Read into your languange

Thursday, June 01, 2017

Kepoin Figur Publik #3: Pebulutangkis Nasional Taiwan (Part 1)

Hello! :)

Sewaktu aku mengikuti rangkaian kelas menulis tahun 2013 silam, ada pengisi materi yang bilang, tepatnya memberi pesan sih, katanya: tulislah apa yang ingin kamu ketahui ; dan jika ada yang belum menulis apa yang ingin kamu baca, maka kamu-lah yang memulai menulisnya. Itu semacam perpesanan yang sepertinya harus terus dipegang oleh setiap penulisnya, karena semakin kesini aku sering mendengar atau membaca tweet para penulis major yang mengatakan demikian. Nah, apa hubungannya dengan postingan kali ini? Karena aku sangat ini tahu tentang pemain-pemain bulutangkis dari Taiwan dengan sistem-permainan-rangkap-nya (well, yang terakhir ini karena teringat beberapa periode lalu Indonesia juga sempat menerapkan bermain rangkap begini).

Daann... datang lagi nih dengan "tamu" siap dibahas disini. Bintang-bintang tamu kali ini masih sama seperti bintang tamu pada KFP #1 dan #2--mereka masih satu arena, bahkan bintang-bintang tamu (iya, kali ini nggak hanya satu orang...) ini masih berhubungan erat dengan bintang tamu di KFP #2. Sekarang adalah teman-temannya Chou-Ge.

Sehubungan masih dalam suasana Piala Sudirman 2017 yang digelar di Gold Coast, Australia, sejak 21 - 28 Mei 2017. Chinese Taipei alias Taiwan merupakan salah satu dari dua tim jagoan diperhelatan Sudirman Cup tahun ini (udah tau dong, siapa satunya :D). Oh iyaa, meskipun Taiwan akhirnya harus menyerah dibabak perdelapan besar 1-3 dari Tim Korea Selatan, yang meraih gelar juara pada final Hari Minggu lalu, 28 Mei 2017 setelah memenangkan game 3-2 dari juara bertahan, Tiongkok. Para BL tau dong, siapa lagi sih yang rutin nyumbang poin buat Taiwan, bahkan satu-satunya poin yang didapat pas lawan Korea? Yuk, baca dibawah ini aja... :)

Sebelum gelaran Sudirman Cup 2017 dimulai aku sempat menebak kira-kira pemain siapa yang bakal dibawa ofisial Taiwan ke Australia. Aku menebak kalau dari sektor Woman Single, pasti tidak akan tidak memberangkatan andalan mereka, Tai Tzu Ying. Yap, darimana lagi Taiwan bisa mencuri poin kalau bukan dari tunggal nomer satu dunia ini. Kemudian aku menebak disektor MS. Sama seperti disektor WS, Chou Tien Chen tidak mungkin ditinggalin karena kupikir sampai saat ini, Chou-Ge masih jadi MS terkuat dan andalan Tim Taiwan. Yang terakhir aku menebak penghuni peringkat sepuluh dunia sektor ganda putera Lee Jhe-Huei/Lee Yang pasti akan menemani Chou-Ge dan Tzu Ying, plus ganda putera Taiwan yang menjuarai China Masters 2017, Chen Hung Ling/Wang Chi Lin. Dan, ngomong-ngomong Wang Chi Lin bisa diturunkan didua nomer, ganda campuran bersama Lee Chia Hsin.

Dan, inilah daftar pemain yang dibawa Ofisial Tim Sudirman Cup 2017 Taiwan ke Gold Coast, Australia:

Players

Men
PlayerPlayed
CHEN, Hung Ling1
CHOU, Tien Chen3
LEE, Jhe-Huei2
LEE, Yang2
TSENG, Min Hao0
WANG, Chi-Lin3
WANG, Tzu Wei0
Women
PlayerPlayed
CHANG, Ching Hui0
CHIANG, Mei Hui0
HSU, Ya Ching3
HU, Ling Fang0
LEE, Chia Hsin3
TAI, Tzu Ying3
WU, Ti Jung3
YANG, Ching Tun0
(Source: www.tournamentsoftware.com)

Pertama aku mau bahas dari pemain-pemain putera dulu. Aku mau bahas pemain tunggal putera yang diberangkatan ke Gold Coast (meskipun tiga kali pertandingan lalu, hanya mengandalkan satu nama).


Chou Tien Chen / 周天成
(Photo source: tournamentsoftware.com) 

Postingan Kepoin Figur Publik #2, aku sudah pernah menuliskan tentang Chou-Ge. Jadi aku nggak akan menuliskan ulang tentang doi ya. Kalian bisa klik link diatas buat baca langsung ditempatnya :)

Chou-Ge dipercaya main tiga kali selama Tim Taiwan masih dalam pertandingan Sudirman Cup 2017. Dua kali dipenyisihan grup 1B melawan Tim Rusia dan Korea Selatan. Hasil match Chou-Ge not bad-lah.. pas lawan Rusia, doi harus main tiga set melawan Sergey Sirent, dan syukurlah doi menang: 21-7, 18-21, 21-16. Sementara dijadwal penyisihan grup lainnya, Chou-Ge kalah dua set langsung dari tunggal andalan Korea, Son Wan Ho. Mereka sudah sering bertemu sih diturnamen lainnya, tapi entah kenapa sepertinya Wan Ho Oppa ini masih terlalu canggih untuk dikalahkan Chou-Ge ya.. termasuk ketika Taiwan dan Korea kembali ketemu dibabak perdelapan final (Quarter Final). Seharusnya Taiwan bisa dapat poin kedua dari Chou-Ge, kalau bukan karena angin keberuntungan lebih memihak ke oppa-nya Korea :(. Chou-Ge kalah tiga set dengan skor maksa dan penuh drama: 13-21, 21-18, 23-21 :( :(

Kalau boleh menebak lagi, perasaan Chou-Ge waktu main dan masuk dipoin kritis dibabak QF lalu, mungkin beban "harus-menang-harus-dapat-poin-dua" yang bikin Chou-Ge terbebani. Karena kupikir, Chou-Ge memback-up ganda puteri yang main setelahnya yang diatas kertas memang kalah dari gandanya Korea.




Tunggal putera selanjutnya,

Wang Tzu Wei / 王字唯
(Photo source: tournamentsoftware.com)

Tunggal putera nomer Taiwan yang per tanggal 25 Mei 2017 berdiri diperingkat dunia ke-21. Wang-Didi ini kelahiran Taipei 22 tahun lalu tepatnya tanggal 27 Februari. Wang-Didi mulai bergabung tim nasional Taiwan sejak tahun 2015 dan turnamen internasional pertama setelah resmi bergabung dengan timnas adalah Vietnam Challenge 2015 dan hasilnya belum terlalu mennggembirakan. Ia kalah dari pamian senior Korea, Lee Hyun Il: 11-21, 14-21.

Coba ditelisik history gelar juaranya, Wang-Didi masih sedikit gelar juara yang didapatnya. Kebanyakan hasil match maksimal sampai di final dan keluar sebagai runner-up, seperti saat German Open 2017, dia masuk final dan harus mengakui kematangan bermain seniornya sendiri. Wang-Didi menyerah 16-21, 14-21 dari Chou Tien Chen. Kemudian di Swiss Open 2017 harus menyerah dari sesama pemain muda asal Tiongkok, Shi Yuqi dibabak semifinal, 21-16, 17-21, 15-21. Dan kembali dikalahkan oleh pemain top dunia, Viktor Axelsen diperempat final India Open 2017 dengan tiga set: 21-19, 14-21, 16-21.

Sebenarnya, selain Wang-Didi ada satu nama lagi tunggal Taiwan yang sudah mencuat lebih dulu daripada dia. Hsu Jen Hao yang tidak diberangkatkan ke Gold Coast. Kalau menurutku sih karena Jen Hao prestasinya tdiak se-cemerlang Wang-Didi dibeberapa turnamen sebelum Sudirman Cup 2017. Memang benar Wang-Didi bisa menaiki anak tangga dengan cepat hingga berada diperingkat 21 meskipun sedikit sekali gelar juaranya, adalah karena konsistensi performanya yang setidaknya masih bisa bertahan hingga babak kedua, perdelapan final, semifinal, bahkan final meskipun hanya berakhir sebagai runner up.(lihat: http://www.tournamentsoftware.com/profile/matches.aspx?id=96F8277F-D90F-4841-BEC9-C6A025C8DA96).

Sepertinya, yang kubilang pada postingan KFP #2, sama seperti Chou-Ge dulu, Wang-Didi juga pernah diturunkan sebagai pemain rangkap dinomer ganda putera bersama Chang Ko-Chi, dan disektor ganda campuran bersama Hu Ling Fang namun dikedua sektor tersebut Wang-Didi bersama masing-masing pasangannya seperti sulit menembus 100 besar dunia.


Kemudian, mari kita beralih kesektor ganda putera....

Lee Jhe-Huei / Lee Yang 李样

Lee Jhe-Huei (www.tournamentsoftware.com)

Lee Yang (www.tournamentsoftware.com)
Pasangan ganda putera yang sukses mendobrak peringkat sepuluh dunia selama beberapa waktu sejak waktu lama hehehehe (maaf, sudah lupa kapan mulainya :D). Lee Jhe-Huei yang pada 20 Maret lalu genap berusia 23 tahun, dan Lee Yang pada 12 Agustus baru genap berusia 22 tahun merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki Taiwan untuk kedepannya. Sepertinya sih mereka maish cukup waktu digembleng sebelum dibawa ke Tokyo menjelang Olimpiade 2020 membela bendera Chinese Taipei.

Sebelumnya dipatenkan berdua, Duo Lee ini sempat dipasangkan dengan beberapa nama pemain Taiwan baik di ganda putera maupun ganda campuran. Bahkan Lee Yang hingga kini masih aktif bertanding ganda campuran dengan partenrnya, Hsu Ya Ching yang sukses menembus empat puluh besar dunia, Le Yang pernah dipasangkan dengan Kuo Ya Wen dan juga Yu Min Ju Tapi dasar belum menemui kecocokan seperti dengan Ya Ching-Jie dam Jhe Huei diganda putra, dengan dua pemain puteri itu Lee Yang hanya mampu menembus peringkat 106 dengan Kuo Ya Wen, sementara dengan Yu Min Ju bahkan tertahan diliuar peringkat 300.

Sementara Lee Jhe-Huei sempat dipasangakan dengan pemain-pemain puteri yang hingga kini mereka sendiri ternyata lebih matang disektor masing-masing, seperti Wu Ti Jung (WD), Chiang Mei Hui (WS), Hsieh Pei Chen, dan Wu Fang Chien. Namun kesemua itu tidak ada yang sukses menembus 100 besar dunia, seperti halnya Lee Yang dan Ya Ching-Jie.

Hasil tertinggi Jhe-Huei/Lee Yang belakangan adalah juara di Macau Open 2016 mengalahkan ganda junior-senior dari Tiongkok, Lu Kai/Zhang Nan: 17-21, 21-18, 21-19. Meskipun setelahnya mereka sering gagal difiinal bahkan semifinal, namin keduanya selalu dikalahkan oleh pasangan yang diunggulkan dan berada diatas peringkat Jhe-Huei/Lee Yang, seperti dua pasangan ganda teratas Indonesia, Marcus/Kevin yang memupuskan harapan Jhe-Huei/Lee Yang memembus final Singapore Open 2017; Ricky/Angga yang juga mematahkan asa keduanya melangkah kefinal India Open 2017.

Performa Jhe-Huei/Lee Yang terakhir juga tidak terlalu bagus ketika diturunkan dimatch Sudirman Cup. Saat laga perdana Taiwan melawan Rusia, Duo Lee kalah dari ganda Rusia, Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov, 21-19, 19-21, 17-21 namun untuk keseluruhan hasil Taiwan berhasil menyingkirkan Rusia dari Grup 1B Sudirman Cup 2017 dengan skor 4-1.




Well, this' another man double's pair of Taiwan, 

Chen Hung Ling 陈洪翎 / Wang Chi Lin 王冀鳞

Chen Hung Ling (www.turnamentsofteware.com)

Wang Chi Lin (www.tournamentsoftware.com)


Pasangan ini unik. Yes, uniknya karena Hung Ling-Ge menggunakan kacamata setiap kali pertandingan. Dari artikel tempo.com yang sempat kubaca Hung Ling-Ge memang nyaman menggunakan kacamata selama ia bertanding daripada ia harus menggunakan softlens. Kenyamanan memang masih jadi nomer satu ya, untuk hal apapun? Maka dari itu Hung Ling-Ge mendapat julukan Harry Potter-nya Taiwan, karena model kacamata yang digunakan dan potongan rambutnya yang mirip Harry Potter-nya J.K. Rowling.

Hung Ling-Ge kelahiran Taipei, 10 Februari 1984. Paling senior di Tim Sudirman Cup 2017 Taiwan? Et, tidak.. simak dulu pemain lainnya :). Sebelum mantap dipasangkan dengan Junior Wang, Hung Ling-Ge lebih sering dipasangkan dalam ganda campuran, seperti dengan Hu Ling Fang yang akhirnya hanya diperingkat 355, dan dengan Cheng Wen Hsin.

Yang paling memorable buatku pribadi dari match Hung Ling-Ge/Chi Lin ditahun 2017 adalah ketika mereka berhasil menyabet gelar juara China Masters 2017 di Guangzhou setelah mengalahkan pemain muda Jepang, Takuto Inoue/Yuki Kaneko: 21-14, 21-16. Well, sepertinya ini sih memang pertandingan senior dan junior karena Takuto/Yuki benar-benar tidak bisa lepas dari desakan serangan pasangan ganda putera nomer dua Taiwan ini yang memang sudah lumayan sering merasakan pertandingan level superseries. Namun Hung Ling-Ge/Chi Lin justru dikalahkan pasangan Jepang lain di Malaysia Masters 2017 lalu oleh Kenta Mazuha/Kazushi Yamada, 19-21, 21-14, 21-17. Terakhir di Badminton Asia Championship orang Taiwan ini kalah oleh Li Junhui/Li Yuchen dibabak quarter final: 12-21, 11-21.

Dalam Sudirman Cup 2017. Hung Ling-Ge/Chi Lin hanya sekali diturunkan sekali ketika melawan Korea dipenyisihan grup terakhir. Keduanya berhasil mengamankan poin pertama untuk Taiwan setelah mengalahkan pasangan muda (sekali) Korea, Kim Dukyoung/Park Kyung Hoon: 21-19, 21-13. Selanjut poin Taiwan lain dihasilkan Chi Lin dan partnernya dinomer lain. Aku pribadi cukup menyayangkan sih sewaktu di QF, yang diturunkan malah Jhe-Huei/Lee Yang, padahal kalau aku yang melihat daya juang-nya lebih dimiliki Hung Ling-Ge/Chi Lin. Sudahlah nggak usah pakai pengandaian...

Wang Chi Lin pemain muda Taiwan berusia 22 tahun pada 18 Januari lalu memiliki spesialiasasi bermain dua nomer. MD dan XD. Peringkat dunia dikedua nomer itu pun cukup menjanjikan. Dengan Hung Ling-Ge dia sudah mencapai peringkat dunia ke-12 (dua nomer dibawah Jhe-Huei/Lee Yang), dan dinomer XD, bersama Chia Hsin, mereka menapaki peringkat 28 dunia. Sebelum mantap berpasangan dengan Chia Hsin, Chi Lin lebih banyak "dicoba" berpasasangan dengan putera dan puteri-puteri lain. Di MD, pernah dengan Lin Chia Yu yang hanya sampai peringkat 256, pernah dengan Tien Tzu Chieh saat di Kejuaraan Dunia Junior BWF 2011 dan 2013; sementara di-XD, dengan Chen Chi Ya dan Chiang Kai Hsing masing-masing hanya sampai diperingkat 175 dan 254.

(photo source: Yonex)

Okay, the last pair I share with you in the blogpost part 1. Here's one of Taiwan XD's pair.

Wang Chi Lin 王冀鳞 / Lee Chia Hsin 李佳馨


Lee Chia Hsin (www..tournamentsoftware.com) 

Sektor Chi Lin-Didi yang lain--termasuk yang paling sukses (sukses gak ya mereka cinlok *eh? :p). Kenalin gadis sekaligus pemain Taiwan paling eksis di-instagram pribadinya, Lee Chia Hsin. Pemain muda yang baru berulang tahun ke-20 pada 11 Mei lalu (tapi facebook bilang-nya 14 Mei?), baru bermain rangkap di XD dengan dua partner berbeda: Yang Ming Tze dan Wang Chi Lin. Chia Hsin-Mei juga bermain di WS dan WD. Hanya saja, dia yang bermain di WD nggak terlalu kedengaran seperti di-WS dan XD.

Bersama Wang Chi Lin disektor XD sudah sampai diperingkat 28 dunia meskipun hampir seperti Tzu Wei-Didi yang jarang menghasilkan gelar diberbagai turnamen-turnamen, namun konsistensi bermain hingga langkah jauh membuat pasangan ini melesat cepat perolehan poinnya, sekaligus menjadikan pasangan XD nomer satu Taiwan.

Pertama kali Chia Hsin dipasangkan dengan Chi Lin pada Turnamen Hongkong Open 2016 yang mencapai babak kedua dan dikalahkan pasangan tuan rumah, Tang Chun Man/Tseng Ying Suet dengan tiga set, 21-15, 20-22, 12-21. Prestasi terbaik mereka sejauh ini, menjadi quarter-finalist China Masters 2017 di Guangzhou. Saat itu mereka harus menyerah dua set langsung dari pasangan wakil tuan rumah Zhang Nan/Li Yunhui: 16-21, 18-21. Hanya mencapai QF Singapore Open 2017 setelah dikalahkan pasangan Korea. Kim Gi Jung/Shin Seung Chan: 13-21, 11-21.

Saat momen Sudirman Cup 2017 melawan Tim Rusia, Chi Lin/Chia Hsian menjadi pelengkap kemenangan Taiwan menjadi 4-1 atas Rusia. Keduanya menundukkan pasangan Vladimir Ivanoc/Ekatrina Bolotova: 21-19, 21-11. Kemudian menjadi penentu kemenangan ketika posisi Taiwan 2 - 2 Korea dipenyisihan grup dan berhasil unggul atas Choi Solgyu/Chae Yoo Jung: 11-21, 21-18, 21-16. Sekaligus memastikan Taiwan sebagai juara grup 1B. By the way, Kabidpinpres PBSI, Jeung Susy Susanti pun cukup terkejut Korea dikalahkan Taiwan dipenyisihan grup :D (source: Laman PBSI).



Coming up next.......

- Cerita lain Chia Hsin-Mei dari sektor tunggal puteri ; 
- Cerita ganda campuran Taiwan, Tseng Min Hao / Hu Ling Fang ; 
- Gadis Taiwan yang bermain rangkap tiga-- WS, WD, XD: Hsu Ya Ching. ;
- Tunggal puteri yang belum terkalahkan dari Taiwan: Tai Tzu Ying









***
Alika is saying thank to: 
- www.tournamentsoftware.com
- www.bawfbadminton.org
- www.facebook.com
- www.google.com
- www.weibo.com
- www.instagram.com 

Wednesday, May 24, 2017

Book Review: Badminton Freak (Stephanie Zen)

Haloo!

Sembari aku ngumpulin materi buat ngisi Kepoin Figur Publik #3, aku mau sharing dulu yang satu ini. Sepertinya ini tema baru disini. Jadi aku kan sempat jadi penggiat sebuah klub baca buku di Jogja, gak afdol rasanya sebagai bookworm tapi gak ada postingan tentang review buku (setidaknya ada satu atau dua gitulah ya :D).

Buku yang mau kureview ini merupakan sebuah novel fiksi--aku tertarik karena apa yang ditulis didalamnya. Sebenarnya aku tahu buku ini ada sejak lama (sekitar tahun 2015), pengen beli waktu itu tapi isi dompet lagi banyak bawang merahnya :(, giliran pas mau dibeli, eh stoknya buku udah gak ada ditoko buku kebanyakan. Huhuhu. Alhamdulillah berkat kegigihan tanpa patah arang mencari buku ini, akhirnya aku mendapatkannya. Yeay! Gak pengen menyesal lagi, langsung bungkus aja deh buku itu.





Genre: Teenlit
Judul Buku: Badminton Freak
Penulis: Stephanie Zen
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: (1) 2010 ; (2) 2016

Cobalah tanya pada Fraya Aloysa Iskandar siapakah cinta pertama dalam hidupnya? Jawabannya gak akan menempatkan Albert, pacarnya sendiri diurutan pertama. Karena Fraya sudah terlanjur jatuh cinta dengan BULUTANGKIS sejak ia kecil karena para tantenya yang menularkan virus itu padanya. Saking cintanya Fraya terhadap bulutangkis, Fraya pernah bercita-cita menjadi pemain bulutangkis profesional yang main diklub kemudian dilirik oleh pelatnas. Siapa sih gak mau yang terakhir itu? Hehehe. Semua itu gagal diwujudkan karena ada kesalahan komunikasi dengan sang mama yang sebelumnya Fraya gak pernah berani secara langsung menanyakan kepada mamanya alasan ia tidak boleh main bulutangkis secara profesional.

Demi menuntaskan hutang mimpinya menjadi atlet bulutangkis nasional yang memiliki kesempatan mengibarkan merah putih dan mendendangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya diluar negeri, Fraya akhirnya hanya bisa bergabung dengan ekskul bulutangkis disekolahnya. Sayangnya, pacarnya gak pernah suka Fraya main bulutangkis. Albert lebih suka melihat Fraya dilapangan memegang pompom dipinggir lapangan dan menyemangati ketika Albert tengah bertanding basket. Iya. Cowo basket dan cewe cheerleader tentu akan jadi pasangan yang cocok kan? Begitupun pikiran Albert, namun Fraya merasa menjadi anggota cheerleader bukanlah menjadi dirinya sendiri. Fraya dan Albert gak pernah cocok karena hal ini.

Puncaknya ketika ada gelaran Thomas dan Uber Cup 2008 dan Indonesia terpilih sebagai tuan rumah. BL mana sih, gak niat bener nonton langsung di Istora setiap ada turnamen internasional bergengsi, seperti TUC ini contohnya... Fraya pun. Ia sampai rela-relain bohongin Albert, bilang sakit kek, demi bolos menonton Albert tanding basket dan mlipir ke Istora (orang mah kalau udah cinta, segala cara oke aja ya..). Albert pun akhirnya tahu karena kesalahan Fraya sendiri. Sepandai-pandai menyembunyikan bangkai, akhirnya tercium juga. Yah, itu peribahasa paling tepat buat Fraya. Albert menghukum Fraya tidak boleh lagi nonton langsung di Istora selama gelaran TUC, padahal sudah memasuki babak perempat final Thomas Cup, semifinal Uber Cup, hingga puncaknya final Uber dan Thomas Cup. Coba bayangin gimana Fraya gak sedih? Albert sudah seperti satpam selama beberapa hari dirumah Fraya agar ia tidak melarikan diri diam-diam pergi ke Istora.

Lama-lama Fraya nggak tahan dengan sikap Albert yang dikira sama sekali ngga mendukung kecintaannya. Fraya dan Albert putus. Bukan hanya menjadi masalah bagi Fraya seorang bahkan adiknya yang terlanjur dekat dengan Albert, Lio selalu menanyakan Albert ketika lama gak main kerumah mereka. Anak kecil seperti Lio memang harus dikasih pengertian yang paling sederhana untuk dijelaskan apa itu "putus cinta" hingga akhirnya mungkin Lio mengerti setelah datang pengganti Albert kerumah dan membawakan virus bulutangkis padanya, bahkan Lio langsung ingin terjun dalam dunia bulutangkis. Siapakah orang itu?

Orang itu adalah Edgar Satria, seorang pemain ganda putera andalan Indonesia (sewaktu membacanya, aku langsung membayangkan Edgar Satria seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo :D). Perkenalan kedua Edgar dan Fraya lucu banget deh.. waktu itu Fraya salah mengira yang mengirimi SMS padanya adalah orang usil, ternyata itu Edgar. Malu bangetlah Fraya pada saat itu. Itu merupakan saat awal Edgar menunjukkan ketertarikannya pada Fraya yang memiliki pengetahuan bulutangkis diatas rata-rata, sangat berbeda dari gadis-gadis yang pernah ditemui Edgar.

Fraya Aloysa Iskandar, mungkin kamu sudah tidak bisa lagi mewujudkan cita-citamu untuk menjadi atlet bulutangkis , tapi punya pacar atlet bulutangkis bukan ide yang buruk, kan? - Edgar Satria (p: 233) 

Quote diatas membuatku berkhayal ketika Jonatan Christie yang bilang padaku--didepan wajahku. Aw! Heehehe

Biar kutebak, mungkin si penulisnya alias Mba Stephanie Zen seorang Badminton Lover atau salah satu penonton setia setiap pertandingan tim bulutangkis Indonesia. Gaya berceritanya enak dibaca. I'm really really enjoy every words in every pages. Seperti ikut merasakan yang dirasakan Fraya (tapi yang ini aku memang seperti berkaca pada seorang Fraya). Meskipun ketika membaca, aku berasa jadi dedengkot fans bulutangkis karena hampir semua atlet nasional maupun luar negeri yang disebut didalam buku ini aku tahu era mereka. Okelah, karena mereka semua adalah pemain top dunia pada waktu itu.

Pokoknya kalau ngaku BL, baca deh "Badminton Freak" ini, aku berani jamin 1000% bahkan lebih, akan semakin freak sama bulutangkis. Karena penulisnya pinter menggiring imajinasi pembaca kearah kegilaan itu. Pas membaca ini, aku benar-benar bisa jungkir balik dikasur atau sofa sakling menikmatinya. Lebay? Tapi memang begitu :D




By the way, postingan book review ini kutulis bersamaan dengan momen Sudirman Cup 2017 dan sebuah sejarah tercipta pada 24 Mei 2017. Untuk pertama kali sepanjang sejarah perhelatan Sudirman Cup sejak 1989, Tim Indonesia harus menyudahi perlawanan mereka dengan tidak sampai babak perdelapan final grup 1 :(

Tetap semangat para pemain bulutangkis Indonesia. Terima kasih atas perjuangan luar biasa-nya, tim! Anggaplah hanya soal waktu saja yang belum mengizinkan kalian menjemput si piala kembali kerumahnya. Dukungan penuh seluruh pecinta bulutangkis selalu untuk para pahlwan olahraga ini :)

Akhirnya aku tutup postingan ini dengan perasaan masih campur aduk (belum move on). Terima kasih pada kalian yang sudah menyempatkan mampir keblog sederhana ini.

Ganxie nimen! :)



Tuesday, April 25, 2017

Kepoin Figur Publik #2: Chou Tien Chen

Haloo ^^

Sekarang ini aku lagi banyak banget yang mau kuketahui tentang beberapa orang gitu-lah.. setelah aku kemarin posting cowo-cowo jago kebanggaan Indonesia, yang satu ini masih dari ranah seperti Duo Minions-nya Indonesia, masih dari lapangan bulutangkis-- aku mau sedikit bahas dulu seorang pemain dari Taiwan. Oh iya, karena Taiwan bukanlah negara yang berdaulat dan diakui PBB maka setiap Taiwan mengikuti ajang unjuk diri berskala Internasional (termasuk Olimpiade, Asian Games, Paralympic, Miss Universe, dll..) Taiwan diizinkan ikut dengan membawa nama Chinese Taipei-- sebagai efek samping Taiwan masih dibawah Tiongkok. Sama seperti Hongkong, disetiap turnamen BWF Hongkong membawa Hongkong Chinese, karena sama-sama masih dibawah Cina.

Okay, we back to Chinese Taipei's badminton national player. Dia bermain disektor tunggal putera dan menjadi satu-satu pemain tunggal putera Taiwan yang masih anteng menancapkan kuku dijajaran sepuluh besar dunia, tepatnya per 20 April 2017, dia yang berusia 27 tahun masih berada peringkat 7 dunia. Badmonton Superliga Indonesia diawal tahun 2013 dan 2017 kemarin, dia pernah membawa kemenangan untuk Klub Musica Champions (yang katanya klub anggota boyband :p) dan membuat pemain Korea Selatan, Son Wan Ho cedera dipartai final Badminton Superliga 2017 lalu.

周天成 a.k.a Chou Tien Chen masih menjadi pemain putra andalan Taiwan sampai saat ini. Biarpun terkadang performa dilapangan naik-turun, tapi akhir-akhir keseringan naiknya kok (kayanya sih gara-gara SpeXial punya lagu Boyz On Fire *yakalii ah, apa hubungannya -_-). Bener sih, Chou Gege pernah berada diperingkat empat dunia (source: http://bwfbadminton.com/player/34810/chou-tien-chen/ranking-history).

Hampir semua data diri pemain dunia bulutangkis yang pernah kubaca mengawali permainan dan kecintaan mereka pada olahraga bulutangkis rata-rata karena orang tuanya mengajak bermain bulutangkis didekat rumah masing-masing. Begitu juga awal mula pemain yang sudah berusia 27 tahun pada 8 Januari lalu. Pas usianya 5 tahun, orang tuanya mengajak Chou Gege bermain bulutangkis bersama teman-teman mereka (source: http://bwfbadminton.com/player/34810/chou-tien-chen).

Chou Gege mengawali turnamen internasional dan mulai membela Taiwan pada usia 17 tahun. Menurut link diatas, turnamen pertama yang diikutinya adalah Indonesia Challenge 2017 yang bertempat di Surabaya. Waktu itu dia main dua sektor, tunggal putra dan ganda campuran bersama Hung Shih Han. Tetapi karirnya sebagai pemain ganda gak berkembang pesat seperti saat dia sebagai pemain tunggal. Btw, sampai sekarang pun masih banyak pemain Taiwan yang bermain rangkap (next, I'll post other Taiwanese badminton athletes here). Dam ditahun itu, baik disektor ganda maupun tunggal Chou Gege sama sekali belum bisa merangkak keluar dari zona kualifikasi. Berbeda satu tahun berikutnya, setidaknya sudah mengamankan hingga R32 atau putaran pertama. Bahkan berpasangan dengan Hsu Jen Hao (yang sekarang juga difokuskan menjadi pemain tunggal) pernah menginjak R16 atau babak kedua. Waktu itu bermain di Vietnam Grand Prix Gold 2008.

*selingan...



I do not own these picts. These are belong to Yonex Photos 

Tahun keemasan bagi Chou Tien Chen sejak dia menjuarai Bitburger Grand Prix 2012, 2013, 2014 disektor tunggal putra. Sejak saat itu karirnya sebagai tunggal putra dari Taiwan menanjak terus menyusul sukses rekan sesama pemain Taiwan disektor tunggal putri, Tai Tzu Ying yang juga mulai meroket setelah menjuarai Indonesia Open SSP 2015. Sepanjang aku ngikutin perjalanan turnamen Chou Gege tahun 2017 ini, doi udah ngikutin beberapa turnamen dan hasil paling tinggi di German Open 2017, doi menyabet juara tunggal putra setelah mengalahkan rekan senegaranya, Wang Tzu Wei: 21-16, 21-14. Tetapi, dia gagal meraih titel juara di All England SSP dan India Open SS setelah berturut-turut dikalahkan oleh Lee Chong Wei dalam semifinal All England; Viktor Axelesen difinal India Open Super Series.

Anyway, kalau kalian mampir kesini buat dapatin update status relationship Chou Gege, jangan harapkan ada disini ya hehehe karena aku bukanlah orang yang kepo banget dengan-siapa idolaku deket sekarang. Buatku prbadi sih itu nggak penting amat, selama status itu nggak menganggu karirnya, dia mau berpacaran dengan siapapun gak akan jadi masalah, yang penting kan yang menjalaninya bahagia aja. Jadi, dengan siapapun Chou Gege deket nantinya (mau sama Tai Tzu Ying, Chiang Mei Hui, Lee Chia Hsin :p, atau siapapun kalo bukan dari lapangan bulutangkis pun), semoga dia akan tetap fokus dengan karirnya dilapangan sebagai atlet bulutangkis. Karena dibalik layar dan diluar lapangan, Chou Gege tetep milik keluarganya dan pasangan yang nanti mendampingi hingga sisa hidupnya.

*selingan lagi....



All photos above credit goes to http://weibo.com/wordbadmintonnews

Overall, terima kasih buat semua teman yang sudah berkunjung keblog yang sederhana ini. Silahkan jelajahi setiap postingan lainnya dan tinggalkan komentar kalian. Komentar yang masuk akan sangat membantuku dalam menentukan ide tulisan yang lain lagi.

Ganxie nimen ;)
Check all my-memes-made on my instagram page

Wednesday, April 12, 2017

Kepoin Figur Publik #1: Marcus Feraldi Gideon & Kevin Sanjaya Sukamuljo

Hmm..per April 2017 aku punya kegiatan blogging baru selain mereview serial-serial TV Mandarin (meskipun kebanyakan dari Taiwan). "Kepoin Figur Publik" ini sebenarnya mau kukhususkan untuk mencari informasi update artis-artis Taiwan, namun aku berubah pikiran dan memutuskan untuk siapapun yang aku kepoin nanti, hasil stalk akan kutaruh disini :)

Figur publik yang pertama kali aku kepoin adalah.............. check this out, friends! ;)

**

Halohaaa Badminton Lovers! :D

Berbeda dari postingan sebelumnya yang kebanyakan diisi ngomongin serial-serial TV beserta artis-artis Taiwan, kali ini aku mau nulis tentang pasangan ganda muda Indonesia yang baru banget on-fire dan katanya mereka ini "2017's Unbeateable Men Double" dan mereka adalah pasangan ganda putera Indonesia yang per 6 April 2017 berada diperingkat DUA dari ranking dirilis Badminton World Federation (BWF), sekaligus menjadikan pasangan ini sebagai pasangan nomer satu Indonesia. Disebutkan cowo-cowo berusia 25 dan 21 tahun ini sebagai calon kuat penerus Pasangan Rexy Mainaky/Ricky Subagja, Markis Kido/Hendra Setiawan, dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dalam deretan pemain ganda putera terbaik Indoensia.

Pemain ganda Indonesia ini dikenal luas dengan julukan Duo Minions from Indonesia, alasannya karena badan dua pemain ini termasuk kecil, apalagi kalau disejajarin sama pemain bulutangkis dunis lainnya. Mereka ini juga baru saja mencetak tiga kali juara gelaran turnamen super series dalam kirun waktu satu bulan ini. Dua pekan lalu, ganda putea kebanggaan Indonesia baru naik keposisi WORLD NUMBER ONE, meskipun minggu lalu turun keperingkat dua, tapi minggu ini diprediksi akan kembali keperingkat satu dunia.

BL mana yang nggak kenal juara All England Superseries Premier 2017 - India Open Superseries 2017 - Malaysia Open Superseries Premier 2017? Jawaban cuma satu, mereka adalah Marcus Feraldi Gideon (25) bersama pasangan bermain-nya Kevin Sanjaya Sukamuljo (21).






[All photos credit above belong to Worldbadmintonnews' Weibo)


Sebelum Kevin dikenal sebagai pemain ganda putera seperti sekarang, dia pernah berkeinginan dan beberapa kali mencoba bermain disektor tunggal, termasuk waktu dia masih mengikuti pelatihan di PB Djarum Kudus. Karena performanya yang kurang waktu itu dan ada pertimbangan lain dari pelatih disana, Kevin dikirim ke Jakarta Barat (pusat pelatihan ganda PB Djarum). Dan siapa sangka yaa, Kevin ternyata jauh lebih sukses sebagai spesialis ganda putera. Sebelum dipersatukan dengan Marcus, oleh pelatih Kevin sudah dipasangkan beberapa pemain pelatnas juga, tapi memang mereka berjodoh, mencapai puncak kejayaan ketika bersama Marcus Feraldi Gideon. Oh iyaa, digelaran Sudirman Cup 2015, Kevin pernah bermain disektor ganda campuran bersama Greysia Polii (can you imagine how the court is when they are together? :D)

Kalau tentang Minion Marcus Feraldi Gideon yang kuketahui pertama kali adalah dia bukan dari kaum jomblo (bukan seperti Minion Kevin) *yaah patah hati pas tau dulu hahaha*. Marcus Gideon sudah berulang tahun pada 9 maret lalu yang ke-26. Lebih senior dari Kevin, diturnamen internasional Koh Sinyo (sapaan Marcus Gideon), sudah beberapa kali berpasangan dengan pemain profesional, termasuk dengan Markis Kido. Mungkin karena prestasinya juga nggak terlalu kedengaran ya dan ketika di Pelatnas Cipayung, pelatih memasangkannya dengan Kevin Sanjaya. Turnamen internasional awal bersama Kevin adalah Swiss Open 2015. Saat itu mereka menyabet predikat runner-up, dikalahkan oleh ganda Malaysia, Goh V Shem/Tan Wee Kiong, 19-21, 19-21 (source: baca ini),

Oh iyaa, sekedar menambahkan informasi. Koh Sinyo dan Kevin masih memiliki hubungan darah dengan dua mantan pebulutangkis nasional. Ayahnya Koh Sinyo adalah Kurniahu--yang sekarang katanya masih melatih di Klub Tangkas (klubnya Koh Sinyo terakhir); sementara Kevin sendiri adalah keponakan dari salah satu pebulutangkis spesialis ganda juga, Alvent Yulianto. Peribahasa: air cucuran atap jatuhnya kepelimbahan juga-- cocok yaah buat duo minions ini hehehe :D

By the way, all infos above I got from these links. You can check them by yourself later.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kevin_Sanjaya_Sukamuljo
http://www.tournamentsoftware.com/profile/biography.aspx?id=FACEF270-27C0-4016-91C9-3E0D4A1ACE9F
https://en.wikipedia.org/wiki/Marcus_Fernaldi_Gideon
http://www.tournamentsoftware.com/profile/matches.aspx?id=C42F248B-23E4-405C-9FA2-53162D3543BF

Aku akan taruh disini hasil screenshot yang kuambil dari akun instagram PBSI, Kata Mereka Tentang Marcus/Kevin". So stay tuned on this tab/window! ;)

Terima kasih untuk semua media yang sudah meliput perjalanan karir atlet Marcus/Kevin sehingga aku bisa merangkum, menuliskan, dan dibagikan kepada semua teman yang menyempatkan menilik blog kecil ini :)

Oh iya, kalau teman-teman punya saran aku mau kepoin dan menuliskan tentang siapa lagi, boleh banget lho buat meninggalkan saran kalian dikolom komentar bawah ini. Aku sangat berterima kasih kalau kalian bisa menyumbangkan saran demi keaktifkan diary ini. Ganxie nimen. :)


*Kata Mereka Tentang Marcus/Kevin - PB PBSI






Wednesday, April 05, 2017

Taiwanese Drama Review: Swimming Battle (2016)




Ketika Gao Hai Fei menemukan kenangan masa lalunya, yang sewaktu di summer camp dulu dia panggil 533 (dalam Mandarin dibaca: Wu San San), Hai Fei rela bolak-balik ke daerah dimana 533 tinggal. Sebuah daerah pinggiran dengan sumber daya pantai yang indah. Sayangnya, 533-namanya aslinya He Yu Die, tidak bisa mengingat Hai Fei beserta kenangan summer camp mereka. Tidak masalah buat Hai Fei, asalkan dia selalu bersama Yu Die, dia yakin akan mengembalikan ingatan Yu Die sebagai 533-nya yang berjanji menunggu pangerannya kembali.

Ditengah usaha Gao Hai Fei mengembalikan ingatan 533 yang hilang, Yu Die justru memintanya menjadi pelatih tim renang Qingkong High School (SMA Qingkong) karena ayahnya tidak mungkin lagi menjadi pelatih karena usia dan kesehatannya mulai menurun padahal Tim Flying Fish akan segera menghadapi Turnamen Piala Walikota dan Flying Fish dituntut harus menang sehingga dapat mempertahankan sekolah mereka. Hai Fei punya kemampuan renang mupuni, dia bisa berenang dilautan ketika menyelamatkan Yu Die diawal pertemuan mereka dan membuat Yu Die yakin merekomendasikan Hai Fei ke ayahnya dan kepala sekolah SMA Qingkong. Dan Hai Fei menerimanya. Dia pikir itu adalah cara semakin dekat dengan Yu Die.

Seperti usahanya mengembalikan ingatan Yu Die dengan menciptakan suasana belasan tahun lalu, Hai Fei melihat Flying Fish tidak sempurna dengan timnya. Justru karena kondisi sekolah yang abu-abu, satu anggota mereka memilih pindah sekolah dan masuk ke SMA Haitao. Namun satu mantan murid SMA dari Taipei masuk ke SMA Qingkong. Fang Yi Lei sedari sekolah lamanya sudah terkenal sebagai atlet renang, berusaha dibujuk Coach Ah Fei untuk memperkuat Tim Flying Fish. Fang Yi Lei menolak. Ia tidak ingin menjadi anggota tim renang sekolah lagi. Kehadiran Yi Lei pun sempat dipandang sebelah mata oleh tiga Flying Fish lainnya: Wang Er Tai, You Yu An, An Zhou. Coach Ah Fei tetap yakin bisa menarik Yi Lei kedalam Flying Fish.

Sebuah drama gak bakal lengkap tanpa hadirnya the third party, kan? Disini ada Lin Ke Le, teman masa kecil Yu Die yang terjebak friendzone dan selalu tetap dianggap teman oleh Yu Die. Dan ada Fei Ou Na (Fiona), vice president Haida Enterprise sekaligus teman baik Gao Hai Fei. Sama seperti Lin Ke Le, Fiona juga terjebak friendzone sama Hai Fei. Cara yang digunain Fiona dalam mengusahakan cintanya tidak jatuh untuk orang lain jauh lebih picik daripada cara yang digunain Lin Ke Le.  Ke Le masih mempertimbangkan perasaan Yu Die, tapi Fiona justru gak mau lihat keadaan sekitarnya. Fiona is the real antagonist, a super evil woman in the drama.

Well, before I am continuiying this review, I give you one song become opening song theme of Swimming Battle. This song sung by: Nick Chou. - 帅到分手 (Shuai Dao Fen Shou)/Break The Handsomeness



And this one is the closing theme song of Swimming Battle. This song had sung by Hebe Tian called When You  Are Gone (sorry I can't remember the Chinese tittle)

Proporsi kisah Yu Die, Ha Fei, Fiona, dan Ke Le pun sama pas-nya seperti penggambaran kisah Tim Flying Fish dan Tim Marlins dari Haitao High School (SMA Haitao)-- sebuah sekolah favorit dan sekolah ini tergolong elit. Kisah perebutan hati Du Xiao Mi oleh Fang Yi Lei (Flying Fish) dan Jin Chen Lang (Marlins) membawa Yi Lei dan Ah Lang kedalam atmosfer kompetisi sesungguhnya. Karena Xiao Mi menjawab pernyataan Ah Lang, ia akan bersedia menjadi pacarnya jika Tim Marlins menang dalam Mayor Cup. Ini sekaligus membuat Yi Lei justru ingin mengalahkan Ah Lang. Yi Lei merasa Xiao Mi memberinya motivasi untuk memperjuangkannya, Flying Fish, dan SMA Qingkong dari rencana jual-beli sekolah mereka.

Nggak kalah bikin geregetan dari Yi Lei, Xiao Mi, dan Ah Lang adalah adanya kisah romantis lucu Wang Er Tai dan tim penggembira dari Tim Marlins, Qiao Ke Qi. Sebelumnya sih Qiao Ke Qi diceritain masih memiliki perasaan lamanya terhadap Fang Yi Lei disekolahnya yang lama namun memang sejak dulu Yi Lei nggak pernah nganggap lebih Ke Qi. Dan Qiao Ke Qi pun berakhir dengan Wang Er Tai. Tapi jangan langsung melihat ending mereka bersama. Perjalanan kisah Er Tai dan Ke Qi jauh lebih menarik dan mengocok perut daripada cerita akhirnya :D. Karena perasaan sukanya terhadap Er Tai yang lama-lama muncul sendiri, beberapa kali Ke Qi menjadi "pengkhianat" bagi Tim Marlins dan sekaligus mengakurkan Qiao Ke Qi, Du Xiao Mi, dan Luo Shan Shan dalam rangka mewujudkan sportivitas tinggi antara Tim Marlins dan Tim Flying Fish. 

Titik balik Flying Fish Versus Marlins adalah ketika Marlins harus mengakui keunggulan Flying Fish di Mayor Cup (ceritanya lengkap dengan kegigihan Coach Ah Fei membuktikan kalo anak-anak didiknya tidak seperti yang dituduhkan. Ini sekaligus membuat Yi Lei juga menang atas Xiao Mi dari Ah Lang. 

Menjelang Turnamen lebih besar lagi, Kompetisi Nasional, Ha Fei harus mengurusi Haida Enterprise yang sedang diujung tanduk existensinya. Ia pun bekerja sama dengan He Mo Li (pelatih Tim Marlins) menggantikannya sementara melatih Flying Fish bersama Assistant Coach Yu Die. Coach He menjadikan Marlins partner berlatih untuk Flying Fish. Dan Qiao Ke Qi menjadi juru masak dan ahli gizi bersama Xiao Mi dan Shan Shan. 

Disaat Hai Fei difokuskan pada perusahaannya, dia dihadapkan pada sebuah pilihan menyulitkan: dia harus meninggalkan Yu Die dan Flying Fish tapi SMA Qingkong aman atau tetap bersama mereka dengan konsekuensi SMA Qingkong akan dihancurkan untuk dibangun taman bermain. 

Hai Fei memilih dan pilihan ini membuat Yi Lei menukar keinginannya yang pernah diajukan pada papanya untuk memotivasi di Kompetisi Nasional. Sebuah harapan dapat mengembalikan Hai Fei sebagai pelatih mereka lagi dan Hai Fei untuk Assistant Coach Yu Die. 

Sementara Fiona harus berakhir ditangan kepolisian karena terbukti melakukan pemalsuan dokumen ketika Hai Fei sedang fokus sebagai pelatih tim renang. Lucu. Karena Fiona terlanjur menyombongkan diri dia menang karena dia hampir menikah dengan Hai Fei didepan Ke Le. Kenyataannya dia malah ditangkap pihak kepolisian dan Hai Fei tidak mau membantunya karena dia tahu Fiona memang bersalah karena sama saja menipu orang. 

Lin Ke Le? 
Ya sudah begitu saja. Karena sejak awal Ke Le effortless terhadap cintanya, gak seperti Fiona keukeuh berjuang meskipun salah jalan. 

And lastly, I put some photos of the drama here (segera menyusul) untuk membuat akrab dengan cerita dan para pemainnya. Mau lebih akrab lagi ya tinggal nonton aja deh hehehe.. 

Pesan moral dari Drama Swimming Battle ini adalah kalau bersaing ya lakukanlah dengan persaingan sehat dan pada tempatnya seperti yang dilakukan Flying Fish Team dan Marlins Team ; juga kalau sudah berjanji sepenuh hati usahakan ditepatin biar gak kena batunya seperti Marlins Team. 

ASD Rating for Swimming Battle: 9 of 10

Selamat menjadi generasi yang hebat ^^ 
Ganxie dajia! 感谢大家! :) 

New baked post

A Book Review "Well, That Was Unexpected!" | #blogsocialdiary

Blurb: Mortified by her mother’s matchmaking. Sharlot Citra agrees to ONE date with George Clooney Tanuwijaya, son of the most famous family...