda dari gadis-gadis yang pernah ditemui Edgar.

Fraya Aloysa Iskandar, mungkin kamu sudah tidak bisa lagi mewujudkan cita-citamu untuk menjadi atlet bulutangkis , tapi punya pacar atlet bulutangkis bukan ide yang buruk, kan? - Edgar Satria (p: 233) 

Quote diatas membuatku berkhayal ketika Jonatan Christie yang bilang padaku--didepan wajahku. Aw! Heehehe

Biar kutebak, mungkin si penulisnya alias Mba Stephanie Zen seorang Badminton Lover atau salah satu penonton setia setiap pertandingan tim bulutangkis Indonesia. Gaya berceritanya enak dibaca. I'm really really enjoy every words in every pages. Seperti ikut merasakan yang dirasakan Fraya (tapi yang ini aku memang seperti berkaca pada seorang Fraya). Meskipun ketika membaca, aku berasa jadi dedengkot fans bulutangkis karena hampir semua atlet nasional maupun luar negeri yang disebut didalam buku ini aku tahu era mereka. Okelah, karena mereka semua adalah pemain top dunia pada waktu itu.

Pokoknya kalau ngaku BL, baca deh "Badminton Freak" ini, aku berani jamin 1000% bahkan lebih, akan semakin freak sama bulutangkis. Karena penulisnya pinter menggiring imajinasi pembaca kearah kegilaan itu. Pas membaca ini, aku benar-benar bisa jungkir balik dikasur atau sofa sakling menikmatinya. Lebay? Tapi memang begitu :D




By the way, postingan book review ini kutulis bersamaan dengan momen Sudirman Cup 2017 dan sebuah sejarah tercipta pada 24 Mei 2017. Untuk pertama kali sepanjang sejarah perhelatan Sudirman Cup sejak 1989, Tim Indonesia harus menyudahi perlawanan mereka dengan tidak sampai babak perdelapan final grup 1 :(

Tetap semangat para pemain bulutangkis Indonesia. Terima kasih atas perjuangan luar biasa-nya, tim! Anggaplah hanya soal waktu saja yang belum mengizinkan kalian menjemput si piala kembali kerumahnya. Dukungan penuh seluruh pecinta bulutangkis selalu untuk para pahlwan olahraga ini :)

Akhirnya aku tutup postingan ini dengan perasaan masih campur aduk (belum move on). Terima kasih pada kalian yang sudah menyempatkan mampir keblog sederhana ini.

Ganxie nimen! :)



New baked post

32 THINGS YOU SHOULD KNOW ABOUT ME | Alika #blogsocialdiary

  Edited by Canva | @blogsocialdiary  Why it should be 32?  It is because I am turning 32 this year. Welcome To 30's Club! Here they are...