Let’s we
see the Indonesian youngster of Men Singles. We could say he is one of four
Indonesian Next-Promising-badminton player in men single section. In 2021 he
just got promoted to the main group (adult stage). Let’s talk more about
him.
As he is still
a junior in the national team, not much info I could collect about him. So, I
will share some info that I got. You may add some info you have in the
comment section below. Let’s discuss!
Yonatan
Ramlie was born on January 31st, 2001 (in Jakarta?). Today he is 20
years old. He was coming from Tangkas Badminton Club, a badminton home club of
Simon Santoso and Jonatan Christie, as well. Nowadays, Yonathan Ramlie, or we
could say him as Jojo Junior proudly known as the top four of next future idol
of the Indonesian Men Singles together with Christian Adinata, Bobby Setiabudi,
and Syabda Belawa. Both of them starts to get popular since the Badminton Asia
Junior Championship in 2019. Even though none of them got the individual title, but as a
team, Indonesian Junior players have won first place dramatically against the China National Junior team: 3-2.
We are
going back to Yonathan Ramlie’s.
He hasn’t won many championship titles, but Indonesian fans believe that he
would become an elite badminton player just like his seniors. In 2019, his
highest achievement was reaching the final round of Celcom Axiata Malaysia
Junior International Challenge U-19, however, he lost to his compatriot, Bobby
Setiabudi: 20-22, 16-21. Previously, he reached the semifinal round of BWF Junior
Championship 2019 and lost to Kunlavut Vidtisarn (Thailand): 11-21, 10-21.
Not the best result for him,
but we think that Victor Malaysia International Series 2019 would be his
point. He lost the game to the host country representative who had joined many
international tournaments than him, Cheam Jun Wei: 22-24, 9-21.
A year
before, in 2018, Yonathan’s highest achievement was being a semifinalist in
Celcom Axiata Malaysia International Junior Open, his senior, Ikhsan Leonardo
Imanuel Rumbay had defeated him: 13-21, 15-21.
Also, lost
to his another senior compatriot, Karono in Victor Exist Jakarta Open Junior
International Championship 2018 semifinal: 21-18, 12-21, 20-22.
In 2021
PBSI promotion and degradation list, we can see Yonathan Ramlie’s name is in
the main list name of MS. Yeah, he is just got a promotion to the main stage. We
hope he could follow his senior success for the international tournaments.
I will update this page as soon he gets another title champion for him. See you.
Let
I tell you the young man who been Winny Oktavina Kandow’s partner in the court.
His name is
Akbar Bintang Cahyono, who was born in Sukoharjo on April 14, 1996. Similar to
Winny, he got the chance to join the national team (PBSI) in early 2017 after he
won the Djarum Sirkuit Nasional, one of the biggest Indonesian badminton
tournament for the Juniors. Akbar BC had won it three times in 2009, 2015,
and in the year 2017. In 2017, he won Djarum Sirkuit Nasional in the Men Doubles
section and had won third place in Mixed Doubles sections. In the same
year, he also won the National Championship and been paired up with Winny
Oktavina Kandow.
Alright, I
won’t re-write all of his achievements in the Mixed Doubles section paired up with
Winny. It is similar to Winny’s, of course.
I will
continue to write about his achievement in the Men Double section.
In MD
section, Akbar got paired up with Giovany Dicky Oktavan. When he joined the national team in 2017. The best achievement when they had been
a runner-up in Singapore International Series 2017. They lost their
compatriot, Kenas Adi/Reza Pahlevi. They got the quarterfinal place both in Indonesia
International Series and Malaysia International Series 2017.
Then, Akbar
had chosen to be paired up with Muhammad Reza Pahlevi. They had been paired up
since 2017 until last 2019, before Akbar choose to play in Mixed Double
specialization because Winny doesn’t have any partner due to Tontowi Ahmad’s
retirement.
Been paired
up with Reza Pahlevi, it seemed better than previously. Akbar/Reza got the title
champion in Akita Master 2018 after defeated the country-host representative, Hirokatsu
Hashimoto/Hiroyuki Saeki, and became a winner in Finnish Open International
Challenge 2018.
Kali ini aku datang
kembali dengan membawa hasil kepo setelah menjelajahi dunia maya, karena sudah
lama aku nggak membukakan jati diri para pemain bulutangkis, kan? Terakhir aku
posting tentang Tim Sudirman Cup tahun 2017 dari Taiwan. Buka link ini dan ini.
Berhenti sesaat
kepon pemain-pemain luar Indonesia, ternyata pemain Indonesia pun masih banyak
yang sangat layak untuk dibahas sembari kita lihat setiap performa mereka dipelbagai
turnamen. Keep supporting Indonesian Team!
Laman kali ini memilih
seorang pemain putri Indonesia dari sektor tunggal.
Photo source: Tempo Online
Tahun 2018 lalu, doi masuk
dalam daftar skuad Tim Uber Indonesia yang diselenggarakan di Bangkok,
Thailand. Dia juga turut menyumbang satu angka untuk Tim Indonesia ketika
dipercaya turun kontra Tim China. Mukzijat? No! Cewek ini memang pemain yang
sementara ini punya mental tanding paling bagus dibandingkan deretan tunggal
putri Indonesia lain. (eh? :p) Buktinya, digelaran Piala Uber 2018, Ruselli sukses
menggiling pemain se-kelas Olimpiade Rio 2016, Li Xuerui, dengan bermain tiga
gim: 15-21, 21-19, 21-18.
Hayuk ah, kita lihat
perjalanan bulutangkis Ruselli lainnya.
Check this out~
Tahun 2019 ini Ruselli
Hartawan belum berhasil mencatatkan prestasi gemilangnya di BWF World Tour.
Kebanyakan langkah Ruselli terhenti dibabak 16 besar alias Round 2. Sampai
dengan rilis update informasi untuk artikel ini ditulis, turnamen terakhir yang
diikuti Ruselli adalah New Zealand Open Serie 300, dimana sebenarnya turnamen
ini merupakan turnamen pertama sebagai bahan perhitungan poin menuju Olimpiade
Tokyo 2020.
Di New Zealand, Ce Li Xuerui berhasil revans dari Ruselli dengan
mengalahkannya dua set dibabak kedua, 21-16, 21-13.
Sebelumnya, di kejuaraan
bulutangkis kontinental, Badminton Asia Championship 2019, Ruselli juga harus
pulang lebih cepat. Dia hanya mampu bertahan sampai babak 16 besar, setelah pemain Korea Selatan,
Kim Ga Eun mengalahkannya: 12-21, 19-21. Sementara, Kakak Senior Ga Eun, Sung Ji Hyun
sebelumnya juga memupuskan harapan Ruselli untuk melaju ke babak 8 besar di
Singapura.
Kendatipun masih sering kalah dibabak awal, Ruselli juga tak memberi
kemenangan mudah sang lawan. Seperti yang terlihat ketika Tur Eropa. Di Spain
Master 2019, Ruselli memberikan perlawanan pada Han Yue meskipun akhirnya juga
harus mengakui keunggulan pemain China itu: 23-21, 18-21, 15-21. Kemudian, di
German Open babak kedua sempat memberikan perlawanan sengit atas wakil
Singapura, Yeo Jia Min, meskipun diset kedua pun jauh tertinggal: 20-22, 10-21.
Sebenarnya performa
Ruselli dari awal tahun 2019 ini bisa dibilang cukup menjanjikan jika menilik
perolehan skor didapat dari tiga turnamen mengawali BWF World Tour 2019: Ketika
Thailand Master mencapai babak kedua kontra pemain tuan rumah, Busanan
Ongbamruphan: 14-21, 19-21. Kemudian di Malaysia Master terhenti dibabak
pertama oleh pemain Hong Kong, Yip Pui Yin: 21-19, 18-21, 17-21. Sementara
dirumah sendiri, Indonesia Master pencapaian Ruselli lebih baik dibandingkan pekan sebelumnya di Malaysia, yakni bisa mencapai babak 16 besar setelah
pemain muda Tiongkok, Chen Xiaoxin menjegal dipertarungan memasuki babak 8
besar.
Apabila melihat torehan
prestasi Ruselli kebelakang, sebelum tahun 2019, sebenarnya ia tak melulu
terhenti dibabak awal. Mungkin saja dia memang belum in seratus persen memasuki turnamen level dewasa. Prestasi Ruselli kala junior
termasuk gemilang dengan beberapa kali lolos hingga babak semifinal dan
menjuarai turnamen level international challenge.
Di Finlandia, Finnish Open
2018, Ruselli sukses mendapat medali perak; dan menjadi semifinalist Syed Modi
Badminton International Championship, di India.
Tahun kejayaan Ruselli sebagai
junior mungkin bisa dibilang tahun 2017. Sederet gelar level junior berhasil
dia dapatkan, seperti: Malaysia Internasional Challenge, Singapore
International Series, dan Smiling Fish International Series.
Ruselli pernah
bermain secara rangkap, bahkan selain main sebagai tunggal putri, ketika Turnamen
Australian U-19 Junior Badminton Championship, dia main juga sebagai ganda campuran bersama Hafiz
Faisal dan berakhir sebagai juara pertama, kemudian juga bermain ganda putri
bersama Lya Ersalita-yang juga bermain rangkap saat itu. Bersama Lya pun,
meraih posisi juara pertama ganda putri. Sementara Lya Ersalita sebagai pemain
ganda campuran harus puas hanya mencapai runner-up.
Photo source: BWF Fansite
Oh iya, Ruselli Hartawan
yang kelahiran Jakarta 21 tahun lalu, tepatnya ditanggal 27 Desember, berasal
dari Klub Jaya Raya Jakarta, dan menjadi pemain Pelatnas PBSI tahun 2013.
Sayangnya, karena ada suatu hal, Ruselli sempat dikembalikan keklub
dipertengahan tahun 2014. Semasa diklub itu digunakan Ruselli sebagai
pembuktian pemain yang dapat berkembang dan selalu belajar. Sekalipun saat
Smiling Fish 2016, Ruselli gagal menapaki partai puncak setelah dihentikan rekan
senegara sendiri sekaligus seniornya, Dinar Dyah Ayustine, PBSI kembali
mempertimbangkan Ruselli untuk masuk tim nasional karena dinilai Ruselli
memiliki daya juang tinggi ketika dilapangan. Alhasil, Ruselli mengikuti Seleksi Tunggal
Putri PBSI 2016. Dan masih bertahan di Pelatnas PBSI hingga kini.
Berikut kutunjukkan head to head Ruselli kontra beberapa
pemain tunggal putri elit dunia:
- VsAkane
Yamaguchi (Jepang): 0 – 3, terakhir ketemu Turnamen Youth Olympic Games 2014
dimenangkan oleh Akane: 6-21, 21-18, 11-21
- Vs He Bingjao (China): 0 -3 , terakhir ketemu Turnamen
Indonesia Master 2015 dimenangkan oleh He Bingjiao: 21-14, 12-21, 17-21
- Vs Li Xuerui (China): 1 – 2, terakhir ketemu Turnamen
New Zealand Open Serie 300 dimenangkan oleh Li Xuerui: 16-21, 13-21
- Vs Saina Nehwal (India): 0 -1, terakhir ketemu
Turnamen Syed Modi International Badminton Championship 2018 dimenangkan oleh
wakil tuan rumah, Saina: 21-12, 7-21, 6-21
Sebagai penutup diakhir postingan ini, sampai dengan
update ranking BWF per 1 Mei 2019, Ruselli Hartawan menduduki peringkat ke-40
sector woman single, dan menjadi tunggal putri ketiga secara ranking nasional, dibawah Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani.
Banyak Badminton Lovers meyakini dengan semangat main Ruselli yang bagus ini, bukan berarti
kelak dia bakal naik menjadi tunggal putri kedua bahkan pertama-nya Indonesia,
jika kedua rekan diatas tidak menunjukkan progres meningkat. Karena rasanya
Ruselli dianggap lebih siap menghadapi peta persaingan sektor tunggal putri
dunia masa sekarang. Tapi, siapapun pemainnya tentu BL Indonesia yang solid itu
tetap mendukung pemainnya dong ya. (Tolong dicatat, berlaku untuk BL sejati ya,
bukan BL karbitan *ups* :p)
Photo source: BWF Fansite
Akhirnya, sudah tuntas keingintahuanku mencari tahu
Ruselli lebih dalam. Karena, secara pribadi dari zaman doi junior dulu, memang
sudah jadi jagoan WS-ku. Sayang saja, kalau potensi yang Ruselli punya salah
poles. Keep it up, Indonesia National Team!
Haii, masih ingatkah dengan postinganku sebelumnya yang membahas para pria jago dilapangan bulutangkis ini?
Tian Chen-Ge
Zi Weii-Di
Hong Ling-Ge
Wang Ji-Lin in action
Well, yang belum baca postingan sebelumnya, silahkan klik link ini: Kepoin Figur Publik #3
Aku mau melanjutkan menuliskan hasil pencarian tentang pemain-pemain Taiwan. Kalau kemarin lebih banyak ngomonging pemain pria, sekarang move on, kita ngomongon pemain wanita yang nggak kalah jago :D
Aku akan mulai dari lanjutan sektor XD, karena masih ada dua pasangan lagi yang seharusnya mungkin turun selain Chi Lin/Jia Xin. Mereka adalah Tseng Min Hao/Hu Ling Fang, dan Lee Yang/Hsu Ya Ching. Kemudian lanjut the only one pair WD yang diturunin sepanjang perjalanan Taiwan di Sudirman Cup 2017, Hsu Ya Ching/Wu Ti Jung, dan terakhir WS (Tai Tzu Ying, Hsu Ya Ching, Lee Chia Hsin, dan Chiang Mei Hui).
Simak yukk,,,
Cheng Min Hao / Hu Ling Fang
Tseng Min Hao (www.tournamentsoftware.com)
Hung Ling Fang (www.google.com)
Ganda campuran yang satu ini..... aku bingung menuliskannya dari mana. Per 8 Juni 2017, Min Hao-Ge/Hu Ling Fang masih tertahan diperingkat dunia ke-45. Dari segi prestasi, level permainan mereka masih belum menembus level superseries, belum seperti pasangan sebelumnya. Oh iya, diantara keeluruhan pemain Taiwan yang berangkat ke Australia, Min Hao-Ge-lah yang paling senior (dari segi usia). Taeng Min Hao kelahiran Kaohsiung, 27 tahun lalu tepat pada saat pergantian tahun ditanggal 1 Januari 1980, sedangkan pasangannnya, Hu Ling Fang kelahiran 4 Juni 1998.
Tahun 2017 bukan merupakan tahun keberuntungan keduanya, namun cukup untuk pasangan ini, Min-Hao-Ge/Hu Ling Fang berhasil mencapai babak final Orleans Internasional 2017, meskipun harus mengakui pasangan dari Jerman, Mark Lamfuss/Isabel Herttrich: 21-18, 14-21, 10-21. Prestasi lainnya hanya mencapai babak perdelapan final hingga semifinal, seperti menjadi juara di Finnish Open 2017 setelah mengalahkan pasangan Eropa, Mikkel Mikkelsen/Mai Surrow: 24-22, 21-16. Mereka juga menjadi quartel-finalist di China Masters 2017 setelah dikalahkan pasangan tuan rumah, Wang Yilyu/Huang Dongping: 12-21, 15-21.
Now, we move on to another XD's pair.
Lee Yang 李样 / Hsu Ya Ching 许雅清
Lee Yang (www.tournamentsoftware.com)
Hsu Ya Ching (www.tournamentsoftware.com)
Partner ganda campuran Lee Yang ini merupakan pemain super. Yes! Para BL pasti nggak asing sama pemain puteri Taiwan yang main di-tiga sektor sekaligus: ganda puteri, tunggal puteri, dan ganda campuran. Per 8 Juni 2017, Lee Yang dan Hsu Ya Ching menduduki peringkat 35 dunia. Hampir sama seperti pemain-pemain Taiwan lainnya, meskipun jarang juara namun dengan konsistensi setidaknya mengamankan hingga babak 32 besar, pasangan ini sukses mendobrak 40 besar dunia. Nggak mudah pasti ya, secara Ya Ching-Jie main rangkap di-tiga nomer bahkan dalam satu turnamen doi pernah turun di-semua-nomer itu.
Prestasi tertinggi Lee Yang dan Ya Ching-Jie tahun 2017 ini ketika di Malaysia Masters mereka menjadi quarter-finalist setelah dikalahkan pasangan "saudara tiri" Hong Kong, Tam Chun Hei/Ng Tez Yeu: 19-21, 17-21. Sementara di Singapore Open 2017 dan Badminton Asian Championship 2017, mereka harus puas hanya sampai babak 16 besar, setelah pasangan Hong Kong lain, Lee Chun Hei Reginald/Chau Hoi Wah dan pasangan senior Denmark. Joachim Fiescher/Christinn Pedersen mengalahkannya dengan skor masing-masing: 16-21, 19-21 dan 15-21, 19-21.
Kelihatannya diantara pemain-pemain Taiwan yang sudah kutulis, Ya Ching-Jie satu-satunya yang berasal dari ibukota lama Negara Taiwan, Tainan. Ya Ching-Jie bakal genap berusia 26 tahun pada 30 Juli nanti.
Hsu Ya Ching's another section of play.
Hsu Ya Ching / Wu Ti Jung
Wu Ti Jung (www.tournametsoftware.com)
Padahal Taiwan punya beberapa pemain puteri yang bisa diturunin dinomer ganda puteri sewaktu di Sudirman Cup lalu, tapi sepertinya tim ofisial nggak mau mengambil resiko (secara mereka ketemu mulu sama Korea Selatan), jadilah ganda puteri peringkat ke-18 dunia (update: 8 Juni 2017) ini menjadi andalan mencuri satu poin dari tim lawan.
Pada laga pertama Sudirman Cup 2017, ketika Taiwan berhadapan dengan Rusia, Ya Ching-Jie dan Wu Ti Jung berhasil menyumbang satu poin setelah mengalahkan Ekatrina Bolotova/Alena Davletuva: 21-13, 24-22. Sementara di-dua pertandingan berikutnya melawan Korea Selatan, dua wanita ini dikalahkan oleh ganda terkuat Korea, Chang Ye Na/Lee So Hee dengan straight set 13-21, 18-21, sekaligus mematahkan harapan Taiwan melaju ke babak semifinal :(.
Sepanjang tahun 2017, prestasi Ya Ching/Ti Jung menjadi semifinalis di Malaysia Masters 2017 dikalahkan ditangan pasangan Thailand, Jongkolphon Kittharakul/Rawinda Prajanglai: 24-22, 19-21, 11-21. Teruuss, di Germain Open 2017 mendobrak masuk babak QF dan dikalahkan oleh pasangan tuan rumah, Isabell Hettrich/Caria Helle: 21-14, 19-21, 13-21.
Oh iya, Ya Ching-Jie dan Wu Ti Jung pertama kali dipasangkan ketika China Open 2016, saat itu mereka berhasil merangsek masuk hingga babak enam belas besar. Disana mereka pertama kali juga ketemu pasangan Korea Selatan, Chang Ye Na/Lee So Hee. Pasangan Ye Na/So Hee membantai habis pasangan baru Taiwan ini dengan dua game langsung, 15-21, 12-21.
Sama seperti Ya Ching-Jie, Wu Ti Jung juga sudah berulang-ulang dipasangakan dengan partner WD dan XD lainnya seperti di sektor WD, ia pernah bermain bersama Chen Szu Yu, dan juga Chen Hsieh Pei. Sementara disektor XD, Wu Ti Jung yang kelahiran 23 Februari 1993, pernah main bersama Lee Jhe-Huei dan Lin Chia Yu, hingga saat ini sih, dibandingkan dengan Jhe-Huei, Lin Chia Yu/Wu Ti Jung masih lebih sering terdengar dibeberapa turnamen, meskipun tidak se-cemerlang Lee Yang/Hsu Yan Ching.
ekspresi serius Ti Jung menunggu bola padannya
Masih ada ganda puteri "asli" lain yang dibawa ke Asutralia, Chang Chung Hui/Yang Ching Tun. Akan tetapi peringkat dunia mereka jauh dibawah Hsu ya Ching/Wu Ti Jung. Per 8 Juni 2017, Chang Chung Hui/Ya Ching Tun berada diperingkat dunia ke-76,
Dua gadis ini masih muda sekali (juga), Chang-Mei kelahiran 17 Mei 1996, sementara Yang-Mei kelahiran 17 November 1995. Dengan banyak pemain muda berbakat di-lebih-dari-satu sektor permainan, rasanya masa depan bulutangkis Taiwan cerah banget cenderung menyilaukan (baguslah, semoga Tpop-nya jadi ikut terangkat :D).
Tahun 2017, prestasi tertinggi keduanya saat di Finlandia Terbuka, mereka sampai dibabak semifinal dan dikalahkan puteri-puteri Nippon, Chisati Hoshi/Naru Shinoya: 11-21, 10-21. Dihari yang sama, Chang Chung Hui bahkan menerima kekalahan disektor ganda campuran bersama partner, Po Li-Wei, yang dikalahkan oleh teman mereka sendiri (scroll keatas), Tseng Min Hao/Hu Ling Fang. Kembali menjadi semifinalis WD di Polandia Terbuka 2017 setelah dikalahkan pemain-pemain muda sekali dari Indonesia, Yulfira Barkah/Meirisa Cindy Sahputri dengan straight game: 15-21, 15-21.
And... the last category of all, Woman Singles.
Taiwan sudah punya tiga cadangan WS sekaligus siap menyusul tekannya yang kini menjadi peringkat satu dunia. Siapa saja?
Masih familiar kan dengan wajah diatas? Ketika dia bermain di XD, dengan partnernya dia menduduki peringkat 35 ; di-WD ia menduduki peringkat ke-18 ; dan terakhir ketika dia bermain sendiri, Ya Ching-Jie berada diperingkat 24 tunggal puteri dunia (8 Juni 2017).
Ya Ching-Jie pertama kali bergabung dengan tim nasional Taiwan pada tahun 2009 namun memulai debut internasional-nya sejak Chinese Taipei Open 2006. Ya Ching-Jie sejauh ini belum memiliki gelar juara disetiap turnamen karena dia hanya bisa bertahan setidaknya sampai di R2 atau babak kedua alias enam belas besar. Satu kali jiejie berhasil masuk final pada turnamen Ducth Open 2016, namun akhirnya dikalahkan oleh Zhang Beiwen (Amerika Serikat): 11-21, 19-21.
Sewaktu di Hong Kong Open 2016, jiejie bisa menahan kemenangan Sung Ji Hyun (KOR) dengan tiga set: 20-22, 21-14, 21-19. Jiejie melaju ke R2. Sayangnya, di R2, jiejie harus mengakui keunggulan pemain unggulan dari India, Pusarla. V. Sindhu: 10-21, 14-21.
Tahun 2017, Ya Ching-Jie pun belum terlalu menonjol disektor WS. Kala Turnamen Singapore Open 2017, seperti halnya perjuangannya bersama Lee Yang di-XD, jiejie hanya mencapai babak R2 WS setelah ditumbangkan oleh pemain Jepang, Akane Yamaguchi: 19-21, 21-16, 21-23. Lagi-lagi Akane Yamaguchi berhasil mengungguli rekor H2H dengan jiejie setelah mengalahkannya di Badminton Asia Championship 2017 dengan skor 18-21, 20--22.
Hampir serupa seperti Tien Chen-Ge dan Tzu Wei-Didi, Ya Ching-Jie selalu bisa "mengerjai" lawannya terlebih dahulus sebelum benar-benar menyerah. Entah lewat duece maupun hingga set ketiga, atau bahkan set ketiga berakhir dengan duece. Kelihatannya semangat dan kepercayaan diri dilapangan bisa meningkat drastis karena sudah terbiasa turun di-banyak nomer. Yaa, Aku berharap Fitirani dan kawan-kawan bisa ketularan semangat main-nya para puteri Taiwan ini.
girl on fire~
Here's the strongest woman player from Taiwan....
Tai Tzu Ying (www.tournamentsoftware.com)
Heemm.. aku bingung mau menuliskan tentang Xiao Ying darimana, Bocoran dikit, kalau pemain-pemain sebelumnya aku mencari letak dimana mereka mendapatkan kemenangan setiap turnamen, kalau pemain puteri yang satu ini aku justru mencari dimana-sih Xiao Ying bisa dikalahkan.
Xiao Ying kelahiran Kaohsiung pada 20 Juni 1994 (ciee mau ulang tahun~ :D). Out of topic sebentar deh, mungkin saja pelatnas Taiwan berada di Kaohsiung City, karena rata-rata pemain sebelum ini berdomisili saat ini di Kaohsiung. Bukan satu-dua pemain, hampir seluruh yang sudah kutuliskan disini.
Back to Tzu Ying's.
BL pasti sudah hapal juga kan, kalau Duo Minions-nya Indonesia mendapat hattrick juara superseries awal tahun ini. Yang satu ini sama fantastis-nya. Xiao Ying sejak menjelang akhir tahun lalu hingga sekarang mencapai five-row-tittles: Hong Kong Open Super Series 2016, Dubai World Super Series Final 2016, All England Super Series Premier 2017, Malaysia Open Super Series 2017, dan Singapore Open Super Series 2017. Oh iyaa, tambah satu lagi, Juara WS Badminton Asia Championship 2017.
Sejauh ini Xiao Ying pernah kalah dari pemain Tiongkok, Sun Yu 8-21, 21-23 di China Open 2016 pada babak semifinal ; menjadi runner-up Denmark Open 2016 setelah kalah dari pemain Jepang, Akane Yamaguchi 21-19, 14-21, 12-21 ; bahkan gagal menyumbang emas untuk Chinese Taipei di Olimpiade Rio 2016 setelah menyerah dari pemain India, Pusarla. V. Sindhu: 13-21, 15-21.
Mengutip dari www.tournamentsoftware.com, Tzu Ying resmi bergabung dengan tim nasional Taiwan tahun 2005. Dan menurutnya, Singapore World Super Series 2016 ketika dirinya memasuki babak final saat itu merupakan pengalaman bertanding paling berkesan untuknya karena tepat pada hari itu Xiao Tai sedang berulang tahun dan seluruh penonton yang hadir mengucapkan kata selamat ketika dia memasuki arena pertandingan.
Tiga kali diturunkan diajang Sudirman Cup 2017 lalu, Xiao Ying pasti membantu perolehan poin untuk Tim Chinese Taipei. Pertarungan berat untuknya, sangat terlihat ketika dibabak penyisihan grup, Tzu Ying harus meladeni Sung Ji Hyun sebelum berhasil memenangkan game tersebut.
Another Taiwanese woman singles...
Chiang Mei Hui (www.tournamentsoftware.com)
dan....
Lee Chia Hsin (www.tournamentsoftware.com)
Meskipun Chiang Mei Hui juga bisa diturunkan diposisi WD dan XD seperti pemain lainnya, aku yakin pas diputusin diberangkatin ke Australia, Chiang-Jie dipasang agar WS punya dua wakil yang siap turun sewaktu-waktu bergantian dengan Tzu Ying. Karena dari segi peringkat Chiang-Jie di-WD bersama Ya Ching-Jie dan di-XD bersama Jhe Huei jauh dari peringkat 100 besar, berbeda keadaan melihat peringkat disektor tunggal puteri hanya berbeda satu peringkat dibawah Ya Ching-Jie, peringkat 25 (per 8 Juni 2017).
Prestasi tertinggi jiejie yang lahir pada 13 April 26 tahun lalu ini mencapai babak delapan besar Perancis Open 2016. Kala itu lagi-lagi pemain Korea Selatan, Sung Ji Hyun menghabisi pemain puteri Taiwan lainnya. Kemudian di Vietnam Grand Prix Gold 2016, Chiang-Jie juga mencapai babak delapan besar setelah berjuang tiga set melawan pemain dari "saudara tiri" Hong Kong, Yen Mei Ho.
Seperti halnya, Tzu Wei-Didi yang masih harus mengakui kematangan seniornya, Chiang-Jie pun harus mengakui level permainan profesional dari Tzu Ying di Singapore Open 2017. Saat itu keduanya memperebutkan tiket menuju perdelapan fnal. Chiang-Jie menyerah dua set langsing: 11-21, 8-21. Mendobrak peringkat 30 besar setelah beberapa kali menembus babak R2, termasuk di Swiss Open 2017 dan All England 2017.
Terakhir ada si gadis super Taiwan selain Ya Ching-Jie.
Chia Hsin-Mei yang masih muda sekali, dia baru berusia 20 tahun namun perolehan rangking BWF juga naik perlahan-lahan. Per 8 Juni 2017, Chia Hsin-Mei berada diperingkat 30 dunia. Sama seperti dua jiejie diatas, dari pengamatan seorang BL amateur, Chia Hsin-Mei lambat laun namun pasti bakal segera melonjak keperingkat dua puluh dunia, entah bersama Chi Lin di-XD maupun disektor WS. Kalau WD, hmm.. aku sedikit menyangsikannya sih karena keliatannya prestasinya hingga kini pun tak terlalu baik disana.
Serupa dengan WS Ya Ching-Jie, Chia Hsin belum pernah menjuarai berbagai turnamen. Prestasi terbaiknya sampai dibabak delapan besar, seperti saat Malaysia Masters 2017 dan Korea Masters 2016, namun doi masih termasuk pemain yang tidak menyerah begitu saja seperti Tzu Ying, Tien Chen-Ge, Tzu Wei-Didi, Ya Ching-Jie, Chia Hsin dikalahkan salah satu pemain rangkap Korea, Kim Ga Eun di Korea Masters 2016 lalu: 20-22, 18-21. Bahkan melawan Cheung Ngan Yi (Hong Kong) dengan tiga set: 15-21, 21-19-7-21.
Selanjutnya di Jerman, Swiss, Malaysia Open, hingga Singapore Open 2017, Chia Hsin menembus babak enam belas besar. Meskipun disetiap turnamen dia tidak hanya bermain tunggal, namun dengan pengalaman penguasaan lapangan dibeberapa sektor, tentu akan membuat kepercayaan dirinya naik, kan? Maka dia bisa bertahan dilapangan.
Lee Chia Hsin in the exercise time (photo source: Lee Chia Hsin's Facebook)
(photo source: Lee Chia Hisn's Facebook)
Baiklah, segala hutangku menuliskan apa yang ingin kutahui tentang pemain-pemain bulutangkis Taiwan sudah selesai sejak KFP #3 dan KFP #4 yang teman-teman baca ini. Bikin sedikit kesimpulan ah.. aku rasa, dengan adanya Tai Tzu Ying yang makin betah bertengger diperingkat wahid dunia sektor WS, Chou Tien Chen memasuki WORLD TOP FIVE MS (update: 8 Juni 2017), dan hasil QF yang diperoleh Tim Taiwan di Sudirman Cup 2017 lalu, akan sangat mungkin Taiwan tumbuh menjadi kekuatan baru dipeta bulutangkis dunia dari Kawasan Asia Timur, menyusul induknya, Tiongkok, Korea Selatan, dan juga Jepang. Kalau diperhatikan dari perolehan skor pemain-pemain Taiwan, ini ada kesamaan dengan pemain Jepang yang memiliki ketahanan bermain dilapangan; seperti pemain Korea Selatan yang ulet; serta teknik yang mumpuni seperti pemain Induk Tiongkok.
Akhirnya, aku cuma berharap sih... Indonesia bisa melihat contioh nyata seperti ini, sehingga Ihsan Maulana Mustofa, Gregoria Mariska Tunjung, dan teman-temannya bisa termotivasi besar dan semakin semangat membawa harum nama Indonesia Raya dimata Internasional. Sudah sejak dulu, kan, bulutangkis selalu membawa nama baik Indonesia. Semoga saja. :)
Terima kasih teman-teman yang sudah menyempatkan waktunya mengunjungi diary yang sangat sederhana ini. Bukan maksud apa-apa, aku hanya ingin membagi pikiranku kepada semua yang membaca.
Ganxie nimen! :)
*****
Note:
Why I give you bonus a song within Popu Lady's song? It is suit for representative girls power, just like Taiwanese female badminton players.
And the SpeXial's, for the boys who are on fire :D
Sewaktu aku mengikuti rangkaian kelas menulis tahun 2013 silam, ada pengisi materi yang bilang, tepatnya memberi pesan sih, katanya: tulislah apa yang ingin kamu ketahui ; dan jika ada yang belum menulis apa yang ingin kamu baca, maka kamu-lah yang memulai menulisnya. Itu semacam perpesanan yang sepertinya harus terus dipegang oleh setiap penulisnya, karena semakin kesini aku sering mendengar atau membaca tweet para penulis major yang mengatakan demikian. Nah, apa hubungannya dengan postingan kali ini? Karena aku sangat ini tahu tentang pemain-pemain bulutangkis dari Taiwan dengan sistem-permainan-rangkap-nya (well, yang terakhir ini karena teringat beberapa periode lalu Indonesia juga sempat menerapkan bermain rangkap begini).
Daann... datang lagi nih dengan "tamu" siap dibahas disini. Bintang-bintang tamu kali ini masih sama seperti bintang tamu pada KFP #1 dan #2--mereka masih satu arena, bahkan bintang-bintang tamu (iya, kali ini nggak hanya satu orang...) ini masih berhubungan erat dengan bintang tamu di KFP #2. Sekarang adalah teman-temannya Chou-Ge.
Sehubungan masih dalam suasana Piala Sudirman 2017 yang digelar di Gold Coast, Australia, sejak 21 - 28 Mei 2017. Chinese Taipei alias Taiwan merupakan salah satu dari dua tim jagoan diperhelatan Sudirman Cup tahun ini (udah tau dong, siapa satunya :D). Oh iyaa, meskipun Taiwan akhirnya harus menyerah dibabak perdelapan besar 1-3 dari Tim Korea Selatan, yang meraih gelar juara pada final Hari Minggu lalu, 28 Mei 2017 setelah memenangkan game 3-2 dari juara bertahan, Tiongkok. Para BL tau dong, siapa lagi sih yang rutin nyumbang poin buat Taiwan, bahkan satu-satunya poin yang didapat pas lawan Korea? Yuk, baca dibawah ini aja... :)
Sebelum gelaran Sudirman Cup 2017 dimulai aku sempat menebak kira-kira pemain siapa yang bakal dibawa ofisial Taiwan ke Australia. Aku menebak kalau dari sektor Woman Single, pasti tidak akan tidak memberangkatan andalan mereka, Tai Tzu Ying. Yap, darimana lagi Taiwan bisa mencuri poin kalau bukan dari tunggal nomer satu dunia ini. Kemudian aku menebak disektor MS. Sama seperti disektor WS, Chou Tien Chen tidak mungkin ditinggalin karena kupikir sampai saat ini, Chou-Ge masih jadi MS terkuat dan andalan Tim Taiwan. Yang terakhir aku menebak penghuni peringkat sepuluh dunia sektor ganda putera Lee Jhe-Huei/Lee Yang pasti akan menemani Chou-Ge dan Tzu Ying, plus ganda putera Taiwan yang menjuarai China Masters 2017, Chen Hung Ling/Wang Chi Lin. Dan, ngomong-ngomong Wang Chi Lin bisa diturunkan didua nomer, ganda campuran bersama Lee Chia Hsin.
Dan, inilah daftar pemain yang dibawa Ofisial Tim Sudirman Cup 2017 Taiwan ke Gold Coast, Australia:
Pertama aku mau bahas dari pemain-pemain putera dulu. Aku mau bahas pemain tunggal putera yang diberangkatan ke Gold Coast (meskipun tiga kali pertandingan lalu, hanya mengandalkan satu nama).
Chou Tien Chen / 周天成
(Photo source: tournamentsoftware.com)
Postingan Kepoin Figur Publik #2, aku sudah pernah menuliskan tentang Chou-Ge. Jadi aku nggak akan menuliskan ulang tentang doi ya. Kalian bisa klik link diatas buat baca langsung ditempatnya :)
Chou-Ge dipercaya main tiga kali selama Tim Taiwan masih dalam pertandingan Sudirman Cup 2017. Dua kali dipenyisihan grup 1B melawan Tim Rusia dan Korea Selatan. Hasil match Chou-Ge not bad-lah.. pas lawan Rusia, doi harus main tiga set melawan Sergey Sirent, dan syukurlah doi menang: 21-7, 18-21, 21-16. Sementara dijadwal penyisihan grup lainnya, Chou-Ge kalah dua set langsung dari tunggal andalan Korea, Son Wan Ho. Mereka sudah sering bertemu sih diturnamen lainnya, tapi entah kenapa sepertinya Wan Ho Oppa ini masih terlalu canggih untuk dikalahkan Chou-Ge ya.. termasuk ketika Taiwan dan Korea kembali ketemu dibabak perdelapan final (Quarter Final). Seharusnya Taiwan bisa dapat poin kedua dari Chou-Ge, kalau bukan karena angin keberuntungan lebih memihak ke oppa-nya Korea :(. Chou-Ge kalah tiga set dengan skor maksa dan penuh drama: 13-21, 21-18, 23-21 :( :(
Kalau boleh menebak lagi, perasaan Chou-Ge waktu main dan masuk dipoin kritis dibabak QF lalu, mungkin beban "harus-menang-harus-dapat-poin-dua" yang bikin Chou-Ge terbebani. Karena kupikir, Chou-Ge memback-up ganda puteri yang main setelahnya yang diatas kertas memang kalah dari gandanya Korea.
Tunggal putera selanjutnya,
Wang Tzu Wei / 王字唯
(Photo source: tournamentsoftware.com)
Tunggal putera nomer Taiwan yang per tanggal 25 Mei 2017 berdiri diperingkat dunia ke-21. Wang-Didi ini kelahiran Taipei 22 tahun lalu tepatnya tanggal 27 Februari. Wang-Didi mulai bergabung tim nasional Taiwan sejak tahun 2015 dan turnamen internasional pertama setelah resmi bergabung dengan timnas adalah Vietnam Challenge 2015 dan hasilnya belum terlalu mennggembirakan. Ia kalah dari pamian senior Korea, Lee Hyun Il: 11-21, 14-21.
Coba ditelisik history gelar juaranya, Wang-Didi masih sedikit gelar juara yang didapatnya. Kebanyakan hasil match maksimal sampai di final dan keluar sebagai runner-up, seperti saat German Open 2017, dia masuk final dan harus mengakui kematangan bermain seniornya sendiri. Wang-Didi menyerah 16-21, 14-21 dari Chou Tien Chen. Kemudian di Swiss Open 2017 harus menyerah dari sesama pemain muda asal Tiongkok, Shi Yuqi dibabak semifinal, 21-16, 17-21, 15-21. Dan kembali dikalahkan oleh pemain top dunia, Viktor Axelsen diperempat final India Open 2017 dengan tiga set: 21-19, 14-21, 16-21.
Sebenarnya, selain Wang-Didi ada satu nama lagi tunggal Taiwan yang sudah mencuat lebih dulu daripada dia. Hsu Jen Hao yang tidak diberangkatkan ke Gold Coast. Kalau menurutku sih karena Jen Hao prestasinya tdiak se-cemerlang Wang-Didi dibeberapa turnamen sebelum Sudirman Cup 2017. Memang benar Wang-Didi bisa menaiki anak tangga dengan cepat hingga berada diperingkat 21 meskipun sedikit sekali gelar juaranya, adalah karena konsistensi performanya yang setidaknya masih bisa bertahan hingga babak kedua, perdelapan final, semifinal, bahkan final meskipun hanya berakhir sebagai runner up.(lihat: http://www.tournamentsoftware.com/profile/matches.aspx?id=96F8277F-D90F-4841-BEC9-C6A025C8DA96).
Sepertinya, yang kubilang pada postingan KFP #2, sama seperti Chou-Ge dulu, Wang-Didi juga pernah diturunkan sebagai pemain rangkap dinomer ganda putera bersama Chang Ko-Chi, dan disektor ganda campuran bersama Hu Ling Fang namun dikedua sektor tersebut Wang-Didi bersama masing-masing pasangannya seperti sulit menembus 100 besar dunia.
Kemudian, mari kita beralih kesektor ganda putera....
Lee Jhe-Huei / Lee Yang 李样
Lee Jhe-Huei (www.tournamentsoftware.com)
Lee Yang (www.tournamentsoftware.com)
Pasangan ganda putera yang sukses mendobrak peringkat sepuluh dunia selama beberapa waktu sejak waktu lama hehehehe (maaf, sudah lupa kapan mulainya :D). Lee Jhe-Huei yang pada 20 Maret lalu genap berusia 23 tahun, dan Lee Yang pada 12 Agustus baru genap berusia 22 tahun merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki Taiwan untuk kedepannya. Sepertinya sih mereka maish cukup waktu digembleng sebelum dibawa ke Tokyo menjelang Olimpiade 2020 membela bendera Chinese Taipei.
Sebelumnya dipatenkan berdua, Duo Lee ini sempat dipasangkan dengan beberapa nama pemain Taiwan baik di ganda putera maupun ganda campuran. Bahkan Lee Yang hingga kini masih aktif bertanding ganda campuran dengan partenrnya, Hsu Ya Ching yang sukses menembus empat puluh besar dunia, Le Yang pernah dipasangkan dengan Kuo Ya Wen dan juga Yu Min Ju Tapi dasar belum menemui kecocokan seperti dengan Ya Ching-Jie dam Jhe Huei diganda putra, dengan dua pemain puteri itu Lee Yang hanya mampu menembus peringkat 106 dengan Kuo Ya Wen, sementara dengan Yu Min Ju bahkan tertahan diliuar peringkat 300.
Sementara Lee Jhe-Huei sempat dipasangakan dengan pemain-pemain puteri yang hingga kini mereka sendiri ternyata lebih matang disektor masing-masing, seperti Wu Ti Jung (WD), Chiang Mei Hui (WS), Hsieh Pei Chen, dan Wu Fang Chien. Namun kesemua itu tidak ada yang sukses menembus 100 besar dunia, seperti halnya Lee Yang dan Ya Ching-Jie.
Hasil tertinggi Jhe-Huei/Lee Yang belakangan adalah juara di Macau Open 2016 mengalahkan ganda junior-senior dari Tiongkok, Lu Kai/Zhang Nan: 17-21, 21-18, 21-19. Meskipun setelahnya mereka sering gagal difiinal bahkan semifinal, namin keduanya selalu dikalahkan oleh pasangan yang diunggulkan dan berada diatas peringkat Jhe-Huei/Lee Yang, seperti dua pasangan ganda teratas Indonesia, Marcus/Kevin yang memupuskan harapan Jhe-Huei/Lee Yang memembus final Singapore Open 2017; Ricky/Angga yang juga mematahkan asa keduanya melangkah kefinal India Open 2017.
Performa Jhe-Huei/Lee Yang terakhir juga tidak terlalu bagus ketika diturunkan dimatch Sudirman Cup. Saat laga perdana Taiwan melawan Rusia, Duo Lee kalah dari ganda Rusia, Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov, 21-19, 19-21, 17-21 namun untuk keseluruhan hasil Taiwan berhasil menyingkirkan Rusia dari Grup 1B Sudirman Cup 2017 dengan skor 4-1.
Well, this' another man double's pair of Taiwan,
Chen Hung Ling 陈洪翎 / Wang Chi Lin 王冀鳞
Chen Hung Ling (www.turnamentsofteware.com)
Wang Chi Lin (www.tournamentsoftware.com)
Pasangan ini unik. Yes, uniknya karena Hung Ling-Ge menggunakan kacamata setiap kali pertandingan. Dari artikel tempo.com yang sempat kubaca Hung Ling-Ge memang nyaman menggunakan kacamata selama ia bertanding daripada ia harus menggunakan softlens. Kenyamanan memang masih jadi nomer satu ya, untuk hal apapun? Maka dari itu Hung Ling-Ge mendapat julukan Harry Potter-nya Taiwan, karena model kacamata yang digunakan dan potongan rambutnya yang mirip Harry Potter-nya J.K. Rowling.
Hung Ling-Ge kelahiran Taipei, 10 Februari 1984. Paling senior di Tim Sudirman Cup 2017 Taiwan? Et, tidak.. simak dulu pemain lainnya :). Sebelum mantap dipasangkan dengan Junior Wang, Hung Ling-Ge lebih sering dipasangkan dalam ganda campuran, seperti dengan Hu Ling Fang yang akhirnya hanya diperingkat 355, dan dengan Cheng Wen Hsin.
Yang paling memorable buatku pribadi dari match Hung Ling-Ge/Chi Lin ditahun 2017 adalah ketika mereka berhasil menyabet gelar juara China Masters 2017 di Guangzhou setelah mengalahkan pemain muda Jepang, Takuto Inoue/Yuki Kaneko: 21-14, 21-16. Well, sepertinya ini sih memang pertandingan senior dan junior karena Takuto/Yuki benar-benar tidak bisa lepas dari desakan serangan pasangan ganda putera nomer dua Taiwan ini yang memang sudah lumayan sering merasakan pertandingan level superseries. Namun Hung Ling-Ge/Chi Lin justru dikalahkan pasangan Jepang lain di Malaysia Masters 2017 lalu oleh Kenta Mazuha/Kazushi Yamada, 19-21, 21-14, 21-17. Terakhir di Badminton Asia Championship orang Taiwan ini kalah oleh Li Junhui/Li Yuchen dibabak quarter final: 12-21, 11-21.
Dalam Sudirman Cup 2017. Hung Ling-Ge/Chi Lin hanya sekali diturunkan sekali ketika melawan Korea dipenyisihan grup terakhir. Keduanya berhasil mengamankan poin pertama untuk Taiwan setelah mengalahkan pasangan muda (sekali) Korea, Kim Dukyoung/Park Kyung Hoon: 21-19, 21-13. Selanjut poin Taiwan lain dihasilkan Chi Lin dan partnernya dinomer lain. Aku pribadi cukup menyayangkan sih sewaktu di QF, yang diturunkan malah Jhe-Huei/Lee Yang, padahal kalau aku yang melihat daya juang-nya lebih dimiliki Hung Ling-Ge/Chi Lin. Sudahlah nggak usah pakai pengandaian...
Wang Chi Lin pemain muda Taiwan berusia 22 tahun pada 18 Januari lalu memiliki spesialiasasi bermain dua nomer. MD dan XD. Peringkat dunia dikedua nomer itu pun cukup menjanjikan. Dengan Hung Ling-Ge dia sudah mencapai peringkat dunia ke-12 (dua nomer dibawah Jhe-Huei/Lee Yang), dan dinomer XD, bersama Chia Hsin, mereka menapaki peringkat 28 dunia. Sebelum mantap berpasangan dengan Chia Hsin, Chi Lin lebih banyak "dicoba" berpasasangan dengan putera dan puteri-puteri lain. Di MD, pernah dengan Lin Chia Yu yang hanya sampai peringkat 256, pernah dengan Tien Tzu Chieh saat di Kejuaraan Dunia Junior BWF 2011 dan 2013; sementara di-XD, dengan Chen Chi Ya dan Chiang Kai Hsing masing-masing hanya sampai diperingkat 175 dan 254.
(photo source: Yonex)
Okay, the last pair I share with you in the blogpost part 1. Here's one of Taiwan XD's pair.
Wang Chi Lin 王冀鳞 / Lee Chia Hsin 李佳馨
Lee Chia Hsin (www..tournamentsoftware.com)
Sektor Chi Lin-Didi yang lain--termasuk yang paling sukses (sukses gak ya mereka cinlok *eh? :p). Kenalin gadis sekaligus pemain Taiwan paling eksis di-instagram pribadinya, Lee Chia Hsin. Pemain muda yang baru berulang tahun ke-20 pada 11 Mei lalu (tapi facebook bilang-nya 14 Mei?), baru bermain rangkap di XD dengan dua partner berbeda: Yang Ming Tze dan Wang Chi Lin. Chia Hsin-Mei juga bermain di WS dan WD. Hanya saja, dia yang bermain di WD nggak terlalu kedengaran seperti di-WS dan XD.
Bersama Wang Chi Lin disektor XD sudah sampai diperingkat 28 dunia meskipun hampir seperti Tzu Wei-Didi yang jarang menghasilkan gelar diberbagai turnamen-turnamen, namun konsistensi bermain hingga langkah jauh membuat pasangan ini melesat cepat perolehan poinnya, sekaligus menjadikan pasangan XD nomer satu Taiwan.
Pertama kali Chia Hsin dipasangkan dengan Chi Lin pada Turnamen Hongkong Open 2016 yang mencapai babak kedua dan dikalahkan pasangan tuan rumah, Tang Chun Man/Tseng Ying Suet dengan tiga set, 21-15, 20-22, 12-21. Prestasi terbaik mereka sejauh ini, menjadi quarter-finalist China Masters 2017 di Guangzhou. Saat itu mereka harus menyerah dua set langsung dari pasangan wakil tuan rumah Zhang Nan/Li Yunhui: 16-21, 18-21. Hanya mencapai QF Singapore Open 2017 setelah dikalahkan pasangan Korea. Kim Gi Jung/Shin Seung Chan: 13-21, 11-21.
Saat momen Sudirman Cup 2017 melawan Tim Rusia, Chi Lin/Chia Hsian menjadi pelengkap kemenangan Taiwan menjadi 4-1 atas Rusia. Keduanya menundukkan pasangan Vladimir Ivanoc/Ekatrina Bolotova: 21-19, 21-11. Kemudian menjadi penentu kemenangan ketika posisi Taiwan 2 - 2 Korea dipenyisihan grup dan berhasil unggul atas Choi Solgyu/Chae Yoo Jung: 11-21, 21-18, 21-16. Sekaligus memastikan Taiwan sebagai juara grup 1B. By the way, Kabidpinpres PBSI, Jeung Susy Susanti pun cukup terkejut Korea dikalahkan Taiwan dipenyisihan grup :D (source: Laman PBSI).
Coming up next....... - Cerita lain Chia Hsin-Mei dari sektor tunggal puteri ; - Cerita ganda campuran Taiwan, Tseng Min Hao / Hu Ling Fang ; - Gadis Taiwan yang bermain rangkap tiga-- WS, WD, XD: Hsu Ya Ching. ; - Tunggal puteri yang belum terkalahkan dari Taiwan: Tai Tzu Ying
*** Alika is saying thank to: - www.tournamentsoftware.com - www.bawfbadminton.org - www.facebook.com - www.google.com - www.weibo.com - www.instagram.com